SILVIKULKTUR HUTAN TANAMAN DAN HUTAN ALAM

 CONTOH

Laporan Praktikum Silvikultur Hutan Alam


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.
Tingkat pertumbuhan pohon dapat dibedakan menjadi tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Semai merupakan anakan pohon yang tingginya kurang dari atau sama dengan 1,5 meter. Pancang adalah anakan pohon yang tingginya lebih dari 1,5 meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm. Tiang adalah pohon dengan diameter batang 10 cm – 19 cm. Sedangkan pohon besar adalah pohon dengan diameter batang lebih dari 50 cm.

1.2.            Tujuan
  1. Untuk mengetahui penyusun hutan
  2. Untuk mengetahui pertumbuhan pohon mulai dari tingkat semai sampai pohon besar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat pertumbuhan pohon dapat dibedakan menjadi tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Semai merupakan anakan pohon yang tingginya kurang dari atau sama dengan 1,5 meter. Pancang adalah anakan pohon yang tingginya lebih dari 1,5 meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm. Tiang adalah pohon dengan diameter batang 10 cm – 19 cm. Sedangkan pohon besar adalah pohon dengan diameter batang lebih dari 50 cm.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.



BAB III
METODE PRAKTIKUM

1.1.            Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di sekitar kampus Universitas Jambi, Mendalo Darat. Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, tanggal 30 Maret 2012, dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 10.30 WIB.

1.2.            Alat dan Bahan
–          Alat tulis
–          Kamera (Handphone)

1.3.            Cara Kerja
  1. Mengamati objek yang ada di lokasi
  2. Memotret objek
  3. Mencatat hasil pengamatan


BAB IV
PEMBAHASAN

  1. Shorea palembanica
Shorea palembanica yang telah diamati adalah tumbuhan berusia 1,5 tahun dengan stadia semai. Tinggi tumbuhan ini kurang lebih 50 cm. Tumbuhan ini mendapatkan cahaya 100 % karena tidak ada naungan di sekitarnya. Tata letak daunnya berseling, tepi daun rata, ujung daun meruncing, tulang daun menyirip berbentuk tangga, pangkal daun membulat, dan permukaan atas daun licin. Daun Shorea palembanica ini juga berlubang-lubang. Hal ini diperkirakan karena adanya serangan hama yang memakan daun seperti ulat atau belalang.

  1. Shorea stenoptera
Shorea stenoptera yang diamati adalah tanaman yang berumur 5 minggu dengan stadia semai. Pencahayaan tanaman ini adalah 75%. Tanaman ini memiliki 4 helai daun. Daunnya merupakan daun tunggal dengan pertulangan daun menyirip, ujung daun meruncing, dan pangkal daun membulat. Panjang tangkai daun atau ptiolenya adalah kurang lebih 5 cm. Tanaman ini terserang hama sejenis serangga pernghisap daun.




1. Shorea stenoptera Shorea stenoptera di atas berusia 5 minggu dengan stadia semai. Tumbuhan di atas mendapat cahaya sebanyak 75%. Tinggi tumbuhan tersebut adalah 21 cm. Jumlah daunnya adalah 3 helai. Bagian bawah daun berbulu halus dan bagian atasnya licin mengkilap. Terdapat stipula. Memiliki kotiledon dengan jumlah 2. Panjang tangkai daun 4 cm. Tumbuhan ini terserang serangga semacam semut terbang yang menghisap daun di malam hari.
  
2. Shorea rogusa

Shorea rogusa atau meranti batu di atas adalah tumbuhan berusia 1,5 tahun dan masih dalam stadia semai. Shorea ini mendapatkan cahaya sebanyak 100% karena tidak ada tanaman lain yang menaungi. Tinggi tumbuhan ini adalah 68 cm. Batangnya kasar dan berbulu. Daunnya tunggal dengan tata letak daun berseling. Tulang daunnya menyirip, tepi daun rata dengan ujung daun meruncing dan pangkal daun membulat. Permukaan daun bagian atas kasap dan bagian bawah kasar dan berbulu. Shorea ini memiliki daun penumpu dan tangkai daunnya berbulu. Panjang daun yang paling panjang adalah 23 cm.

