Ilmu Dasar Keperawatan II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Orang Dewasa
Pemahaman
terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja
mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilator dalam
menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Berkembangannya pemahaman kondisi
perkembangan orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal
dengan nama Andragogi. Andragogi merupakan ilmu yang memiliki dimensi luas dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar.
Secara singkat, Andragogi memberikan dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Salah satu masalah dalam pengertian Andragogi adalah adanya pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat transfer pengetahuan.
2.1.1 Pengertian Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani, Andros (berarti orang dewasa) dan Agogus (berarti memimpin). Istilah lain yang kerap kali digunakan sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata paid (berarti anak) dan Agogus (bararti memimpin). Dengan demikian, secara harfiah pedagogi berarti
seni dan pengetahuan mengajar anak. Oleh karena pedagogi merupakan seni
atau pengetahuan mengajar anak, maka apabila memakai istilah pedagogi
untuk orang dewasa jelas kurang tepat, sebab mengandung yang
bertentangan. Menurut Kartini Kartono (1997), andragogi adalah ilmu
membentuk manusia yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar ,mereka
mampu mandiri ditngah lingkungan sosialnya. Maka, andragogi secara
harfiah dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang
dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang dapat
mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah
kegiatan belajar dari peserta didik, bukan kegiatan mengajar dosen.
2.1.2 Kebutuhan Belajar Orang Dewasa
Pendidikan
bagi orang dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan
yang diorganisasikan, baik formal maupun nonformal. Pendidikan
nonformal itu sendiri merupakan kelanjutan atau pengganti pendidikan
formal, seperti kursus dan pelatihan kerja di pergurguruan tinggi. Hal
ini membuat orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan,
memperkaya khasanah pengetahuan, dan meningkatkan kualifikasi keteknisan
atau keprofesionalnya. Semua ini dilakukan dalam upaya mewujudkan
kemampuan ganda. Kemampuan tersebut berguna untuk mengembangan pribadi
secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaan orang dewasa dalam
perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan tekhnologi secara bebas,
seimbang dan beksinambungan.
Tujuan
ganda merupakan Perwujudan yang ingin dikembangkan dalam aktifitas
kegiatan dilapangan. Pertama, untuk mewujudkan pencapaian perkembangan
sikap setiap individu. Kedua, untuk mewujudkan peningkatan
keterlibatannya (partisipasi) dalam aktifitas sosial dari tiap individu
yang bersangkutan.
Pendidikan
bagi orang dewasa mencakup segala aspek pengalaman belajar yang
diperlukan oleh orang dewasa, baik pria maupun wanita sesuai dengan
bidang keahlian dan kemampuannya masing- masing. Dengan demikian, hal
tersebut dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran
orang dewasa yang terlihat pada perubahan perilaku menuju arah pemenuhan
pencapaian kemampuan atau keterampilan yang memadai.
2.1.3 Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa
Pertumbuhan orang dewasa dimulai pada pertengahan masa remaja (adolescence)
sampai dewasa. Pada tahap ini setiap individu tidak hanya memiliki
kecendrungan tumbuh ke arah menggerakkan kemandirian, tetapi secara
aktual mereka menginginkan orang lain memandang dirinya sebagai pribadi
mandiri yang memiliki identitas diri. Dengan demikian, orang dewasa
tidak menyukai jika dirinya dipandang sebelah mata apalagi dirinya
diperlakukan seperti anak-anak.mereka mengharapkanpengakuan orang lain
akan otonomi dirinya dan dijamin prifasinya untuk menjaga identitas
diri.
Menurut
Rogers dalam Knowles (1984), kegiatan belajar bertujuan untuk
mengantarkan individu menjadi pribadi atau menemukan jati dirinya. Dalam
proses belajar, pendidikan merupakan process of becoming a person, process of being shapes (bukan
proses pembentukan), yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk
menyesuaikan dengan orang lain, sedangkan menurut Maslow (1966), belajar
merupakan proses untuk pencapaian aktualiasasi diri (self actualization). Aktualisasi diri seseorang akan bisa dicapai jika kebutuhan belajar pada tingkat dasar sudah terpenuhi.
Sesuai
teori Pieget (1959) mengenai perkembangan psikologi, usia 12 tahun ke
atas seorang individu sudah dapat berfikir dewasa, dalam arti mereka
sudah mencapai perkembngan pikir formal operation. Pada tingkatan
perkembangan ini individu sudah dapat memecahkan segala persoalan
secara logis, berpikir secara ilmiah, serta dapat memecahkan
masalah-masalah verbal yang kompleksatau secara singkat sudah
tercapainya kematngan fungsi kognitifnya. Oleh karena itu, dapat
dikatakan sejak pertengahan masa remaja individu mengembangkan apa yang
dikatakan “pengertian diri” (sense of identy).
Knowles (1984) mengembangkan konsepandragogi menjadi tiga asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi.
1. Pertumbuhan
dan perkembangan seseorang bermula dari adanya konsep diri akan
ketergantungan total atau menuju kemandirian diri sendiri.
2. Sebagaimana
individu yang tumbuh matang, akan bnyak pengalaman yang di dapatkan.
Oleh sebab itu, dalam tekhnologi adragogi terjadi penurunan penggunaan
tekhnik pengalaman ( experimental technique). Maka penggunaan tekhnik diskusi, kerja laboratorium, simulasi, pengalaman lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai.
3. Pendidikan
secara langsung atau tidak langsung, secara implisis atau eksplisit,
pasti memainkan peranan besar dalam mempersiapkan anak dan orang dewasa
untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masyarakat.
Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran untuk orang dewasa dapat di simpulkan sebagai berikut (Supriadi, 2006).
1. Orang dewasa dapat belajar dengan baik apabila mereka mengambil peran yang optimal dalam kegiatan-kegiatan yang mereka jalankan.
2. Orang
dewasa dapatbelajar dengan belajar dengan baik apabila menyangkut
hal-hal yang menarik bagi mereka dan bekaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang mereka pelajari bermanfaat dan praktis.
4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus-menerus akan membantu seseorang untuk belajar lebih baik.
5. Orang
dewasa belajar sebaik mungkin apabila mereka mempunyai kesempatan untuk
memanfaatkan secara penuh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya
dalam waktu yang cukup.
6. Proses belajar dipengaruhi oleh berbagai pengalaman masa lalu dan daya pikir dari peserta didik.
7. Rasa saling pengertian merupakan ciri-ciri utama dari orang dewasa dalam membantu pencapaian tujuan belajar.
2.1.4 Kondisi Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran
yang di berikan kepada orang dewasa dapat efektif jika pengajar tidak
terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun
mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan
alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Orang
dewasa dapat di kondisikan lebih aktif apabila mereka merasa ikut
dilibatkan dalam aktifitas pembelajaran, terutama apabila mereka
dilibatkan untuk memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat
mereka merasa berharga bagi orang lain. Artinya, orang dewasa akan
belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati dan akan lebih
senang jika mereka memberikan pikiran dan mengemukakan idenya, daripada
pengajar yang hanya sekedar memberikan teoridan gagasannya sendiri
kepada mereka.
Orang
dewasa setidaknya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/situasi belajar
yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan berbuat salah
tanpa rasa terancam akan sutau sanksiyang ditujukan pada dirinya
(dipermalukan, ditertawakan, atau dicemooh).
Keterbukaan
seorang pengajar sangat membantu bagi kemjuan orang dewasa dalam
mengembangkan potensi pribadinya dikelas atau di tempat pelatihan. Sifat
keterbukaan untuk mengekspresikan diri dan terbuka dalam mendengarkan
gagasan akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis dan psikis mereka.
Jalan terbaik hanyalah terciptanya suasana terbuka dalam segala hal.
Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, kebudayaan, dan pengalaman
masa lalu masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada
setiap keputusan yang diambil. Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu
apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada
kecendrungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan
demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota
kelompok sebagaibahan renungan, dimana renungan itu dapat mengevaluasi
dirinya dan orang lain yang bisa saja memiliki perbedaan presepsi.
2.1.5 Pengaruh Penurunan Faktor Fisik dalam Pembelajaran Orang Dewasa
Proses belajar manusia berlangsung hingga akhir hayat (long life education).
Namun ada korelasi negatif antara pertambahan usia dengan kemampuan
belajar kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu yang
dewasa akan semakin sulit belajarseiring dengan bertambahnya usia (aspek
kemampuan fisiknya semakin menurun). Beberapa faktor secara psikologis
dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program
pendidikan terdapat pada penjelasan di bawah ini.
1. Ketajaman penglihatan yang mulai menurun.
2. Memerlukan penerangan yang baik dan mencukupi.
3. Menggunakan warna-warna yang kontras untuk alat-alat peraga.
4. Kemampuan pendengaran berkurang.
5. Kemampuan
membedakan bunyi makin berkurang dengan bertambahnya usia. Dengan
demikian, Bicara orang lain yang terlalu cepat makin sulit ditangkap.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan orang dewasadalam situasi belajar.
1. Terciptanya
proses belajar adalah suatu proses pengalaman yang hendak diwujudkan
oleh orang dewasa. Oleh sebab itu, kita bekewajiban memotivasi/mendorong
orang dewasa untuk terus belajar agar mendapatkan pengetahuan yang
lebih tinggi.
2. Setiap
individu dewasa dapat belajar secara efektifbila individu tersebut
mampu menemukan makna pribadi bagi dirinya dan memandang makna yang baik
itu berhubungan dengan kebutuhan pribadinya.
3. Kadang
kala proses pembelajaran orang dewasa kurang kondusif. Hal ini
dikarenakan belajar hanya diorientasikan terhadap perubahan tingkah
laku, sedangkan perubahan tingkah laku saja tidak cukup jika tidak
diiringi perubahan untuk menghargai budaya bangsa yang luhur disamping
metode berpikir tradisional yang sulit diubah.
4. Proses
pembelajaran orang dewasa merupakan hal unik, khusus, dan bersifat
individual. Setiap individu dewasa memiliki kiat dan strategi sendiri
untuk mempelajari dan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi dalamm
pembelajaran tersebut. Dengan adanya peluang untuk mengamati kiat dan strategi individu lain dalam belajar diharapkan hal itu dapat memeperbaiki dan menyempurnakan gaya belajar yang efektif.
5. Faktor
pengalaman masa lalu sangat berpengaruh pada setiap tindakan yang akan
dilakukan, sehingga pengalaman yang baik perlu digali dan
ditumbuhkembangkan kearah yang lebih bermanfaat.
6. Pengebangan
intelektualitas seseorang melalui suatu proses pengalaman secara
bertahap dapat dikembangkan. Optimalisasi hasil belajar dapat x,bdicapai
apabila setiap individu dapat memperluas pola pikirnya.
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi, artinya
penerimaan ilmu tidak dapat dipaksakan begitu saja, tetapi dilakukan
secara bertahap melalui suatu urutan proses tertentu.Dalam kegiatan
pendidikan, umumnya pendidik merencanakan materi pengetahuan dan
keterampilan yang akan diberikan jauh hari sebelumnya. Merka mengatur
materi ke dalam unit-unit, kemudian memilih alat yang paling efisien
untuk menyampaikan unit-unit dan materi tersebut, misalnya ceramah,,
membaca, laboratorium, audio-video, dan lain-lain. Selanjutnya
mengembangkan suatu rencana untuk menyampaikan unit-unit ini dalam suatu
bentuk urutan. Dalam andragogi, pendidik/fasilitator mempersiapkan
dengan matang satu perangkat prosedur untukmelibatkan siswa, selanjutnya
dalam prosesnya melibatkan elemen-elemen sebagai berikut : (a)
menciptakan iklim yang mendukung belajar, (b) menciptakan mekanisme
untuk perencanaan bersama, (c) mendiagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar,
(d) merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan
belajar, (e) merencanakan pola pengalaman belajar, (f) melakukan
pengalaman belajar ini dengan teknik-teknik dan meteri yang memadai,
serta (g) mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali
kebutuhan-kebutuhan belajar (Dryden et al. 1994).
0 komentar: