Inventarisasi Sumber Daya Hutan
Pengertian inventarisasi sumberdaya hutan adalah pengumpulan dan
penyusunan data dan segala sesuatu mengenai sumberdaya hutan untuk
melakukan perencanaan pengelolaan sumberdaya hutan tersebut bagi
kesejahteraan masyarakat secara lestari dan serbaguna.
inventarisasi hutan juga dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk
menguraikan kualitas dan kuantitas pohon-pohon hutan serta berbagai ciri
dan karakteristik arael tempat tumbuhnya. Suatu inventarisasi hutan
lengkap dipandang dari segi bagaimana suatu penaksiran kayu harus berisi
deskripsi terhadap areal hutan
serta kepemilikannya, penaksiran tempat tumbuh, penaksiran pohon-pohon yang masih berdiri, dan penaksiran pengeluaran hasil.
serta kepemilikannya, penaksiran tempat tumbuh, penaksiran pohon-pohon yang masih berdiri, dan penaksiran pengeluaran hasil.
Tujuan
dari inventarisasi sumberdaya hutan itu sendiri adalah untuk
mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan
sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategik jangka
panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan
tingkatan dan Kerjalaman inventarisasi yang dilaksanakan.
Pelaksanaan Inventarisasi Sumberdaya Hutan ada 4, yaitu :
- Inventarisasi Hutan Nasional (IHN)
- Inventarisasi Hutan untuk Rencana Pengelolaan (IHRP)
- Inventarisasi Hutan untuk Rencana Operasional (IHRO)
- Inventarisasi Hasil Hutan Non Kayu (IHHNK)
Pengertian Perencanaan hutan adalah suatu bagian proses
pengelolaan hutan untuk memperoleh landasan kerja dan landasan hukum
agar terwujud ketertiban dan kepastian hukum dalam pemanfaatan hutan
sehingga menunjang diperolehnya manfaat hutan yang optimal, berfungsi
serbaguna dan pendayagunaan secara lestari.
Tujuan perencanaan kehutanan adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan
bidang kehutanan yang efektif dan efisien agar supaya mencapai menfaat
fungsi hutan yang optimum dan lestari.
Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan :
- Inventarisasi hutan
- Pengukuhan kawasan hutan
- Penatagunaan kawasan hutan
- Pembentukan wilayah pengelolaan hutan
- Penyusunan rencana kehutanan
CONTOH MAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam istilah
pengelolaan hutan konservasional, inventore hutan diperlukan untuk mengetahui
kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat tertentu dengan
dominasi pohon-pohonan selalu mengalami perubahan setiap waktu. Oleh karena itu
jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga selalu berubah. Hal itu
menyebabkan inventore hutan tidak mudah untuk dilaksanakan, namun adanya
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh inventorehutan justru mendorong
perkembangan tekhnik inventore hutan itu sendiri dan ilmu-ilmu yang berkaitan
dengannya.
Nilai kekayaan suatu
hutan tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan hutan yang ada pada inventore yang
ada serta taksiran perubahan yang terjadi, tetapi juga ditentukan oleh
faktor-faktor yang lain di luarnya. Semua itu merupakan elemen-elemen yang
terkandung di dalamnya yang akan dicatat
dalam suatu inventore hutan.
Suatu inventarisasi hutan lengkap dipandang dari segi
penaksiran kayu harus berisi deskripsi areal berhutan serta pemilikannya,
penaksiran volume (parameter lain seperti berat) pohon-pohon yang masih
berdiri, dan penaksiran tambah-tumbuh dan pengeluaran hasil. Dalam inventarisasi tertentu, dapat diberikan tekanan atau pembatasan
pada satu atau beberapa masalah tersebut, bergantung pada asas tujuan. Tetapi untuk suatu penilaian yang menyeluruh
terhadap suatu areal hutan dan terutama bermaksud untuk mengelolanya berdasar
asas hasil lestari, semua elemen itu harus dikuasai.
Kegiatan
inventarisasi tegakan merupakan salah satu tahapan awal yang sangat penting
dalam pengusahaan hutan. Di dalam
kegiatan inventarisasi hutan, keadaan tegakan, komposisi serta penyebaran jenis
pohon memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan tindakan-tindakan
silvikultur yang akan diterapkan. Ketelitian data yang diperoleh dari kegiatan
inventarisasi potensi tegakan tersebut merupakan kunci dari tercapainya
kelestarian pengusahaan dan kelestarian sumberdaya hutan yang akan dikelola.
Mengingat bahwa
pembangunan, dan pemanfaatan hutan tidak terlepas bahkan merupakan bagian dari
pada usaha pembangunan daerah, maka dalam inventarisasi hutan lawasa cakupannya
tidak terbatas hanya pada tegakan hutan saja, tetapi mencakup pula masalah social
ekonomi yang erat kaitannya dengan pemanfaatan hutan yang direncanakan
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum Inventarisasi Hutan adalah agar mahasiswa dapat mengetahui sekaligus memahami cara pengembilan data
dengan benar dari tegakan hutan
dalam hal pengukuran parameter pohon dengan menggunakan
metode Line
Plot Systematic Sampling.
Kegunaan dari praktikum Inventarisasi Hutan ini
adalah agar mahasiswa dapat
memahami
tata cara pembuatan jalur petak ukur, cara menentukan arah jalur, serta cara pengukuran jarak petak ukur pada
masing-masing jalur.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Inventarisasi Hutan
Inventarisasi Hutan adalah kegiatan
pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan
untuk rencana pengelolaannya. Tujuannya adalah mendapatkan
data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan
perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka
menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan
kedalam inventarisasi yang dilaksanakan.
Ruang lingkup inventarisasi hutan
meliputi survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna,
sumberdaya manusia serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan sekitar
hutan.
Inventarisasi hutan
merupakan suatu teknik pengumpulan, pengevaluasian, dari menyajikan informasi
yang terspesifikasi dari suatu areal hutan karena secara umum hutan merupakan
areal yang luas, maka data biasanya di kumpulkan dengan kegiatan sampling.
Di dalam merencanakan
suatu inventarisasi hutan, ada beberapa hal yang harus selalu diperhatikan
walaupun bagi masing-masing tidak perlu mendapatkan perhatian yang sama.
Hal-hal yang yang perlu mendapatkan perhatian dalam melaksanakan inventarisasi
hutan
2.2 Pengertian
Sistematik Sampling
Sampling
sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan satu pola
yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah ditentukan terlebih
dahulu. Bentuk pola tersebut
bermacam-macam, bergantung pada tujuan inventore, waktu dan biaya yang
tersedia, serta kondisi populasi yang dihadapi (Simon H. 2007).
Line
plot systematic sampling merupakan perkembangan dari continous strip
sampling. Latar belakang penggunaan line
plot sampling adalah untuk menghemat waktu dan biaya dengan mengurangi pekerjaan
pengukuran di lapangan tetapi diharapkan tidak mengurangi kecermatan sampling
yang diperoleh (Simon H., 1996).
Intensitas
sampling adalah suatu bilangan yang menggambarkan perbandingan antara jumlah
contoh dengan jumlah populasi seluruhnya tergantung dari besar kecilnya
intensitas sampling tergantung pada tingkat kecermatan yang di inginkan dan
heterogenitas dari populasi yang di hadapi (Madyana. Th., 1989).
Dalam rancangan sampling jalur
sistematik pemilihan jalur pertama
secara acak (random
start) dan selanjutnya jalur di tempatkan
secara sistematik. Adanya pengambilan
contoh secara sistematik dengan awal acak ini sangatlah tepat karena untuk memperkecil kekurangan sistematik
sampling, maka jalan keluarnya adalah dengan
mengkombinasikan
metode sistematik sampling dengan metode random
sampling.
2.3 Pengelolaan Petak
Ukur
Petak ukur adalah satuan sampling yang berupa bagian
dari luasan sebuah tegakan dimana akan dilakukan pengukuran dan pengamatan
karakter tegakan dan kondisi lahannya.
Pencatatan
dan pengolahan data memperoleh perhatian yang cermat, khususnya selama
permulaan tahap perencanaan suatu invenntore hutan karena sarana pengolahan
data (misalnya tersedianya fasilitas dan personil untuk perhitungan) atau
biayanya akan mempunyai dampak yang berarti pada rancangan, intensitas dan
pembagian waktu seluruh inventore. Didalam kerangka informasi yang diperlukan
serta uang dan waktu yang tersedi, perlakuan terhadap data harus dipandang
sebagai faktor pembantu yang secara langsung mempengaruhi pemilihan metode
inventore. Secara umum akan ditekankan, semakin sederhana rancangan
inventorenya, semakin murah biaya penanganan data dan semakin sedikit waktu
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Walaupun pengolahan data lebih
membantu sebagai sarana inventore hutan daripada sebagai faktor penentu, namun
pengaruhnya terhadap realisasi inventore tak dapat dianggap kecil
Secara
umum tipe petak ukur dapat dipisahkan menjadi tiga macam yaitu petak ukur
sederhana dengan berbagai bentuk, petak ukur terkombinasi, dan petak ukur
satelit.
2.4 Populasi
dan Sampel (Contoh)
Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan
populasi dan sampel penelitian. Dewasa ini, kegiatan penelitian banyak
dilakukan dengan penarikan sampel, karena metode penarikan sampel lebih
praktis, biayanya lebih hemat, serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih
sedikit dibandingkan dengan metode sensus. Pengambilan sebagian dari
keseluruhan objek, dan atas hasil penelitian suatu keputusan atau kesimpulan
mengenai keseluruhan objek populasi dibuat, disebut sebagai metode penarikan
sampel (sampling). Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau
menyelidiki karakteristik objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan
antara lain: objek yang diteliti sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti
bersifat homogen, tidak mungkin meneliti secara fisik seluruh objek dalam
populasi, untuk menghemat biaya, untuk menghemat waktu dan tenaga, serta
keakuratan hasil sampling.
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian
yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika
sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok
digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental.
Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian
kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan
datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu
diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara
tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif,
dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat.
Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel
dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel
terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik
populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya.
Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi
dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi
atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c)
besarnya sampel.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit
analisis, baik pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian
dengan pendekatan kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang menjadi masalah
atau persoalan yang dihadapi, yaitu: pertama, bahwa persoalan sampling
adalah proses untuk mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel
harus benar-benar bisa mencerminkan keadaan populasi, artinya kesimpulan hasil
penelitian yang diangkat dari sampel harus merupakan kesimpulan atas populasi.
Sehingga masalah yang dihadapi adalah bagaimana memperoleh sampel yang
representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili elemen lain dalam populasi atau
mencerminkan keadaan populasi. Kedua, masalah yang dihadapi dalam
penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah tentang
bagaimana proses pengambilan sampel, dan berapa banyak unit analisis yang akan
diambil. Sehingga masalah yang dihadapi diantaranya teknik penarikan sampel
manakah yang cocok dengan karakteristik populasi, tujuan dan masalah penelitian
yang akan dikaji. Selain itu berapa banyak unit analisis atau ukuran sampel (sample
size) yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian.
Populasi merupakan keseluruhan rangkaian unsur-unsur di mana
kita sedang mencari informasi tentang sesuatu dan ini harus diberi batasan
secara baik. Suatu sampel adalah suatu
bahagian dari populasi yang kita harapkan merupakan wakil populasi. Suatu sampel terdiri atas pengamatan-pengamatan
dan terdapat n observasi di dalam satu sampel (Paine P.D., 1992).
Di dalam pengukuran parameter
pohon yang mempunyai arti penting dalam pengukuran kayu adalah diameter atau
keliling, tinggi pohon, tinggi batang, diameter tajuk dan volume. Di samping
dapat diukur pada berbagai ketinggian, pengukuran diameter pohon melibatkan
beberapa macam alat, baik untuk dimensi dengan atau tanpa kulit (Simon H., 2007).
Sampel
merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap refresentatif untuk
mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter populasi tersebut (Simon
H., 2007).
Sampling merupakan
bagian populasi yang secara statistik dianggap representatif untuk mewakili
karakteristik atau menggambarkan parameter populasi tersebut. Sifat dari
populasi dapat di ukur dengan tingkat kepercayaannya (degree of confidence)dan
ini merupakan eror sampling (sampling erorr) yang selalu melekat pada sampel
manapun. Hal ini disebabkan oleh dua hal yang berkaitan dengan sifat alami
populasi, yaitu :
a.
Variasi di dalam populasi, dan
b. Kesempatan
untuk memilih sampel/dan juga eror non-sampling (non-sampling erorr).
Kedua macam eror
tersebut sama sekali terpisah kedudukannya dalam statistik. Penggunaan sampel
ukur (sampel plot) dalam kehutanan untiuk berbagai keperluansuda dilakukan
sejak lama, bentuk-bentuk petak ukur yang lazim digunakan adalah persegi
panjang, bujur sangkar, jalur dan lingkaran.
Besarnya
anggota sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti
praktis, ketepatan, nonresponden dan analisi data. Teknik untuk menghitung besarnya anggota
sampel secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara proporsi dan
ketelitian estimasi (Usman, H., 2008).
Menurut
Nasoetion, contoh
adalah bagian dari populasi yang digunakan guna pengamatan atau
penyelidikan. Contoh ini merupakan suatu
irisan sifat populasi, haruslah keseluruhan anggota contoh yang terpilih
mencerminkan keadaan populasi sewajarnya.
Pengambilan
contoh menurut Teken, dilakukan
atas pertimbangan biaya waktu dan tenaga yang tersedia dalam suatu penelitian. Menurut Mubyarto, pengambilan contoh
dilakukan atas pertimbangan sumberdaya yang terbatas, keterbatasan data dan
pengujian yang sifatnya merusak.
2.5 Pengambilan
Sampel Secara Sistematik
Sampling
sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan satu pola
yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah ditentukan terlebih
dahulu. Bentuk pola tersebut
bermacam-macam, bergantung pada tujuan inventore, waktu dan biaya yang
tersedia, serta kondisi populasi yang dihadapi.
Pada line plot systematic sampling merupakan perkembangan dari continous
strip sampling. Latar belakang
penggunaan line plot sampling adalah untuk menghemat waktu dan biaya dengan
mengurangi pekerjaan pengukuran di lapangan tetapi diharapkan tidak mengurangi
kecermatan sampling yang diperoleh.
Menurut
Sutarahardja bahwa metode sampling jalur sistematik merupakan suatu metode yang ditentukan berdasarkan luas tertentu dari unit contohnya,
yakni berdasarkan dengan unit contoh berbentuk jalur yang terdistribusi secara sistematik. Sistematik
di sini diartikan bahwa jalur tersebar
merata dengan lebar jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari
satu jalur ke jalur
lainnya.
Bentuk
petak ukur yang lazim digunakan dalam inventore hutan adalah bentuk petak ukur
persegi panjang, bujur sangkar, jalur dan lingkaran. Digunakannya petak ukur
dalam kehutanan disebabkan karena hutan bukan semata-mata sebagai kumpulan dari
pohon, melainkan merupakan suatu asosiasi dari flora dan fauna di suatu wilayah
yang cukup luas, mulai dari mikroorganisme sampai tumbuhan berbunga dan
binatang menyusui
(Madyana Th.,1989).
Dalam
inventarisasi hutan dikenal beberapa istilah yang digunakan dalam melakukan
pengukuran dan penaksiran potensi suatu tegakan yaitu populasi, sampel
(contoh), dan parameter. Menurut Cochran, populasi digunakan untuk menyatakan kumpulan dari mana
contoh diambil, sedangkan Husch mengatakan populasi merupakan kumpulan
keseluruhan anggota dan individu yang akan diteliti atau dipelajari.
Sampel
merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap refresentatif untuk
mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter populasi tersebut. Sedangkan parameter adalah ciri
suatu populasi, seperti harga rata-rata populasi atau simpangan baku populasi.
Diameter
merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam
pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Dengan keterbatasan alat yang tersedia,
seringkali pengukuran keliling (K) lebih banyak dilakukan, baru kemudian
dikonversi ke diameter (D), dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk
lingkaran yaitu D = k/Ï€ (Kadri
Wartono Ir., DKK,
1992).
Selain
pengukuran keliling dan diameter, tinggi pohon juga merupakan variabel dari
parameter pohon yang mempunyai arti yang tak kalah pentingnya dalam melakukan
pengukuran dan penaksiran potensi tegakan hutan dan hasil hutan. Tinggi pohon merupakan
parameter lain yang mempunyai arti penting dalam penaksiran hasil hutan. Bersama diameter, tinggi pohon diperlukan
untuk menaksir volume dan riap. Secara
khusus tinggi pohon dapat dihubungkan dengan umur hutan tanaman untuk
menentukan kelas kesuburan tanah (bonita) (Simon H., 2007).
Dalam
inventarisasi hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi yaitu tinggi total,
tinggi batang bebas cabang, tinggi batang komersil dan tinggi tunggak. Dalam kegiatan praktikum inventarisasi hutan
di hutan produksi Desa Oloboju variable tinggi pohon yang diamati adalah tinggi
batang bebas cabang dan tinggi total pohon.
Tinggi batang bebas cabang yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di
permukaan tanah sampai cabang pertama, sedangkan tinggi total yaitu tinggi dari
pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon (Simon H., 2007).
Pengukuran
keliling, diameter dan tinggi pohon merupakan data inventarisasi yang diperoleh
langsung di lapangan. Setelah data-data
tersebut terkumpul selanjutnya akan dilakukan analisis data untuk mendapatkan
hasil perhitungan volume dari setiap pohon sampel pada masing-masing petak ukur
dan perhitungan volume rata-rata dari semua pohon sampel pada keseluruhan petak
ukur. Agar hasil yang diperoleh dari
perhitungan volume pohon dapat memberikan keyakinan bagi si penaksir maka
diperlukan analisis data yang lain berupa perhitungan ragam (varians), simpangan baku (standar deviasi), galat
baku (standard error), kesalahan pengambilan contoh (sampling error), tingkat kecermatan dan konviden
interval
(selang kepercayaan).
Volume
merupakan salah parameter yang paling penting dalam melakukan inventarisai
hutan secara obyektif. Dalam menentukan
volume dari sebatang pohon yang ditaksir maka digunakan suatu tabel volume. Tabel volume disususn berdasarkan suatu
persamaan yang menggambarkan hubungan antara beberapa parameter pohon yang
mudah untuk diukur dengan volume pohon tersebut. Dalam melakukan penyusunan tabel volume
diperlukan perhitungan volume pohon yang masih berdiri untuk menentukan
hubungan volume dengan parameter pohon lainnya seperti keliling, diameter, dan
tinggi pohon.
Secara alami volume kayu dapat dapat dibedakan menurut
berbagai macam klasifikasi sortimen.
Jenis sortimen kayu yang lazim dipakai sebagai dasar penaksiran ada lima
macam, yaitu volume kayu tunggak, kayu batang komersil, kayu cabang komersial,
kayu batang non-komersial dan kayu ranting (Simon H., 2007).
Pada dasarnya ada dua macam cara untuk menaksir volume kayu yaitu penaksiran secara langsung dan tidak langsung.
Penaksiran secara tidak
langsung dilakukan dengan menggunakan tabel volume sedangkan dengan cara langsung dilakukan
dengan mengukur parameter individu pohon di lapangan, kemudian dihitung volumenya dengan menggunakan metode rumus analisis data kuantitatif
(matematis-statistik). Dalam penaksiran volume pohon yang masih berdiri seluruhnya hanya
dapat dilakukan secara langsung dengan ketinggian 2 meter, selebihnya
harus menggunakan taksiran.
BAB
III
METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan tempat
Pelaksanaan Praktikum
Inventarisasi Hutan ini dilaksanakan pada hari Minggu 26 April 2015, Pukul
09.00- 10.00 WITA. bertempat di Desa Labuan Kunguma, Kecamatan Tanantovea,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, Palu.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum Inventarisasi Hutan adalah sebagai berikut :
1)
Meteran Roll
2)
Kompas Bidik
3)
Parang
4)
Pita Ukur
5)
Hagameter
6)
Alat Tulis Menulis
7)
Kayu
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1)
Tally Sheet
2)
Tali Rafia
3.3 Cara kerja
1)
Pertama-tama kita menentukan plot dengan ukuran 20 m x 20
m untuk menganalisis tingkat pohon, 10mx10m untuk tingkat tiang, 5m x 5m untuk
tingkat panacang, dan 2m x 2m untuk tingkat semai.
2)
Kemudian
untuk plot berukuran 20m x 20m kita mengukur keliling pohon satu persatu
untuk menentukan diameter pohon tersebut nantinya.
3)
Pohon yang telah diukur diameternya,
diberi label gantung. Setelah itu
dlakukan pengukuran tinggi bebas cabang pohon dan tinggi total pohon. Dengan
menggunakan alat hagameter.
4)
Untuk melakukan pengukuran TBC dan TT
pohon pertama-tama kita menentukan jarak antara pengukur dan pohon yang akan
diukur.
5)
Setelah itu kita mengukur tinggi mata pengamat dari ujung kaki sampai ke mata
pengamat/pengukur.
6)
Setelah itu kita membidik TBC dan TT
pohon antara mata pengukur dengan
TBC ataupun TT pohon, untuk menentukan berapa besar sudut yang terbentuk
dengan menggunakan alat hagameter.
7)
Setelah
dilakukannya pengukuran pada plot 20m x 20m untuk tingkat pohon, kita
menganalisis tingkat tiang pada plot yang berukuran 10 m x 10 m. Pengukuran
yang dilakukan sama perlakuannya dengan
tingkat pohon, hanya saja pengukuran yang dilakukan hanya pada tingkat tiang, begitupun pengukuran yang
dilakukan pada tingkat pancang pada plot
yang berukuran 5m x 5m.
8)
Untuk tingkat semai penkuran yang
dilakukan hanya menentukan berapa tinggi dar semai tersebut pada plot dengan
ukuran 2m x 2m.
9)
Semua hasil data dilapangan dicatat pada
tali sheet, dan kita perlu menggambar skema pengkuran kita.
3.4 Metode pengumpulan data
Pembuatan
Plot 20x20 untuk pohon, 10x10 untuk tiang, 5x5 untuk pancang, 2x2 untuk semai,
Menggunakan Metode sampling untuk mengidentifikasi potensi tegakan dalam plot.
Mengukur Keliling pohon, Tinggi Total pohon, Batang Lepas Cabang, dan
menghitung jumlah vegetasi dan diameter pohon, tiang dan pancang.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengukuran tiap-tiap
vegetasi.
No
|
Jenis
|
Keliling (m)
|
Diameter
(m)
|
TBC
(m)
|
Tinggi total
(m)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Pohon Jenis 1
Pohon Jenis 1
Pohon Jenis 2
Pohon Jenis 2
Tiang Jenis 1
Tiang Jenis 2
Pancang Jenis 2
Pancang Jenis 1
Semai Jenis 1
Semai Jenis 2
|
1,05
0,96
0,85
0,71
0,45
0,55
0,19
0,20
-
-
|
0,334
0,305
0,271
0,225
0,142
0,176
0,059
0,064
-
-
|
8,0
6,0
7,0
6,5
-
-
-
-
-
-
|
12,5
10,0
9,5
8,5
5,5
6,0
4,5
3,5
0,25
0,15
|
·
Perhitungan Volume Rata-rata Pohon pada
plot 5 :
Perhitungan Volume Rata-rata Pohon pada plot 5:
Pohon Jenis 1 :
V = 1/4 πd^2.t .fk
V =( 1/4 x 3,14 x 〖0,334〗^2 )x 12,5 x 0,7
= 0,77 m3.
Pohon Jenis 1 :
V = 1/4 πd^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 〖0,305〗^2 )x 10,0 x 0,7
= 0,51 m3.
Pohon Jenis 2 :
V = 1/4 πd^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 〖0,271〗^2 )x 9,5 x 0,7
= 0,38 m3.
Pohon Jenis 2 :
V = 1/4 πd^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 〖0,225〗^2 )x 8,5 x 0,7
= 0,24 m3.
Volume rata-rata pohon :
V ̅= (∑Vi)/n
= 1,90/4
= 0,47 m3.
Perhitungan Rata-rata Tiang
Tiang jenis 2
V = 1/4 πd^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 〖0,142〗^2 )x 5,5 x 0,7
= 0,06 m3.
Tiang jenis 2
V = 1/4 πd^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 〖0,176〗^2 )x 6 x 0,7
= 0,10 m3.
Volume rata-rata tiang :
V ̅= (∑Vi)/n
= 0,163/2
= 0,08 m3.
Perhitungan Rata-rata Pancang
Pancang jenis 2
V = 1/4 πd^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 〖0,059〗^2 )x 4,5 x 0,7
= 0,01 m3.
Pancang jenis 2
V = 1/4 πd^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 〖0,064〗^2 )x 3,5 x 0,7
= 0,01 m3.
Volume rata-rata Pancang :
V ̅= (∑Vi)/n
= 0,016/2
= 0,008 m3.
Keterangan :
V =
Volume pohon
d =
Diameter pohon
t =
Tinggi total pohon
fk =
Faktor koreksi
n =
Jumlah pohon
4.1 Pembahasan
Metode yang dikembangkan dalam kegiatan inventarisasi
hutan baik teknik
pengambilan data, penggunaan
bentuk unit contoh,
maupun pengolahan datanya
adalah metode line plot sampling karena
tatanan cara dalam
pengambilan contoh hanya dilakukan pada
sebagian elemen dari populasi,
tidak semua elemen
dalam populasi diukur
atau dengan kata
lain pendugaan karakteristik
suatu populasi berdasarkan contoh
(sample) yang diambil
dari populasi tersebut
yang digunakan untuk memperoleh
nilai dugaan dari
populasi yang sedang
dipelajari. Cenderung menguntungkan
karena menghemat sumberdaya
(biaya, waktu, dan
tenaga), kecepatan mendapatkan informasi (up
to date), ruang
lingkup (cakupan) lebih
luas, data/informasi yang diperoleh lebih teliti
dan mendalam serta
pekerjaan lapangan lebih
mudah.
Penentuan
metode sampling jalur
sistematik berkaitan dengan
penandaan petak ukur
pengamatan. Petak ukur
ini berbasis pada
plot persegi yang
umumnya dibuat tegak
lurus garis kontur
atau sungai yang
mengarah ke puncak
gunung atau bukit
agar keragaman karakteristik
tegakan yang diukur
dapat terwakili. Adanya
penentuan petak ukur
ini tidak lepas
dari pengamatan, pengukuran
, dan penandaan
pohon inti yang
meliputi jumlah, jenis,
keliling, diameter, tinggi
bebas cabang, tinggi
total, dan volume
tegakan pohon.
Kawasan
hutan Desa Labuan Kunguma
merupakan kawasan hutan alam yang wilayahnya
cukup luas, oleh karena itu diperlukan suatu pengamatan potensi tegakan
hutan. Dan untuk mengetahui potensi
tegakan tersebut maka diadakan inventarisasi hutan dengan melakukan pengamatan,
pengukuran, dan penaksiran dari sampel (contoh) yang diambil.
Dalam
praktikum ini kondisi hutan yang ada didesa Labuan Kunguma termasuk hutan
sekunder karena vegetasi dalam hutan dalam proses perkembangan dan jumlah
vegetasi yang masih sedikit.
Dari hasil praktikum inventarisasi hutan di hutan
produksi Desa Labuan Kunguma yang telah dilaksanakan diperoleh hasil pengukuran
volume rata-rata pohon dengan pengambilan sampel sebanyak 4 pohon pada petak ukur (plot).
Pada pelaksanaan praktikum yang pertama kali dilakukan
adalah menentukan jalur dan jarak antar jalur dengan menggunakan alat meteran
roll, selanjutnya jika jalur telah ditentukan kemudian menetukan arah jalur dengan
menggunakan kompas bidik. Selanjutnya membuat petak ukur dengan ukuran 20 m x 20
m. Setelah
petak ukur dibuat selanjutnya mengamati dan menghitung jumlah pohon yang akan dijadikan sampel,
terdapat 4
pohon sampel yang masing-masing akan dilakukan pengukuran dan penaksiran pada
parameter pohon tersebut.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan
praktikum dapat diketahui potensi tegakan pohon dalam hal ini volume pohon
dengan menggunakan plot yang berukuran 20 m x 20 m dengan melakukan pengukuran
atau penaksiran pada parameter pohon yang terdiri dari diameter, tinggi total
dan tinggi bebas cabang, penambahan nilai phi (Ï€ (3,14)) dan faktor koreksi (fk
(0,7)) adalah sebesar 1,90 m3
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dalam praktikum ini dapat diketahui selain potensi tegakan
pohon, juga diperoleh volume tegakan rata-rata tiang sebesar 0,08 m3
dan volume rata-rata tegakan pancang sebesar 0,008 m3.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka diambil suatu
kesimpulan:
1. Kondisi hutan yang ada didesa Labuan Kunguma termasuk
hutan sekunder karena vegetasi dalam hutan dalam proses perkembangan dan jumlah
vegetasi yang masih sedikit.
2.
Sampling
merupakan tatanan cara dalam penarikan contoh yang metode pengukurannya hanya
dilakukan pada sebagian elemen
dari populasi, tidak semua elemen dalam populasi diukur
atau dengan kata lain pendugaan karakteristik suatu populasi berdasarkan contoh (sample) yang
diambil dari populasi tersebut yang digunakan
untuk memperoleh nilai dugaan dari populasi yang sedang dipelajari.
3.
Pembuatan petak ukur dengan ukuran 20 m x 20 dan
diperoleh 8 hasil jumlah pohon yang akan dijadikan sampel,
dari jenis pohon sebanyak 4, tiang sebanyak 2, pancang sebanyak 2, dan semai
sebanyak 2.
4.
Volume rata-rata pohon adalah sebesar 1,90 m3. volume tegakan rata-rata tiang
sebesar 0,08 m3 dan volume rata-rata tegakan pancang sebesar 0,008 m3.
5.2
Saran
Untuk kelancaran praktikum berikutnya sebaiknya fasilitas seperti
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar hasil yang
diperoleh dalam pengambilan data lebih maksimal dan kesalahan dalam pengambilan
data juga dapat berkurang. Selain itu
agar praktikum dapat berjalan dengan maksimal sebaiknya disediakan penuntun
praktikum bagi praktikkan.
DAFTAR PUSTAKA
Inventarisasi
hutan.2013. www.dephut.go.id
Diakses tanggal 1 Mei 2015
Kadri Wartono Ir., DKK. 1992. Buku
Ajar Inventarisasi Hutan. Universitas Tanjungpura.
Madyana Th. 1989. Macam-macam Bentuk Petak Ukur.Penerbit Djambatan, Jakarta.
Simon
H. 2007, Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelayar, Yogyakarta
nakbisadi copy yah..
BalasHapus