3. Shorea rogusa Shorea rogusa yang telah diamati ini adalah Shorea dengan umur 1,5 tahun. Tingginya mencapai 150 cm. Tumbuhan ini mendapatkan cahaya sebanyak 50% dan hal ini menyebabkan Shorea ini tumbuh dengan baik. Batang Shorea ini berbulu. Daunnya berwarna hijau tua dengan panjang ptiole 0,5 cm.

4. Shorea rogusa Shorea rogusa ini merupakan tumbuhan dalam stadia semai. Pencahayaannya adalah 75-80%. Tinggi Shorea ini adalah 70 cm. Panjang daunnya 24 cm dan memiliki ptiole yang lebih panjang dibandingkan dengan Shorea rogusa lainnya.

5. Shorea leprosula Shorea leprosula di atas adalah tanaman berusia 2 tahun dengan stadia pancang. Pencahayaannya hanya 25%. Tinggi tanaman ini mencapai 210 cm. Batangnya kasar dan berwarna coklat.
Daun Shorea leprosula merupakan daun tunggal dengan warna bagian atas hijau tua dan permukaannya licin. Tata letak daun berseling, tepi daun rata dan ujung daun meruncing. Pertulangan daun meyirip. Ptiole panjang dan daunnya memiliki aroma yang khas.

6. Gaharu Tanaman gaharu yang telah diamati ini adalah tanaman dengan stadia pancang. Tanaman ini mendapatkan cahaya 100%. Batang berwarna coklat abu-abu. Daunnya merupakan daun tunggal dengan tata letak berseling.

7. Dyera costulata Tanaman Dyera costulata ini merupakan tanaman berusia 1,5 tahun. Tingginya adalah 60 cm. Tanaman ini mendapatkan cahaya sebanyak 50% karena banyaknya tumbuhan lain yang menaunginya.
Daun Dyera costulata merupakan daun tunggal. Tata letak daunnya berkarang, dan dalam satu karang terdapat 4 sampai 6 daun. Panjang daun rata-rata 25 cm. Petulangan daun menyirip. Tepi daun rata, ujung daun meruncing dan pangkal daun acuminate. Permukaan daun halus. Warna daun bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah terlihat lebih putih.

8. Nyatoh (Balam) Tanaman nyatoh atau balam yang telah diamati adalah tanaman yang memiliki tinggi 170 cm. Tanaman ini mendapatkan cahaya sebanyak 60%.
Daun nyatoh merupakan daun tunggal. Tata letak daun berseling. Ujung daun meruncing dan pangkal daun acuminate. Permukaan daun bagian atas dan bawah licin. Tepi daun rata. Nyatoh tidak memiliki daun penumpu.

9. Medang Tanaman medang ini merupakan tanaman dengan usia 1,5 tahun. Pencahayaannya adalah 75%.
Daun medang merupakan daun tunggal. Permukaan daun bagian atas licin dan bagian bawah kasar. Ujung daun meruncing dan pangkal daun acuminate.

10. Shorea sumatrana Shorea sumatrana ini berusia 3 minggu pada saat diamati. Dari 100 bibit yang ditanam, terdapat 26 yang tidak berkecambah. Selain itu, terdapat 6 bibit yang daunnya hilang. Hal ini diperkirakan karena tanaman ini diserang hama pemakan daun. Dari setiap tanaman yang ada, terdapat 2-3 helai daun. Tinggi rata-rata tanaman ini adalah 20 cm.

11. Shorea leprosula Shorea leprosula ini berusia kira-kira 3 tahun. Tanaman ini merupakan tanaman dalam stadia tiang. Kulit batang berwarna coklat dan memiliki bercak-bercak putih.

12. Meranti putih Meranti putih di atas adalah meranti dengan usia 3 sampai 3,5 tahun. Meranti ini berada dalam stadia pendang. Batangnya berdamar. Meranti ini tidak memiliki stipula.

13. Shorea macrophylla Shorea macrophylla ini merupakan tanaman dalam stadia semai. Daunnya merupakan daun tunggal. Tata letak daun berseling. Pertulangan daun berbentuk tangga. Dan Shorea ini tidak memiliki stipula.

14. Meranti Kuning Meranti kuning ini merupakan tanaman dalam stadia pancang. Pencahayaannya adalah 100%, karena tidak ada satu pun tanaman lain yang menaungi meranti ini. Daunnya tunggal dengan tata letak daun yang berseling. Meranti kuning ini juga memiliki stipula.



BAB V
PENUTUP

5.1.               Kesimpulan
Tingkat pertumbuhan pohon dapat dibedakan menjadi tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Semai merupakan anakan pohon yang tingginya kurang dari atau sama dengan 1,5 meter. Pancang adalah anakan pohon yang tingginya lebih dari 1,5 meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm. Tiang adalah pohon dengan diameter batang 10 cm – 19 cm. Sedangkan pohon besar adalah pohon dengan diameter batang lebih dari 50 cm.


DAFTAR PUSTAKA

id.wikipedia.org/hutan.html



Laporan Praktikum Silvikultur Hutan Alam


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pengujian daya kecambah  benih, merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Dimana pengujian masing-masing standar mutu kualitas benih memiliki standar tolak ukur yang berbeda-beda. Benih murni merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi.Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni.Benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih, sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi.Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari benih akasia dan eucalyptus .Dengan demikian hasil pengujian  daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah agar mahasiswa  Melakukan uji daya kecambah benih dan dapat menggunakan rumus yang telah disediakan dengan apa yang telah dipraktikumkan dengan data yang valid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun lembaganya: monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon.
Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel biologi. Sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:
·         Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik
·           Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil
·         Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna. Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :
  1. Kecambah rusak =>Kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.
  1. Kecambah cacat atau tidak seimbang =>Kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
  1. Kecambah lambat => Kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil.
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
o   Benih segar tidak tumbuh => Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.
o   Benih keras => Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.\
o   Benih mati => Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Suwandi et al., 1995).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan Tempat
                  Adapun pelaksanaan praktikum kali ini dilaksanakan di rumah kaca fakultas pertanian universitas jambi,pada tanggal 2 april 2013- 22 april 2013  pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai .
2.2, Bahan dan Alat
                  Adapun bahan dan alat yang digunakan adalah :
  • Biji tanaman kehutanan : Acacia crasicarpa,eucalyptus
  • Bak kecambah                                                 - kelambu
  • Media tabur pasir halus                                  
  • Kantong plastik
  • Media kecambah yaitu pasir yang telah disterilisasi
  • Bak kecambah
2.3.Prosedur Kerja
  • menyiapkan biji-biji tanaman kehutanan yaitu Acacia crasicarpa,eucalyptus kemudian merendam biji A. crasicarpa dalam larutan H2SO4 tersebut selama 5 menit, kemudian merendam dalam air dingin selama 24 jam meniriskan benih terebut dan menyiapkan benih yang sudah dipatahkan dormansinya   selanjutnya menyiapkan media pasir halus dan memasukkan mediia tsb kedalam bak kecambah dan  membuat alur-alur kecil dgn kedalaman ± 1 cm di dalam media tersebut.selanjytnya menanam biji-biji tersebut dengan jarak ± 0.5 cm satu sama lainnya, kemudian ditutup dengan media.
  • Untuk Eucalyptus , pasir halus dijadikan sebagai media  kemudian campurkanlah biji-bijinya dgn pasir dan taburkanlah ke dalam media secara merata
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
§  1.HASIL
Hari ke
Waktu pengamatan
Jumlah benih yang berkecambah
Total benih yang berkecambah
1 selasa
2 april 2013
0
0
2 rabu
3 april 2013
0
0
3 kamis
4 april 2013
0
0
4 jumat
5 april 2013
0
0
5 sabtu
6 april 2013
0
0
6 minggu
7 april 2013
0
0
7 senin
8 april 2013
3
3
8 selasa
9 april 2013
0
3
9 rabu
10 april 2013
5
8
10 kamis
11 april 2013
0
8
11 jumat
12 april 2013
0
8
12 sabtu
13 april 2013
0
8
13 minggu
14 april 2013
2
10
14 senin
15 april 2013
1
11
15 selasa
16 april 2013
1
12
16 rabu
17 april 2013
0
13
17 kamis
18 april 2013
0
13
18 jumat
19 april 2013
1
13
19 sabtu
20 april 2013
0
13
20 minggu
21 april 2013
0
13
21 senin
22 april 2013
0
13
Diketahui :
·         jumlah benih yg berkecambah            = 13
·         Jumlah benih yang ditabur                 = 100
·         vigor                                                   =  2
Rumus 1:
      %K =     13 x  100%  
            100
      %K = 13%
Rumus 2 :
%V=      11 x100%                                                         
            100                                                                     
%V= 11%
            
Nilai kecambah
Rumus 3 :
     PV=   5%/9 hari
     PV = 0,55 x
Rumus 4 :
      MDG = 13%/21
      MDG= 0,619x
Jumlah rata rata hari berkecambah
Rumus 5 :
RH =   (3x7)+(5x9)+(2x13)+(1x14)+(1x15)+(1x18)
                              3+5+2+1+1+1
RH=  21+45+26+14+15+18
                  13
RH=139/13
RH=10,6
B.     PEMBAHASAN
        Praktikum kali ini bertempat dirumah kaca dan diberi kelambu sehingga intensitas cahaya yang masuk dan kelembaban udara di sekitarnya dapat diatur.Dari hasil pengamatan benih acacia casicarpa, dilihat dari jumlah kecambah normal, kecambah abnormal Kecambah normal, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik.Kecambah dengan pertumbuhan lemah / kecambah abnormal memiliki ciri-ciri plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya, benih akasia crasicarpa  memiliki nilai daya kecambah rata-rata sebesar 13%  atau temasuk dalam kriteria benih yang memiliki mutu yang kurang baik. karena benih dari kelomok lain berkecambah rata rata 50 lebih tapi ada 3 kelompok yg benihnya rata rata tumbuh hanya 10 sampai 20 saja dikecambahkan pada tempat dan lingkungan yang sama, bahkan pada germinator yang sama. Jadi kemungkinan besar penyebabnya adalah faktor internal benih larutan h2so4 yg dipakai kurang bagus.
        Selain itu faktor internal yang lain adalah kemasakan benih. Jika benih yang sudah masak maka kandungan cadangan makan pada benih tersebut sudah ada, sehingga waktu benih itu ditanam maka perkecambahan akan mudah karena dalam melakukan perkecambahan benih melakukan aktivitasnya dengan cadangan makanan tersebut
       
        Jumlah kecambah normal pada benih ini ada sebanyak 13 dari 100 benih yang ditabur sedangkan benih yang abnormal sebanyak 2 dari 13 benih yang berkecambah Apabila penyebabnya faktor eksternal, seperti faktor lingkungan, suhu, kelembaban, hama, penyakit, dll.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah
Ø  Praktikan dapat mengidentifikasi kecambah normal dan tidak normal.
Ø  Kecambah normal, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik.
Ø  Kecambah dengan pertumbuhan lemah / kecambah abnormal memiliki ciri-ciri plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
Ø    Nilai daya kecambah benih acacia yg berkecambah (13 %) dibandingkan nilai daya kecambah vigor yaitu 2%
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Copeland LO dan McDonald MB. 1985. Principles of Seed Science and Technology. 2­­­nd edn. New York: Mcmillan Publishing Co

 

0 komentar: