Ilmu Tanah Hutan
1. Tanah Entisol :
Pengertian : Pengertian Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison permulaan.
Pembentukan : Terjadi di daerah dengan bahan induk dari pengendapan material baru atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan tanah, dengan vegetasi daerah sungai dan pantai, seperti daerah bukit pasir, daerah dengan kemiringan lahan yang curam, dan daerah dataran banjir. Pertanian yang dikembangkan di tanah ini umumnya adalah padi sawah secara monokultur atau digilir dengan sayuran/palawija. Tanah entisol banyak terdapat di daerah alluvial atau endapan sungai dan endapan rawa-rawa pantai, oleh sebab itu tanah ini sering disebut tanah alluvial. Umur tanah ini masih tergolong muda.
Sifat dan karakteristik : Tanah entisol cenderung memiliki tekstur yang kasar dengan kadar organik dan nitrogen rendah, tanah ini mudah teroksidasi dengan udara, untuk tanah entisol, kelembapan dan pH nya selalu berubah, hal ini karena tanah entisol selalu basah dan terendam dalam cekungan. Dan tanah yang memiliki kadar asam yang kurang baik untuk ditanami, karena memiliki kadar asam yang sangat tinggi atau sangat rendah.
Pengelolaan : Tanah entisol dapat digunakan apabila dikembangkan metode baru, misalnya sistem drainase untuk mengairi tanah ketika kadar asamnya mulai rendah, dapat ditambah dengan pemupukan dengan hasil yang optimal. Pada tanah entisol tidak terdapat hewan-hewan seperti cacing, karena keadaanya yang kurang subur, dan komposisi mineralnya adalah terdapatnya mineral kuarsa dan oksida besi.
Pengertian : Pengertian Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison permulaan.
Pembentukan : Terjadi di daerah dengan bahan induk dari pengendapan material baru atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan tanah, dengan vegetasi daerah sungai dan pantai, seperti daerah bukit pasir, daerah dengan kemiringan lahan yang curam, dan daerah dataran banjir. Pertanian yang dikembangkan di tanah ini umumnya adalah padi sawah secara monokultur atau digilir dengan sayuran/palawija. Tanah entisol banyak terdapat di daerah alluvial atau endapan sungai dan endapan rawa-rawa pantai, oleh sebab itu tanah ini sering disebut tanah alluvial. Umur tanah ini masih tergolong muda.
Sifat dan karakteristik : Tanah entisol cenderung memiliki tekstur yang kasar dengan kadar organik dan nitrogen rendah, tanah ini mudah teroksidasi dengan udara, untuk tanah entisol, kelembapan dan pH nya selalu berubah, hal ini karena tanah entisol selalu basah dan terendam dalam cekungan. Dan tanah yang memiliki kadar asam yang kurang baik untuk ditanami, karena memiliki kadar asam yang sangat tinggi atau sangat rendah.
Pengelolaan : Tanah entisol dapat digunakan apabila dikembangkan metode baru, misalnya sistem drainase untuk mengairi tanah ketika kadar asamnya mulai rendah, dapat ditambah dengan pemupukan dengan hasil yang optimal. Pada tanah entisol tidak terdapat hewan-hewan seperti cacing, karena keadaanya yang kurang subur, dan komposisi mineralnya adalah terdapatnya mineral kuarsa dan oksida besi.
2. Inceptisol
Pengertian : Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature)
yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang
dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno,1993).
tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horison albik seperti yang
dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain (
misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah
yang lain.
Pembentukan : Terbentuk dari tanah alluvial, banyak terdapat di lembah-lembah atau jalur aliran sungai atau daerah pantai, dengan vegetasi daerah sungai dan pantai, banyak dijumpai di kalimantan, papua, dan maluku, tanah ini usianya masih muda dan tarmasuk tanah mineral. Tanah yang menyebar mulai di lingkungan iklim semiarid (agak kering) sampai iklim lembap. Memiliki tingkat pelapukan dan perkembangan tanah yang tergolong sedang Umumnya tanah ini bekembang dari formasi geologi tuff volkan, namun ada juga sebagian yang terbentuk dari batuan sedimen seperti batu pasir (sandstone), batu lanau (siltstone), atau batu liat (claystone).
Sifat dan karakteristik : Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990). Tanah inceptisol memiliki kadar alumunium dan kadar zat besinya tinggi. Keasaman yang terkandung pada tanah ini adalah 5-7 dengan tingkat kejenuhan 72 %, oleh karena itu tanah ini memiliki tingkat keasaman sedang. Karakteristik tanah inceptisol adalah sebagai berikut :
• Memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2 meter
• Warnanya hitam atau kelabu sampai coklta tua
• Teksturnya debu, lempung debu, bahkan lempung
• Tekstur tanahnya gempur, memiliki ph 5-7
• Memiliki bahan organik yang tinggi yaitu 10%-30%
• Memiliki unsur hara yang sedang sampai tinggi
• Produktivitas tanah sedang sampai tinggi.
Pembentukan : Terbentuk dari tanah alluvial, banyak terdapat di lembah-lembah atau jalur aliran sungai atau daerah pantai, dengan vegetasi daerah sungai dan pantai, banyak dijumpai di kalimantan, papua, dan maluku, tanah ini usianya masih muda dan tarmasuk tanah mineral. Tanah yang menyebar mulai di lingkungan iklim semiarid (agak kering) sampai iklim lembap. Memiliki tingkat pelapukan dan perkembangan tanah yang tergolong sedang Umumnya tanah ini bekembang dari formasi geologi tuff volkan, namun ada juga sebagian yang terbentuk dari batuan sedimen seperti batu pasir (sandstone), batu lanau (siltstone), atau batu liat (claystone).
Sifat dan karakteristik : Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990). Tanah inceptisol memiliki kadar alumunium dan kadar zat besinya tinggi. Keasaman yang terkandung pada tanah ini adalah 5-7 dengan tingkat kejenuhan 72 %, oleh karena itu tanah ini memiliki tingkat keasaman sedang. Karakteristik tanah inceptisol adalah sebagai berikut :
• Memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2 meter
• Warnanya hitam atau kelabu sampai coklta tua
• Teksturnya debu, lempung debu, bahkan lempung
• Tekstur tanahnya gempur, memiliki ph 5-7
• Memiliki bahan organik yang tinggi yaitu 10%-30%
• Memiliki unsur hara yang sedang sampai tinggi
• Produktivitas tanah sedang sampai tinggi.
Pengelolaan : Pemanfaatannya pun oleh manusia bervariasi sangat luas
pula, mulai untuk bercocok tanam hortikultura tanaman pangan, sampai
dikembangkan sebagai lahan-lahan perkebunan besar seperti sawit, kakao,
kopi, dan lain sebagainya, bahkan pada daerah-daerah yang eksotis,
dikembangkan pula untuk agrowisata. Tanah inceptisol merupakan tanah
yang masih berupa bahan induk yang belum matang, terdapat di lereng yang
curam dan hutan dengan sedikit menggunakan sistem drainase agar tanah
dapat diolah untuk pertanian.
3. Alfisol
Pengertian : Tanah Alfisol adalah tanah yang berkembang di daerah
hutan humid, di mana perpindahan lempung menghasilkan horizon Bt, yang
mengandung 20% atau lebih daripada horizon A, dan tanahnya cukup
mengalami pencucian dalam pelapukan. Akumulasi liat dalam horizon
organic b (Bt) dapat menyebabkan kapasitas tukar kation horizon B
maksimum pada sejumlah tanah. Reaksi tanah bervariasi antara masam
hingga netral (Foth, 1998). Alfisol dicirikan oleh horizon elluviasi dan
illuviasi yang jelas.
Pembentukan : Tanah ini terbentuk dari proses-proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah bagian bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk tanaman. menyebar di daerah-daerah semiarid (beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembap Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-tempa dengan tingkat pelapukan sedang (Hardjowigeno, 1993). Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di bawah tegakan hutan berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993). Tanah Alfisol adalah tanah yang berkembang di daerah hutan humid, di mana perpindahan lempung menghasilkan horizon Bt, yang mengandung 20% atau lebih daripada horizon A, dan tanahnya cukup mengalami pencucian dalam pelapukan. Akumulasi liat dalam horizon organic b (Bt) dapat menyebabkan kapasitas tukar kation horizon B maksimum pada sejumlah tanah. Reaksi tanah bervariasi antara masam hingga netral (Foth, 1998).
Sifat dan karakteristik : Pada tanah Alfisol, pH tanah rendah yaitu 30%) dan berbukit (kelerengan 15−30%), dengan luas masing-masing 51,30 juta ha dan 36,90 juta ha. Lahan kering berlereng curam sangat peka terhadap erosi. Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit.
Sifat dan karakteristik : Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan alumunium tinggi. Dapat dicirikan dengan oleh tingkat kemasaman yang tinggi, level unsur-unsur Ca, K dan Mg rendah, Defisiensi unsur N, P, K, Ca dan Mg umum dijumpai di lapang, kadar lengas dan kapasitas simpan lengas tanah rendah dan rentan terhadap erosi. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan alumunium tinggi. Tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning. Horison oksisol mempunyai :
• Ketebalan 30cm atau lebih
• Kapasitas tukar kation 16 miliekivalen atau kurang untuk masing-masing 100 gr liat.
• Tidak ada atau hanya sedikit mineral trace yang dapat menahan untuk melepaskan basa
• Terdapat sedikit, jika setiap liat dapat menghamburkan air
• Batas difusi dan horison berbatasan
Pembentukan : Tanah ini terbentuk dari proses-proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah bagian bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk tanaman. menyebar di daerah-daerah semiarid (beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembap Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-tempa dengan tingkat pelapukan sedang (Hardjowigeno, 1993). Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di bawah tegakan hutan berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993). Tanah Alfisol adalah tanah yang berkembang di daerah hutan humid, di mana perpindahan lempung menghasilkan horizon Bt, yang mengandung 20% atau lebih daripada horizon A, dan tanahnya cukup mengalami pencucian dalam pelapukan. Akumulasi liat dalam horizon organic b (Bt) dapat menyebabkan kapasitas tukar kation horizon B maksimum pada sejumlah tanah. Reaksi tanah bervariasi antara masam hingga netral (Foth, 1998).
Sifat dan karakteristik : Pada tanah Alfisol, pH tanah rendah yaitu 30%) dan berbukit (kelerengan 15−30%), dengan luas masing-masing 51,30 juta ha dan 36,90 juta ha. Lahan kering berlereng curam sangat peka terhadap erosi. Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit.
Sifat dan karakteristik : Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan alumunium tinggi. Dapat dicirikan dengan oleh tingkat kemasaman yang tinggi, level unsur-unsur Ca, K dan Mg rendah, Defisiensi unsur N, P, K, Ca dan Mg umum dijumpai di lapang, kadar lengas dan kapasitas simpan lengas tanah rendah dan rentan terhadap erosi. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan alumunium tinggi. Tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning. Horison oksisol mempunyai :
• Ketebalan 30cm atau lebih
• Kapasitas tukar kation 16 miliekivalen atau kurang untuk masing-masing 100 gr liat.
• Tidak ada atau hanya sedikit mineral trace yang dapat menahan untuk melepaskan basa
• Terdapat sedikit, jika setiap liat dapat menghamburkan air
• Batas difusi dan horison berbatasan
Pengelolaan : Sifat/karakteristik seperti dimiliki oleh tanah-tanah
yang didominasi Oksisol, menyebabkan produktivitas atau kesuburan
tanahnya rendah , sehingga menjadi kendala dalam pengembangannya. Selain
mempunyai tingkat kesuburan rendah, umumnya lahan kering memiliki
kelerengan curam, Lahan kering berlereng curam sangat peka terhadap
erosi, terutama apabila diusahakan untuk tanaman pangan semusim.
Keterbatasan air pada lahan kering juga mengakibatkan usaha tani tidak
dapat dilakukan sepanjang tahun.Ditinjau dari segi luasannya, potensi
lahan kering tergolong tinggi dan masih perlu mendapat perhatian yang
lebih bagi pengembangannya, namun apabila ditinjau dari sifat/
karakteristik lahan kering seperti diuraikan tersebut di atas, sangat
menjadi kendala dalam pengembangannya. Reaksi jenis tanah ini adalah
masam, kandungan Al yang tinggi, unsur hara rendah, sehingga diperlukan
pengapuran dan pemupukan serta pengelolaan yang baik agar tanah dapat
menjadi produktif dan tidak rusak. Oxisol meliputi sekitar 8% dari
daratan dunia. Adapun di Indonesia, banyak dijumpai di Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Oksisol mempunyai agregrat tanah yang
stabil, dan tanah sangat tahan terhadap erosi. Pengapuran, pemupukan,
irigasi, dan upaya pengelolaan lainya telah membuat beberapa oxisol
termasuk tanah yang sangat produktif.
6. Histosol
Pengertian : Merupakan tanah yang mengandung bahan organik tinggi dan
tidak mengalami permafrost, yang berkembang dimana tanah jenuh
terus-menerus. Ciri histosol tergantung pada vegetasi alami yang
ditimbun di dalam air dan tingkat perombakan.
Pembentukan : Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan, sampah hutan, atau lumut yang cepat membusuk yang terdekomposisi dan terendapkan dalam air. Kebanyakan selalu dalam keadaan tergenang sepanjang tahun, atau telah didrainase oleh manusia. Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah organic dan gambut. Proses Pembentukan Tanah gambut terbentuk karena laju akumulasi bahan organik melebihi proses mineralisasi yang biasanya terjadi pada kondisi jenuh air yang hampir terus menerus sehingga sirkulasi oksigen dalam tanah terhambat. Hal tersebut akan memperlambat proses dekomposisi bahan organik dan akhirnya bahan organik itu akan menumpuk (Chotimah, 2002). Histosol mempunyai kadar bahan organic sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm (32 inches) kebanyakan adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan air. Tanah histosol biasa terbentuk di daerah rawa atau di dataran rendah yang tergenang air, dan mengandung banyak bahan organik, dengan relief agak darat atau bukan di daerah yang curam, tanah histosol terbentuk pada iklim tropis hingga panas.
Sifat dan karakteristik : Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan bahan organik akan mengalami penurunan (subsidence). Bahan organik didalam tanah dibagi 3 macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah (mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan sapri tingkat kematangan lanjut. Tanah gambut di Indonesia pada umunya mempunyai reaksi kemasaman tanah (pH) yang rendah, yaitu antara 3,0 – 5,0 (Hardjowigeno, 1996). Tanah gambut memiliki berat isi yang rendah berkisar antara 0,05 – 0,25 gcm-3, semakin lemah tingkat dekomposisinya semakin rendah berat isi (BD), sehingga daya topang terhadap bebadan diatasnya seperpti tanmana, banguanan irigasi, jalan, dan mesin-mesin pertanian adalah rendah. Gambut yang sudah direklamasi akan lebih padat dengan berat isi antara 0,1 – 0,4 gcm-3 (Subagyono et al., 1997). Porositas tanah tinggi, penyusutan volume tanah gambut (irreversible) sehingga mudah terbakar, dan apabila tergenang akan mengembang dan hanyut terbawa arus. Menurut Subagjo (2002). Karena terbentuk dalam air tanah histosol jarang dijumpai hewan, namun lebih banyak berupa serat-serat tanaman yang berasal dari tanaman yang sudah hancur.
Pengelolaan : Di Amerika serikat bagian utara, tanah-tanah ini digunakan untuk memproduksi bawang, sledri, “mint”, kentang, kubis, “cranberris”, wortel dan tanaman ubi-ubian lainnya. Akhir musim semi adalah ancaman terbesar pada pertumbuhan tanaman di daerah sedang. Ancaman lain adalah kebakaran dan erosi angin, metode khusus dalam pengerjaan tanah bersama dengan pemberian pupuk dengan hati-hati diperlukan untuk menaikan produktivitas tertinggi tanah.
Pembentukan : Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan, sampah hutan, atau lumut yang cepat membusuk yang terdekomposisi dan terendapkan dalam air. Kebanyakan selalu dalam keadaan tergenang sepanjang tahun, atau telah didrainase oleh manusia. Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah organic dan gambut. Proses Pembentukan Tanah gambut terbentuk karena laju akumulasi bahan organik melebihi proses mineralisasi yang biasanya terjadi pada kondisi jenuh air yang hampir terus menerus sehingga sirkulasi oksigen dalam tanah terhambat. Hal tersebut akan memperlambat proses dekomposisi bahan organik dan akhirnya bahan organik itu akan menumpuk (Chotimah, 2002). Histosol mempunyai kadar bahan organic sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm (32 inches) kebanyakan adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan air. Tanah histosol biasa terbentuk di daerah rawa atau di dataran rendah yang tergenang air, dan mengandung banyak bahan organik, dengan relief agak darat atau bukan di daerah yang curam, tanah histosol terbentuk pada iklim tropis hingga panas.
Sifat dan karakteristik : Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan bahan organik akan mengalami penurunan (subsidence). Bahan organik didalam tanah dibagi 3 macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah (mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan sapri tingkat kematangan lanjut. Tanah gambut di Indonesia pada umunya mempunyai reaksi kemasaman tanah (pH) yang rendah, yaitu antara 3,0 – 5,0 (Hardjowigeno, 1996). Tanah gambut memiliki berat isi yang rendah berkisar antara 0,05 – 0,25 gcm-3, semakin lemah tingkat dekomposisinya semakin rendah berat isi (BD), sehingga daya topang terhadap bebadan diatasnya seperpti tanmana, banguanan irigasi, jalan, dan mesin-mesin pertanian adalah rendah. Gambut yang sudah direklamasi akan lebih padat dengan berat isi antara 0,1 – 0,4 gcm-3 (Subagyono et al., 1997). Porositas tanah tinggi, penyusutan volume tanah gambut (irreversible) sehingga mudah terbakar, dan apabila tergenang akan mengembang dan hanyut terbawa arus. Menurut Subagjo (2002). Karena terbentuk dalam air tanah histosol jarang dijumpai hewan, namun lebih banyak berupa serat-serat tanaman yang berasal dari tanaman yang sudah hancur.
Pengelolaan : Di Amerika serikat bagian utara, tanah-tanah ini digunakan untuk memproduksi bawang, sledri, “mint”, kentang, kubis, “cranberris”, wortel dan tanaman ubi-ubian lainnya. Akhir musim semi adalah ancaman terbesar pada pertumbuhan tanaman di daerah sedang. Ancaman lain adalah kebakaran dan erosi angin, metode khusus dalam pengerjaan tanah bersama dengan pemberian pupuk dengan hati-hati diperlukan untuk menaikan produktivitas tertinggi tanah.
7. Mollisol
Pengertian : Mollisols adalah bagian tanah di taksonomi tanah USDA.
Mollisols ada di daerah semi-kering untuk wilayah semi-lembab, biasanya
di bawah penutup padang rumput. Dengan beberapa daerah padang pasir
adalah area bercurah hujan tinggi yang mendukung rumput cenderung
menutupi tanah dengan sempurna dan menghasilkan bahan organik.
Pembentukan : Paling sering ditemukan dalam-lintang pertengahan, yaitu di Amerika Utara, sebagian besar di sebelah timur Pegunungan Rocky, di Amerika Selatan di Argentina (Pampas) dan Brazil, dan di Asia di Mongolia dan Rusia Padang. bahan induk mereka biasanya dasar-kaya dan gampingan dan mencakup batu gamping, loess, atau pasir tertiup angin. Utama proses yang mengarah pada pembentukan Mollisols padang rumput yang melanisation, dekomposisi, humification dan pedoturbation. Terbentuk pada daerah gurun pasir dengan curah hujan yang tinggi, namun tetap di batasi, karena menghindari pencucian yang berlebihan dan kejenuhan basa tetap tinggi. Mollisols terjadi pada savana dan lembah-lembah pegunungan (seperti Asia Tengah, atau Amerika Utara Great Plains).
Sifat dan karakteristik : Mollisols telah mendalam, bahan organik tinggi, diperkaya gizi-permukaan tanah (horizon A), biasanya antara 60-80 cm. Permukaan horison ini subur, dikenal sebagai epipedon mollic, adalah fitur diagnostik mendefinisikan Mollisols. Sangat dipengaruhi oleh kebakaran dan pedoturbation berlimpah dari organisme seperti semut dan cacing bumi. epipedons Mollic hasil dari penambahan jangka panjang dari bahan organik berasal dari akar tanaman, dan biasanya memiliki lembut, butiran, struktur tanah. Gambaran horison mollik :
• Lembut bila kering
• Berwarna gelap dan paling sedikit bahan organiKNya 1%
• Kejenuhan basa 50% atau lebih (diukur pada pH 7)
Pembentukan : Paling sering ditemukan dalam-lintang pertengahan, yaitu di Amerika Utara, sebagian besar di sebelah timur Pegunungan Rocky, di Amerika Selatan di Argentina (Pampas) dan Brazil, dan di Asia di Mongolia dan Rusia Padang. bahan induk mereka biasanya dasar-kaya dan gampingan dan mencakup batu gamping, loess, atau pasir tertiup angin. Utama proses yang mengarah pada pembentukan Mollisols padang rumput yang melanisation, dekomposisi, humification dan pedoturbation. Terbentuk pada daerah gurun pasir dengan curah hujan yang tinggi, namun tetap di batasi, karena menghindari pencucian yang berlebihan dan kejenuhan basa tetap tinggi. Mollisols terjadi pada savana dan lembah-lembah pegunungan (seperti Asia Tengah, atau Amerika Utara Great Plains).
Sifat dan karakteristik : Mollisols telah mendalam, bahan organik tinggi, diperkaya gizi-permukaan tanah (horizon A), biasanya antara 60-80 cm. Permukaan horison ini subur, dikenal sebagai epipedon mollic, adalah fitur diagnostik mendefinisikan Mollisols. Sangat dipengaruhi oleh kebakaran dan pedoturbation berlimpah dari organisme seperti semut dan cacing bumi. epipedons Mollic hasil dari penambahan jangka panjang dari bahan organik berasal dari akar tanaman, dan biasanya memiliki lembut, butiran, struktur tanah. Gambaran horison mollik :
• Lembut bila kering
• Berwarna gelap dan paling sedikit bahan organiKNya 1%
• Kejenuhan basa 50% atau lebih (diukur pada pH 7)
Pengelolaan : lahan perawan di uni soviet di buka pada tahun 1954.
Pada waktu itu area tersebut dicirikan oleh tanah yang subur, baik untuk
tanaman dan kepadatan penduduk rendah. Pertanian lahan kering
dilaksanakan secara sekstensif untuk memproduksi gandum. Irigasi
digunakan, terutama sepanjang lembah sungai, berbagau varietas tanaman
seperti buah-buahan, sayuran dan bit gula.
8. Andisol
Pengertian : Tanah andisol, atau sering disebut tanah andosol adalah
tanah yang dianggap paling subur karena berasal dari hasil gunung api.
Pembentukan : Tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral dengan struktur kristal yang cukup rapih. Mineral-mineral ini mengakibatkan Andisol memiliki daya pegang terhadap unsur hara dan air yang tinggi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannyadengan material volkanik. Dengan iklim yang sejuk, dan biasanya terdapat vegetrasi dataran tinggi seperti cemara atau pinus, dan memiliki relief yang terjal hingga agak datar, umur tanah andisol cenderung muda karena hasil dai kegiatan vulkanik.
Sifat dan karakteristik : Tekstur tanah jenis andisol atau andosol sangat beragam, tanah ini bisa berbentik tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah jenis ini di jumpai di daerah sekitar gunung api, tanah andisol juga mengandung banyak zat organik yang terdapat pada lapisan tengah dan atas, sedangkan pada bagian bawah kandungan unsur haranya cenderung sedikit.
Pengelolaan : Andisol cenderung menjadi tanah yang cukup produktif, terutama setelah diberi masukan amelioran (seperti pupuk anorganik). Andisol seringkali dimanfaatkan orang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran atau bunga-bungaan (seperti di daerah Lembang Kabupaten Bandung). Tanah andosol atau ada yang menyebut tanah vulkanik mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Unsur hara tersebut berasal dari letusan gunung api, sehingga tanah sangat baik untuk ditanami.
Pembentukan : Tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral dengan struktur kristal yang cukup rapih. Mineral-mineral ini mengakibatkan Andisol memiliki daya pegang terhadap unsur hara dan air yang tinggi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannyadengan material volkanik. Dengan iklim yang sejuk, dan biasanya terdapat vegetrasi dataran tinggi seperti cemara atau pinus, dan memiliki relief yang terjal hingga agak datar, umur tanah andisol cenderung muda karena hasil dai kegiatan vulkanik.
Sifat dan karakteristik : Tekstur tanah jenis andisol atau andosol sangat beragam, tanah ini bisa berbentik tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah jenis ini di jumpai di daerah sekitar gunung api, tanah andisol juga mengandung banyak zat organik yang terdapat pada lapisan tengah dan atas, sedangkan pada bagian bawah kandungan unsur haranya cenderung sedikit.
Pengelolaan : Andisol cenderung menjadi tanah yang cukup produktif, terutama setelah diberi masukan amelioran (seperti pupuk anorganik). Andisol seringkali dimanfaatkan orang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran atau bunga-bungaan (seperti di daerah Lembang Kabupaten Bandung). Tanah andosol atau ada yang menyebut tanah vulkanik mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Unsur hara tersebut berasal dari letusan gunung api, sehingga tanah sangat baik untuk ditanami.
9. Vertisol
Pengertian : Dalam kedua FAO dan taksonomi tanah Amerika Serikat,
Vertisol adalah tanah di mana ada kandungan tinggi dari tanah ekspansif
dikenal sebagai montmorilonit yang terbentuk retakan dalam di musim
kering atau tahunan.
Pembentukan : terbuat dari bahan yang dari dasar ke permukaan sering menimbulkan microrelief dikenal sebagai gilgai. Vertisols biasanya terbentuk dari batuan yang sangat dasar seperti basalt di iklim yang lembab musiman atau tidak menentu kekeringan dan banjir, atau untuk drainase terhambat. Tergantung pada bahan induk dan iklim, mereka dapat berkisar dari abu-abu atau merah untuk yang lebih dikenal dalam hitam (dikenal sebagai bumi hitam di Australia, dan tanah kapas hitam di Afrika Timur). Vertisols yang ditemukan antara 50 ° N dan 45 ° S khatulistiwa. area utama di mana vertisols yang dominan adalah timur Australia (khususnya pedalaman Queensland dan New South Wales), Dataran Tinggi Deccan India, dan bagian selatan Sudan, Ethiopia, Kenya, dan Chad (yang Gezira), dan Sungai Parana rendah di Amerika Selatan . daerah-daerah lain dimana vertisols yang dominan termasuk Texas selatan dan Meksiko yang berdekatan, timur laut Nigeria, Thrace, dan bagian dari Cina timur. Vegetasi alami vertisols adalah padang rumput, savana, atau hutan berumput.
Sifat dan karakteristik : Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.
Pengelolaan : Perilaku tekstur dan tidak stabil berat tanah membuat sulit bagi banyak jenis pohon tumbuh, dan hutan jarang terjadi. Ketika irigasi tersedia, tanaman seperti kapas, sorgum gandum, dan beras dapat ditanam. Vertisols sangat cocok untuk padi karena mereka hampir kedap saat jenuh. pertanian tadah hujan sangat sulit karena vertisols dapat bekerja hanya dalam jarak yang sangat sempit kondisi kelembaban: mereka sangat keras ketika kering dan sangat lengket bila basah. Namun, di Australia, vertisols sangat dihargai, karena mereka termasuk beberapa tanah yang tidak kekurangan fosfor . Beberapa, yang dikenal sebagai vertisols keras, memiliki kerak, tipis keras saat kering yang dapat bertahan selama 2 sampai 3 tahun sebelum mereka telah hancur cukup untuk memungkinkan penyemaian.
Pembentukan : terbuat dari bahan yang dari dasar ke permukaan sering menimbulkan microrelief dikenal sebagai gilgai. Vertisols biasanya terbentuk dari batuan yang sangat dasar seperti basalt di iklim yang lembab musiman atau tidak menentu kekeringan dan banjir, atau untuk drainase terhambat. Tergantung pada bahan induk dan iklim, mereka dapat berkisar dari abu-abu atau merah untuk yang lebih dikenal dalam hitam (dikenal sebagai bumi hitam di Australia, dan tanah kapas hitam di Afrika Timur). Vertisols yang ditemukan antara 50 ° N dan 45 ° S khatulistiwa. area utama di mana vertisols yang dominan adalah timur Australia (khususnya pedalaman Queensland dan New South Wales), Dataran Tinggi Deccan India, dan bagian selatan Sudan, Ethiopia, Kenya, dan Chad (yang Gezira), dan Sungai Parana rendah di Amerika Selatan . daerah-daerah lain dimana vertisols yang dominan termasuk Texas selatan dan Meksiko yang berdekatan, timur laut Nigeria, Thrace, dan bagian dari Cina timur. Vegetasi alami vertisols adalah padang rumput, savana, atau hutan berumput.
Sifat dan karakteristik : Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.
Pengelolaan : Perilaku tekstur dan tidak stabil berat tanah membuat sulit bagi banyak jenis pohon tumbuh, dan hutan jarang terjadi. Ketika irigasi tersedia, tanaman seperti kapas, sorgum gandum, dan beras dapat ditanam. Vertisols sangat cocok untuk padi karena mereka hampir kedap saat jenuh. pertanian tadah hujan sangat sulit karena vertisols dapat bekerja hanya dalam jarak yang sangat sempit kondisi kelembaban: mereka sangat keras ketika kering dan sangat lengket bila basah. Namun, di Australia, vertisols sangat dihargai, karena mereka termasuk beberapa tanah yang tidak kekurangan fosfor . Beberapa, yang dikenal sebagai vertisols keras, memiliki kerak, tipis keras saat kering yang dapat bertahan selama 2 sampai 3 tahun sebelum mereka telah hancur cukup untuk memungkinkan penyemaian.
Manfaat Tanah
Tanah
adalah bagian terluar lapisan bumi (ketebalan berkisar antara beberapa
centimeter hingga lebih dari 3 meter) tersusun dari campuran bahan-bahan
organic dan mineral sebagai tempat tumbuhnya tanaman (Pritchett, 1979).
Sistem tanah tersusun atas tiga fase yaitu padat, cair, dan gas. Fase
padat merupakan campuran bahan organic dan anorganik sehingga membentuk
kerangka tanah. Kerangka berkaitan dengan system pori yang bergabung
bersama-sama dengan fase cair dan gas. Bahan anorganik, bahan organic,
air dan udara merupakan empat konstituen utama tanah, dimana
konsentrasinya berbeda-beda menurut horizon. dan jenis tanah (Tan, 2000).
Tanah
yang bertekstur lempung mempunyai komposisi 45 % bahan anorganik, 5 %
bahan organic, 25 % air, dan 25 % udara dilaporkan merupakan kondisi
yang optimum untuk pertumbuhan tanaman (Brady, 1990). Kandungan hara di
dalam tanah meliputi N, P, K,
Ca, Mg, Fe, Mn, Zn, Bo, Co, Br, dan sebagainya, yang terdapat dalam
bentuk tersedia maupun tidak tersedia bagi tumbuhan (Pritchett, 1979).
Sifat-sifat
tanah yang menyebabkannya bermanfaat adalah (1) penyedia air, nutrien,
dan tempat bertumpuhnya pohon, (2) habitat untuk organisme decomposer
yang berperan dalam siklus karbon dan hara mineral, (3) mempunyai aksi
penyangga (buffer) terhadap perubahan temperatur dan air antara
atmosfer dan air tanah, dan (4) peranananya dalam pergantian ion
(penyangga pH) sehingga mempertahankan nutrien dan unsure lainnya dari
pencucian dan volatilisasi (Wild, 1993).
Salah
satu peran tanah dalam bidang pertanian adalah sebagai tempat
penyimpanan air yang sangat penting dalam hubungan kation, pelapukan
bahan organik dan kegiatan jasad-jasad renik. Hal itu dijumpai pada pori-pori mikro.
Sifat tanah dibedakan atas sifat fisik dan sifat kimia tanah. Pada
analisa sifat fisik tanah contoh tanah yang diambil dapat berupa 3
jenis yaitu : (1) contoh tanah utuh untuk penetapan kerapatan limbak,
susunan pori tanah, pF dan permeabilitas; (2) contoh tanah dengan
agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan (3) contoh tanah biasa atau contoh tanah terganggu untuk penetapan kadar air, tekstur, konsistensi, dan kadar air optimum. Pengambilan contoh tanah utuh paling baik dilakukan dalam keadaan air kapasitas lapang.
Kerapatan limbak dan ruang pori tanah
Kerapatan limbak adalah bobot kering suatu isi tanah dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam g/cm2. isi tanah merupakan isi bahan padatan dan isi ruang diantaranya. Bagian isi tanah yang tidak terisi oleh bahan padatan, baik bahan mineral maupun bahan organik disebut ruang pori tanah.
Penentuan kerapatan limbak:
· Bobot tanah basah = bobot tanah beserta ring tanah-bobot ring tanah
· Kadar air = (bobot contoh tanah-bobot contoh kering/bobot contoh kering) x 100%
· Berat kering tanah (BKM) = (100/ (100 + kadar air))x BB gram
· Kerapatan Isi = BKM/isi tanah
Ruang
pori total adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanahutuh yang
dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang di antara zarah pasir,
debu, liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah.
Peubah kerapatan jenis zarah tanah merupakan nisbah antara komponen mineral dan bahan organik tanah. Nilai komponen mineral rata-rata( tanpa memperhatikan banyaknya bersi dan mineral-mineral berat) adalah 2,65. sedangkan untuk bahan organik dari tanah normal rata-rata adalah 1,45. jika
kadar bahan orgaik lebih dari 1%, maka kerapatan jenis zarah harus
dikurangi 0,02 untuk tiap persen kandungan bahan organik.
Pengukuran kekuatan tanah
Penetrometer adalah pengukur kekuatan atau ketahanan tanah terhadap penembusan secara vertikal. Pada
mulanya penetrometer hanya digunakan untuk penyelidikan kualitatif
terhadap kerapatan relatif zarah-zarah dan konsistensi tanah. Sekarang,
banyak jenis penetrometer telah dirancang untuk pengukuran kuantitatif
kekuatan tanah terhadap penembusan, sehingga dapat dihubungkan secara
tepat dengan sifat-sifat fisik tanah seperti daya olah, kerapatan
relatif zarah-zarah tanah, kemampatan, daya tahan terhadap tekanan atau
kekuatan dan daya dukung tanah terhadap gangguan alat-alat besar. Penometer yang paling mudah dan praktis digunakan adalah penometr saku. Prinsip kerja penometer ini adalah jarum piston yang dapat ditekan ke tanah dihungkan dengan sebuah per. Perubahan
bentuk maksimum per tersebut akibat jarum piston yang ditekan ke tanah,
dihubungkan dengan kekuatan tanah terhadap tekanan yang dinyatakan
dalam Kg/cm2. alat
ini dapat dipakai langsung pada permukaan tanah di lapangan, pada
tanah-tanah dalam tabung contoh, pada bongkahan-bongkahan contoh tanah
yang tidak terganggu atau pada tanah dalam lubang galian. Alat ini banyak dipakai dalam teknik bangunan untuk menduga besarnya tekanan yang diajukan pada suatu bidang tanah. Dibidang kehutanan alat ini berguna untuk pemilihan jenis-jenis alat besar yang tidak merusak struktur tanah.
Kadar air tanah
Tanah terdiri dari 3 fase, yaitu cairan, gas dan padatan. Fase cairan adalah air tanah yang mengisi bagian-bagian atau seluruh ruangan kosong di antara zarah-zarah padat. Salah
satu peran tanah bagi vegetasi adalah sebagai tempat penyimpanan air
yang sangat penting dalam hubungan kation, pelapukan bahan organik dan
kegiatan jasad-jasad mikro. Hal ini dijumpai dalam pori-pori mikro ataupun sebagai selaput-selaput yang berada di sekitar zarah-zarah tanah. Air yang tidak tertahan akan mengisi poro-pori makro dan kemudian meresap ke bawah karena adanya gaya grafitasi.
Penahanan
air oleh tanah serta kecenderungan air bergerak dalam tanah, bergerak
dari tanah ke tanaman dan dari tanaman ke atmospher merupakan akibat
adanya selisih potensial akibat perbedaan energi. Potensi
total air tanah adalah jumlah pengaruh dari berbagai gaya yaitu
potensial, grafitasi, potensial matriks, potensial osmotik, dan
potensial lain yang kurang begitu berarti. Potensial grafitasi berperan penting dalam menghilangkan air berlebih. Potensial
osmotik disebabkan oleh adanya bahan terlarut dalam tanah yang dapat
menurunkan energi bebas air karena ion dan atau bahan terlarut dalam air
akan menarik molekul-molekul air, jadi potensialnya negatif. Potensial matriks merupakan hasil gaya kapilaritas dan gaya jerapan yang diakibatkan oleh matriks tanah. Kedua gaya tersebut menurunkan energi bebas tanah sehingga potensial matriks akan selalu negatif. Potensial yang sangat mempengaruhi hubungan air-tanah dan tanaman adalah potensial matriks dan osmotik. Karena kedua potensial tersebut negatif, maka sering disebut tegangan atau hisapan.
Air dalam tanah dapat digolongkan dalam (1) air grafitasi (2) air kapiler, dan (3) air higroskopis. Air
grafitasi adalah air yang tidak dapat ditahan oleh tanah, tetapi
meresap ke bawah karena pengaruh gaya grafitasi dan terdapat antara
tegangan 0,1 sampai 0,5 atmospher. Air kapiler adalah air yang dijerap. Biasanya
merupakan suatu lapisan yang ada di sekeliling zarah-zarah tanah dan
berada dalam ruang kapiler dan berada antara tegangan 0,1 dan 31
atmospher. Air higroskopik adalah air yang dijerap dari uap air oleh zarah tanah. Air ini melekat pada permukaan zarah tanah berupa lapisan tipis yang terdiri dari lapisan molekul air. Lapisan ini tertahan kuat sekali sehingga tidak mudah menguap dalam keadaan biasa. Air higroskopik tidak dapat diserap oleh tumbuhan dan berada pada tegangan 31—10.000 atmospher.
Untuk
mengetahui keadaan air air tanah dalam hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman, maka perlu ditetapkan kadar air tanah dalam beberapa keadaan
seperti (1) kadar air total, (2) kapasitas lapang, dan (3) titik layu
permanen.
Kadar
air total tanah adalah kadar air tanah yang diperoleh dengan jalan
pengeringan tanah kering udara di dlam oven pada suhu 105oC sehingga bobotnya tetap. Kapasitas
lapang adalah jumlah air yang ditahan oleh tanah setelah kelebihan air
grafitasi meresap ke bawah karena gaya grafitasi. Titik
layu permanen adalah kanduangan air pada saat vegetasi yang tumbuh
diatasnya telah mengalami layu permanen dalam arti sukar untuk
disembuhkan kembali meskipun telah ditambahkan sejumlah air yang
mencukupi. Selisih antara kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut air tersedia.
Penetapan
kadar air tanah dapat dilakukan dengan cara langsung, tidak langsung,
dan berbagai berbagai teknik dengan penetapan potensial kelembaban.
Cara gravimetri
Dengan cara ini kadar air ditetapkan secara langsung dengan mengukur penurunan bobotkarena air hilang melalui pengeringan tanah.
· Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab-bobot botol berisi tanah kering 105oC
· Bobot tanah kering = bobot botol berisi tanah kering 105oC – bobot botol
· % kadar air tanah = bobot air/bobot tanah kering 105oC x 100%
cara tahanan listrik
dengan cara ini kadar air ditetapkan secara tidak langsung berdasarkan sifat air sebagai penghantara listrik. Sifat hantaran listrik bahan sarang seperti tanah dapat berubah sesuai dengan kadar airnya. Makin tendah kadar air, maka hantaran listrik tanah makinrendah, sehingga tahanan listrik yang ditimbulkan makin tinggi. Hubungan kelembaban-hantaran listrik-tahanan listrik dapat diukur dengan menempatkan elektroda dalam blok CaCo3 (gips). Suatu blok CaSO4 berelektrode dalam tanah yang lembab akan menyerap air tanah sehingga keseimbangan tercapai. Tahan blok tersebut terhadap aliran listrik yang diberikan tergantung dari jumlah air yang diserap.
Penetapan dengan kurva tegangan air tanah
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tanah dapat mengikat air karena adanya tegangan matriks dan osmotik. Untuk
memperoleh gambaran tentang kadar air tanah pada tegangan tertentu,
maka pada tanah basah diberikan tekanan dalam alat yang disebut presure
plate, untuk tekanan sampai 5 atmospher. Tekanan dapat dinyatakan dalam tinggi kolom air.
pF adalah logaritma dari tegangan air tanah yang dinyatakan dalam cm tinggi kolom air. Misalnya untuk tegangan 1/3 atm =346 cm kolom air, maka pF = log 346 = 2.54. kurfa
tegangan air tanah atau sering disebut kurfa pF adalah kurva yang
menunjukkan hubungan antara logaritme tegangan air dengan kandungan air
tanah.
Tekstur tanah
Tekstur tanah adah susunan relatif dari tiga ukuran zarah tanah, yaitu pasir (berukuran 50 m -- 2 mm); debu (berukuran 2 m --50 m) dan liat (berukuran < 2 m) tanah dengan kandungan debu tinggi mempunyai kapasitas tertinggi untuk mengikat air tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Pelapukan
mineral secara kimiawi pada pemecahan pasir dan debu menghasilkan
ion-ion yang akan bergabung kembali untuk membentuk kristal-kristal baru
dari mineral-mineral sekunder, yang mempunyai ukuran partikel kecil dan
terjadi pada pemisahan liat, mineral-mineral
ini cenderung membentuk semacam lempeng, beberapa partikel dengan
ukuran sangat halus mengembang dan mengerut karena adanya pembasahan dan
pengeringan. Hal ini
diakibatkan karena daerah permukaan yang sangat luas per gram dan dengan
satu kemampuan untuk menahan sejumlah besar air. Sebagian
besar partikel liat juga mempunyai muatan negatif yang dipenuhi oleh
kation-kation yang menetralisir muatan negatif dari liat. Kation-kation
yang diabsorbsi bergerak dekat dengan permukaan liat dan bertukar
tempat satu dengan yang lainnya, dan dengan kation-kation dalam larutan
tanah. Kapasitas tanah untuk mengabsorbsi kation-kation dapat ditukar disebut kapasitas tukar kation. Kation-kation dapat ditukar yang diadsorbsi tidak dapat tercuci dari tanah dan sedikit tersedia untuk dapat digunakan tanaman. Jadi
tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi cenderung memiliki kapasitas
yang tinggi untuk menahan baik air, maupun unsur hara yang tersedia.
Untuk
keperluan pemilihan ada 13 kelas tekstur tanah yaitu pasir, debu, liat,
pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, lempung
berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir dan
liat berdebu. Pembagian itu
kemudian disederhanakan menjadi tujuh kelas yang terdiri dari pasir,
lempung kasar, lempung halus, debu kasar, debu halus, liat debu, dan
liat sangat halus. Penetapan
tekstur secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penetapan
kasar menurut perasaan di lapangan dan penetapan di laboratorium.
Penetapan menurut perasaan di lapangan
Masa
tanah kering atau lembab dibasahi kemudian dipirid di antara ibu jari
dan telunjuk sehingga membentuk pita lembab sambil diperhatikan adanya
rasa kasar atau licin. Kemudian
digulung-gulung sambil dilihat daya tahan terhadap tekanan dan dilihat
kelekatan masa tanah waktu telunjuk dan ibu jari direnggangkan.
Dari
rasa kasar atau licin, gejala piridan, gulungan dan kelekatan dapat
ditentukan kelas tekstur lapang. Kelas tekstur lapang tersebut disajikan
dalam tabel berikut :
No.
|
Kelas Tekstur
|
Rasa dan sifat tanah
|
1.
|
pasir
|
Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan, serta tidak melekat
|
2.
|
Pasir berlempung
|
Rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur serta sedikit sekali melekat
|
3.
|
Lempung berpasir
|
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak keras, mudah hancur, serta melekat
|
4.
|
Lempung berdebu
|
Rasa licin, membentuk bola teguh, membentuk pita, lekat
|
5.
|
lempung
|
Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta agak melekat
|
6.
|
debu
|
Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta agak melekat
|
7.
|
Lempung berliat
|
Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekat
|
8.
|
Lempung liat berpasir
|
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit gulungan mudah hancur serta melekat
|
9.
|
Lempung liat berdebu
|
Rasa jelas licin, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat serta melekat
|
10.
|
Liat berpasir
|
Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering, sukar dipijit, mudah digulung, serta melekat sekali
|
11.
|
Liat berdebu
|
Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali
|
12.
|
liat
|
Rasa berat, membentuk bola baik serta melekat sekali
|
13.
|
Liat berat
|
Rasa berat sekali, membentuk bola baik serta melekat sekali
|
Penentuan tekstur tanah yang paling umum dilakukan di laboratorium adalah dengan metode pipet dan atau hidromet. Dengan metode ini penetapan tekstur dilakukan berdasarkan hukum Stokes (Baver, 1959). Secara garis besar hukum tersebut didasarkan atas pengendapan zarah berbentuk bola dalam suatu cairan. Jari-jari tengah mempengaruhi kecepatan pengendapan.
Nih LINK Materinya
AGROMINERALOGI
BAHAN ORGANIK TANAH
BIOLOGI TANAH
DARI CSIRO, SOIL SAMPLING
FISIKA TANAH
FUNGSI TANAH HUTAN
FUNGSI UTAMA TANAH DAN LAHAN
INTROD to SOIL DEVELOPMENT TABLE
INTRODUCTION TO SOIL DEVELOPMENT
KOLOID TANAH
PEMBENTUKAN PROFIL TANAH
pH dan KOLOID
REAKSI TANAH (pH)
SIFAT FISIKA TANAH
AGROMINERALOGI
BAHAN ORGANIK TANAH
BIOLOGI TANAH
DARI CSIRO, SOIL SAMPLING
FISIKA TANAH
FUNGSI TANAH HUTAN
FUNGSI UTAMA TANAH DAN LAHAN
INTROD to SOIL DEVELOPMENT TABLE
INTRODUCTION TO SOIL DEVELOPMENT
KOLOID TANAH
PEMBENTUKAN PROFIL TANAH
pH dan KOLOID
REAKSI TANAH (pH)
SIFAT FISIKA TANAH
0 komentar: