CARING

CARING

Pengertian Caring
Caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain, berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusian, komitmen untuk nencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi perhatian dan konsen, menghormati kepada orang iain dan kehidupian manusia, cinta dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan, penghargaan dan menyenangkan.
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik . artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring tetapi sebagai manusia, kita juga harus mampu memperhatikan manusia lain.
Pengertian Human Caring
       Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring.
Definisi Menurut Pasquali dan Arnold
Menurut Pasquali danArnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi; meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri. Berdasarkan pemahaman tersebut ternyata seorang yang berperilaku caring harus mempunyai ilmu tentang bagaimana kita mengenal diri sendiri sehingga kita mampu mengenal orang lain.

Theory of Human Care (Jean Watson)
Watson yang terkenal dengan Theory Of Human Care, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi

kesanggupan pasien untuk sembuh, disini terlihat bentuk hubungan perawat pasien adalah hubungan yang wajib dipertanggungjawabkan secara profesional.
Caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Sungguh sebagai perilaku yang tidak semua orang mampu melakukannya, kecuali orang yang mampu berjiwa besar dan berlapang dada.Sifat- sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Ada juga yang berpendapat bahwa caring sebagai suatu sikap rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain.
Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Tidak mudah untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut memerlukan pemupukan dan penyiraman berupa support dan penguatan, sehingga ini harus diperhatikan oleh semua dosen keperawatan, maupun manager sumber daya manusia yang ada di intitusi pelayanan kesehatan dimanapun.
Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki keperdulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, artinya menjadi seorang perawat berarti harus berani menjadi manusia istimewa. Cara perawat melihat pasien sebagai manusia yang mempunyai kekuatan,dan bukan hanya fisik, tetapi juga mempunyai jiwa dan kebutuhan sosial harus menjadi bagian penting dari perilaku caring.
Caring juga sebagai suatu affeck yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien .
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. caring bukan semata-mata perilaku.

3Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999)

Keperawatan menurut jean Watson
Keperawatan menurut Jean Watson adalah “….Human science of person and human health-illness experiences that are mediated by professional, personal, scientific, esthetic, and ethical human are transaction..”


Pandangan Tentang Keperawatan Sebagai Science
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika, humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan oleh Watson (1985) “human care is the heart of nursing”. Pandangan tentang keperawatan sebagai science tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan pengetahuan sebagai basis dalam area:
1.      Pengkajian terhadap kondisi manusia
2.      Implikasi dari pengalaman manusia dan responnya terhadap kondisi sehat sakit.
3.      Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya
4.      Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship
5.      Studi tentang sistem bagaimana human care harus diwujudkan.
           
Filosofi Jean Watson, yang pada akhirnya tarkenal dengan sebutan “J.W”, berupaya untuk mendefinisikan hasil dari aktifitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistik dari kehidupan. Watson, (1979). Tindakan Keperawatan yang mengacu langsung pada pemahaman hubungan antara sehat, sakit dan perilaku manusia. Keperawatan memperhatikan peningkatan dan mengembalikan kesehatan, serta pencegahan  terjadinya penyakit.

Asumsi Dasar Teori Jean Watson

Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja dalam pengembangan teori, yaitu:
·         Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal
·         Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
·         Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga.
·         Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.
·         Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.
·         Caring bersifat healthogenic” daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan untuk membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.
·         Caring merupakan inti dari keperawatan.

Model dan Teori Konseptual Keperawatan

Model Watson dibentuk melingkupi Proses Asuhan Keperawatan, Pemberian bantuan kepada Klien dalam mencapai atau mempertahankan kesehatan dan atau mencapai kematian yang damai.
Intervensi keperawatan berkaitan dengan proses perawatan manusia. Proses perawatan manusia membutuhkan Perawat yang mampu memahami perilaku dan respon manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual atau potensial, kebutuhan manusia, dan bagaimana manusia merespon terhadap orang lain, dan kekurangan serta kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus pemahaman pada dirinya sendiri. Selain itu, perawat juga memberikan kenyamanan dan perhatian, serta empati pada klien dan keluarganya. Asuhan perawatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien dan keluarganya.

Kebutuhan Dasar menurut Watson
J.W dalam memahami konsep keperawatan, terkenal dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan JW ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Teori JW ini memahami bahwa manusia memiliki Empat cabang kebutuhan yang saling berhubungan, diantaranya:
1.      Kebutuhan Dasar Biofisikal (Kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan Makan dan Cairan, Kebutuhan Eliminasi, dan Kebutuhan Ventilasi
2.      Kebutuhan Dasar Psikofisikal (Kebutuhan Funsional) yang meliputi Kebutuhan Aktifitas dan Istirahat, serta Kebutuhan Sexualitas.
3.      Kebutuhan dasar Psikososial (Kebutuhan untuk Integrasi) yang meliputi Kebutuhan untuk Berprestasi dan Berorganisasi
4.      Kebutuhan dasar Intrapersonal dan Interpersonal (Kebutuhan untuk Pengembangan) yaitu Kebutuhan Aktualisasi Diri.

10  Faktor-Faktor Keperawatan
1.      Pembentukan sistem nilai human istik, altruistik, dilihat dari pendapat, keyakinan, interaksi dengan berbagai kultur dan pengalaman.
2.      Penanaman kepercayaan (melalui kepercayaan)
3.      Memperbaiki sensitifitas terhadap dirinya dan orang lain.
4.      Pengembangan hubungan yang bersifat membantu
5.      Penerimaan ekspresi perasaan negatif dan positif (menerima peranan, memahami perilaku).
6.      Penggunaan metode ilmiah dalam penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan.
7.      Meningkatkan pembelajaran yang bersifat interpersonal.
8.      Tersedianya lingkungan yang mendukung, melindungi psiko sosial, kultura dan spiritual
9.      Membantu kebutuhan manusia dengan senang
10.  Dikembangkan faktor eksistensial studi tentang keberadaan manusia.

Teori Watson dan 4 Konsep Utama Keperawatan
1)        Manusia
Manusia sebagai makhluk yang sempurna dan terdiri dari beraneka ragam perbedaan.
2)        Sehat
Menurut WHO sehat adalah keadaan positif sejahtera, fisik, mental dan sosial.
Menurut Watson elemen-elemen yang berpengaruh adalah :
1.        Fungsi yang baik dari fisik, mental dan sosial.
2.        Adaptasi dan pemeliharaan fungsi kesehatan
3.        Tidak adanya sakit.

3)        Lingkungan / masyarakat
Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap masyarakat.
4)    Keperawatan
-        Menurut wawasan ilmu keperawatan berhubungan dengan promotif, preventif, curatif dan rehabitatif.
-        Defensi ilmu keperawatan menurut Watson adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dan pengalaman manusia tentang sehat.
Proses Perawatan menurut Jean Watson
1.      Pengkajian
Terdiri dari observasi dan identifikasi masalah dengan penggunaan penerapan pengetahuan sesuai dengan literatur.
2.      Perencanaan
Perencanaan membantu untuk menekankan bagaimana variabel-variabel akan diperiksa atau diukur.
3.      Intervensi
Tindakan langsung dari rencana
4.      Evaluasi
Suatu cara dan proses untuk menganalisa data dengan sebaik-baiknya.

Pendapat Jean Watson dan Teori Karateristik
1.      Teori dapat menghubungkan konsep dalam menghasilkan jalan untuk mengatasi perbedaan dengan melihat fenomena secara teliti.
2.      Teori harus logis secara ilmiah
3.      Teori harus relatif ringkas dan umum
4.      Teori dapat mendasari hipotesis yang dapat diujikan.
5.      Teori memberikan masukan dan membantu dalam peningkatan pengetahuan secara umum.

Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi:
1.      Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu).
Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
2.      Konsep tentang kesehatan

            Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
            Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.

3.      Konsep tentang lingkungan

            Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.
4.      Konsep tentang keperawatan

            Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat

Perilaku Caring
Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien.
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis,piritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Caring act adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh, tindakan dalam bentuk perilaku caring seharusnya diajarkan pada manusia mulai sejak lahir, masa perkembangan, masa pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala meninggal. caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan profesi yang lain dan mendominasi serta mempersatukan tindakan-tindakan keperawatan.
Caring Dalam keperawatan
Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain.

Tujuan Caring Dalam keperawatan
Bertujuan dan berfungsi membangun stuktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu tempat dengan tempat yang lain. Dalam merawat diri sendiri dan orang lain pada praktiknya akan berbeda pada setiap kultur dan etik serta pada sistem profesional care-nya.

Identifikasi kultur universal dan nonuniversal
kepercayaan dalam bentuk perilaku caring merupakan wujud dari praktik profesional yang merupakan esensi untuk menemukan epistemologi dan ontologi sebagai dasar dari ilmu keperawatan. Care adalah kultur yang luas, berasal dan dibutuhkan sebagai dasar pengetahuan serta praktik untuk kepuasan dan keberhasilan, Tidak akan ada curing tanpa caring, tetapi akan dapat terjadi caring tanpa curing.
Laininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori tetapi hanya beberapa hal yang didefinisikan :
a.       Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan atau prilaku lain yang berkaitan atau untuk individu lain/kelompok dengan kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
b.      Curing adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung individu lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
c.       Kultur adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai, kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat menjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
d.      Cultrul care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
e.       Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu cara yang hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai dalam periode waktu tertentu.
f.       Perbedaan culture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian, pola nilai atau simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan kehidupan atau untuk kematian.
g.      Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap kesehatan manusia.
h.      Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
i.        Cultural Imposition  berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain karena mereka percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.

Faktor carative
 Dalam teori caring, nilai-nilai, pengetahuan dan praktik perawatan diintegrasikan dengan proses penyembuhan dari dalam diri dan pengalaman hidup klien, sehingga memerlukan seni perawatan-penyembuhan dan kerangka kerja
Berdasarkan Watson (2004), konsep mayor dalam teorinya adalah : (a) Faktor Carotive, (b) fhe Tronspersonat Coring Relotionship, dan (c) Momen/ Waktu Caring.

a.    Faktor Carative
Watson memandang Faktor Carative sebagai panduan inti dari keperawatan. Beliau menggunakan istilah Carative untuk membedakan dengan kedokteran yaitu faktor kuratif. Faktor Carative beliau berusaha untuk menghargai dimensi manusia dalam keperawatan dan kehidupan serta pengalaman pribadi seseorang yang kita beri perawatan (Watson, 1997;2N4). Faktor Carative terdiri dari 10 elemen :
1)        Sistem nilai humanistik dan altruistik (mengutamakan kepentingan orang lain).
2)        Kejujuran dan harapan.
3)        Sensitifitas pada pribadi seseorang dan orang lain.
4)        Rasa tolong menolong-saling percaya, hubungan antar sesama manusia.
5)        Mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
6)        Proses pemecahan masalah keperawatan yang kreatif.
7)        Proses belajar mengajar trarrspersonal.
8)        Lingkungan fisik, social, spiritual dan mental yang supportif, protektif, dan korektif.
9)        Pertolongan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
10)    Kekuatan spiritual-fenomenologikal-eksistensial (Watson, 1979/1985).

Bersamaan dengan beliau mengembangkan teorinya, beliau memperkenalkan konsep proses caritas klinis, yang kini menggantikan faktor carative-nya. Watson (2001) menjelaskan kata caritos berasal dari bahasa Yunani, yang berarti untuk memberikan kebahagiaan dan untuk memberikan perhatian/kasih sayang yang spesial (De Laune dan Ladner, 2002). Berikut merupakan translasi faktor carotiye dalam proses coritos klinis.
1)      Praktik Perawatan yang secara sadar diberikan dengan keramahan dan ketenangan hati.
2)      Mampu menampilkan, memungkinkan dan mempertahankan sistem kepercayaan mendalam dan kehidupan subyektif seseorang atau orang yang diberi perawatan.
3)      Mengupayakan praktik spiritual dan transfersonal seseorang, mengesampingkan ego pribadi, membuka cara pandang orang lain dengan sensitifitas dan perasaan kasihan.
4)      Mengembangkan dan mempertahankan hubungan perawatan dengan rasa tolong menolong dan saling percaya.
5)      Mampu menampilkan, mendukung, perasaan negatif dan positif yang berhubungan dengan jiwa terdalam diri dan orang yang diberikan perawatan.
6)      Menggunakan proses pemecahan masalah yang kreatif dan sistematis, digabungkan dengan pengetahuan perawatan yang dimiliki, serta melibatkan seni praktik perawatan-penyembuhan.
7)      Mendukung proses belajar-mengajar transpersonal yang menggunakan pengalaman untuk mempersatukan pemahaman, dan melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
8)      Menyediakan lingkungan fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang supportif, protektif, dan korektif yang kondusif untuk proses perawatan pada setiap level (lingkungan fisik sebaik lingkungan non fisik, lingkungan yang penuh energi positif di mana kebersamaan, kenyamanan, harga diri, dan kedamaian tumbuh dengan maksimal).
9)      Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan memuaskan, dengan penuh kesadaran, memberikan perawatan dengan body longuage yang baik, dengan memperhatikan seluruh aspek perawatan, merawat baik kesadaran jiwa maupun spiritual.
10)  Mengijinkan kekuatan spiritual-fenomenal-eksistensial menjadi pembuka dimensi misteri-spiritual dan ekistensial kehidupan dan kematian seseorang, perawatan jiwa bagi diri sendiri dan orang yang diberikan perawatan.
b.    Transpersonal Coring Relotionship
Menurut Watson (1999) dalam Cara (2003), hubungan perawatan transpersonal mencirikan jenis hubungan perawatan spesial, yang tergantung pada:
1)      Komitmen moral perawat dalam melindungi dan meningkatkan harga diri manusia yang setinggi-tingginya.
2)      Kesadaran perawat dalam berkomunikasi untuk memelihara dan menghargai jiwa seseorang, sehingga tidak menyamakan status seseorang tersebut dengan obyek (benda).
3)      Kesadaran perawat dalam memberikan perawatan berpotensi menyembuhkan, sehubungan dengan pengalaman, persepsi, dan hubungan yang intensif berperan dalam penyembuhan.

c.    Momen/Waktu Caring
Menurut Watson (1999) dalam Cara (2003), waktu perawatan adalah saat di mana (terbatas pada waktu dan tempat) perawat dan orang yang diberi perawatan bersama-sama dalam suatu kondisi pemberian perawatan. Keduanya, dengan pandangan uniknya, dimungkinkan untuk saling tukar menukar perasaan dan pemahaman. Menurut Watson, pandangan unik seseorang didasarkan pada pengalamannya yang melibatkan emosi, sensasi tubuh, pemikiran, kepercayaan, tujuan, pengharapan, kondisi lingkungan dan persepsi seseorang terhadap sesuatu-semuanya berdasarkan pengalaman masa lalu, saat ini dan pandangan terhadap masa depan.

PERBEDAAN CARING DAN CURING
Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of Caring (Lindberg,1990). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:
a.       Caring merupakan tugas primer perawat sedangkan Curing adalah tugas sekunder. Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan perawat.
b.      Curing merupakan tugas primer seorang dokter sedangkan Caring adalah tugas sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.
c.       Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya adalah caring dan ¼ nya adalah curing.
d.      Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada Curing. Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan.
Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
e.       Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
f.       Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.

PERILAKU CARING DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Caring bukan sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga.
a)      Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
b)      Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata.
c)      Sentuhan Perlindungan merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat dan/atau klien.Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh. Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana.
d)     Mendengarkan untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
e)      Memahami klien adalah sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis.
f)       Caring Dalam Spiritual adalah kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang.
g)      Perawatan Keluarga merupakan sumber daya penting. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.
Konsep Perilaku Caring Perawat :
Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Tindakan dalam bentuk perilaku caring seharusnya diajarkan pada manusia sejak lahir, masa perkembangan, masa pertumbuhan, masa pertahanan sampai dengan meninggal. Perilaku caring bertujuan dan berfungsi mengubah struktur sosial, pandangan hidup dan nilai dalam merawat diri sendiri dan orang lain dalam prakteknya akan berbeda pada setiap kultur dan etik serta pada sistem profesional care-nya (Leininger, 1991).
Proses caring :
Proses keperawatan yg sistematis yg dilakukan oleh perawat kepada klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, merencanakan tindakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil. Perilaku caring perawat dan tingkat kepuasan klien diidentifikasikan dengan instrumen yg memiliki “komponen caring” yaitu :
a.        Kesiapan membantu
b.       Penjelasan & kemudahan
c.         Kenyamanan
d.       Tindakan antisipasi
e.        Membina hubungan saling percaya
f.        Pemantauan & pengawasan
Ciri – Ciri Caring :
a.        Tanggung jawab
b.       Ikhlas
c.         Rasa iba
d.       Perhatian
e.         Empati
f.        Fasilitasi
g.       Perhatian
h.       Dukungan
i.          Melibatkan
j.         Kerjasama
k.       Bertindak dalam pmeliharaan kesehatan
l.          Tingkah laku membantu
m.     Cinta & kepercayaan
n.       Pengasuhan
o.       Bantuan atau pertolongan
p.       Kelembutan hati.

PENGERTIAN TRANSKULTURAL

Transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trans berarti melintang, melintas, menembus , melalui. Culture berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan.
Kepercayaan, nilai-nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Konsep dalam Transcultural Nursing
a.       Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b.      Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
c.       Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d.      Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.
e.       Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f.       Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
g.      Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
h.      Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i.        Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
j.        Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k.      Culturtal imposition kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.


CONTOH APLIKASI KULTURAL NURSING
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapkan menggunajan keperawatan transkultural untuk mengatasi adanya perbedaan budaya antara klien serta untuk mewujudkan asuhan keperawatan yang optimal. Leininger (1981): 13 menyebutkan 28 bentuk merawat yang dapat diterapkan pada semua profesional kesehatan, yang meliputi, kenyamanan, persahabatan, perilaku, koping, empati, keterlibatan, cinta, perilaku melindungi dan memelihara, dukungan, dan kepercayaan. Keperawatan transkultural mencakup mengintegrasikan pandangan, pengetahuan, dan pengalaman budaya dalam merencanakan dan mengimplementasikan asuhan khusus untuk individu dari suatu budaya.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuwan yang harmonis. Sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan (kultur-cultural) yang spesifik dan universal. Keperawatan transkultural diimplementasikan dalam berbagai masalah kesehatan pada masyarakat diantaranya dalam berbagai masalah penyakit kronis, nyeri serta gangguan mental.
Peninjauan Kasus Transkultural terhadap Diabetes Melitus :
Diabetes mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi darah madu. Meningginya kadar gula darah termanefestasi juga dalam air seni. Ginjal tidak dapat lagi menahan kadar gula yang tinggi. Pembuangan glukosa melalui ginjal selalu disertai dengan pembuangan air, maka salah satu ciri diabetes mellitus adalah meningkatnya kuantitas dan frekuensi buang air seni . Kadar gula darah tentu jauh lebih tinggi dari kadar glukosa dalam urine (10 mmol/liter). Diabetes mellitus disebabkan karena gangguan dalam meregulasi kadar glukosa dalam darah dan gangguan pada proses transportasi glukosa dari darah ke dalam sel-sel. Semua ini disebabkan oleh produksi insulin yang tidak mencukupi kebutuhan.
Masalah pada Kasus :
a.                   Laki-laki berusia 50 tahun.
b.                  Pingsan saat rapat di kantornya.
c.                   Kadar gula mencapai 450 mg/DL.
d.                  Dua tahun didiagnosis menderita diabetes mellitus, dan 
e.                   Kesulitan mengatur pola makan dan aktivitas karena kebiasaan budaya Jawanya. 

Analisis Kasus :
Pasien mengidap diabetes mellitus tipe II dimana diabetes mellitus tipe ini kebanyakan diderita pada klien dengan usia di atas 40 tahun. Penderita diabetes mellitus tipe II biasanya dapat terkendali dengan mennurunkan obesitas. Namun dalam menangani kasus ini, terdapat beberapa kendala berupa kebiasaan budaya Jawa yang menyukai makanan manis serta pola hidup yang kurang aktivitas fisik. Seharusnya, seseorang yang menderita diabetes mellitus tipe II, perilaku mengurangi makanan manis dan dianjurkan melakukan banyak latihan fisik agar dapat menurunkan obesitas.
Aplikasi Transkutural yang Dilakukan Perawat :
a.       Memberi pendidikan kesehatan mengenai deskripsi diabetes mellitus, metode diet serta bahaya diabetus mellitus,
b.      Mengkaji jenis makanan yang akan dikonsumsi serta menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet yang tentunya diterima oleh buadaya pasien. Dapat dianjurkan pula diet diabetes dengan memvariasikan makanan dengan protein rendah lemak, seperti kacang kedelai, tahu ataupun ikan panggang, 
c.       Memberikan penyuluhan begi penderita untuk melakukan aktivitas fisik berupa olahraga.
d.      Memberikan asuhan kesehatan selama masa medikasi untuk menjaga kondisi kesehatan pasien agar terjadi peningkatan kesehatan. Seorang perawat profesional perlu memperhatikan perbedaan nilai budaya sang klien serta mengaplikasikan keperawatan transkultural dalam memberikan asuhan keperawatan. Keperawatan transkultural dapat direvitalisasi dalam penanganan penyakit kronis misalnya diabetes mellitus.





2 komentar: