Pengantar Akuntansi II
AKTIVA
1.1. PENGERTIAN AKTIVA
Aktiva ialah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak
berwujud, serta pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus
dialokasikan pada penghasilan yang akan datang. Pengertian aktiva menurut
beberapa orang ahli sebagai berikut :
Menurut Dra. Lanita Winata, Akuntan (1994, hal 55)
menjelaskan :
“Aktiva
ialah Sejumlah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatau
perusahaan berupa uang, barang dan hak yang timbul dari transaksi-transaksi
yang terjadi di masa lampau dan dapat memberikan manfaat di masa yang akan
datang”.
Menurut
Standar Akuntansi Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan (2002, hal 13, paragraf 49) menjelaskan : “Aktiva ialah Sumber
daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh
perusahaan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, Aktiva
ialah Kekayaan atau sumber-sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau
dan diharapkan akan memberi manfaat di masa depan.
Aktiva Lancar ialah aktiva yang berupa kas dan mempunyai
jangka waktu yang pendek.
Aktiva Lancar :
1. Kas, uang tunai untuk membiayai operasional perusahaan.
2. Investasi jangka pendek, investasi yang sifatnya
sementara hanya untuk memanfaatkan uang yang belum dibutuhkan dalam operasi.
3. Piutang wesel, tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
4. Piutang dagang, tagihan kepada pihak lain sebagai akibat
penjualan barang dagangan secara kredit.
5. Persediaan, baik persediaan barang mentah, barang dalam
proses maupun barang jadi.
6. Piutang penghasilan, penghasilan yang sudah menjadi hak
perusahaan tetapi belum diterima pembayarannya.
7. Persekot/uang muka/biaya dibayar di muka, pengeluaran
untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain. Pengeluaran itu belum
menjadi biaya periode sekarang melainkan pada periode berikutnya.
8. Aktiva tidak lancar ialah aktiva yang tidak berupa kas
dan mempunyai jangka waktu yang panjang.
Aktiva Tidak Lancar.
1. Investasi jangka panjang, investasi ini dilakukan jika
perusahaan mempunyai kekayaan lebih dari yang dibutuhkan.
2. Aktiva tetap, kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
secara fisik tampak dan berperan dalam operasi perusahaan secara permanen,
selain itu juga mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan
perusahaan.
3. Aktiva tetap tidak berwujud, kekayaan perusahaan yang
secara fisik tidak tampak tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan
dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.
4. Beban yang ditangguhkan, transaksi yang menunjukkan
adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang.
5. Aktiva lain-lain, item ini menunjukkan kekayaan atau
aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam
klasifikas-klasifikasi yang telah diuraikan sebelumnya.
2.2. PENGERTIAN
AKTIVA TETAP
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai
nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan
operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan
tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut.
Pengertian aktiva tetap berwujud dikemukakan oleh beberapa orang ahli sebagai
berikut :
Menurut Zaki Baridwan (1992, hal 271) menjelaskan :
“Aktiva tetap berwujud yang sifatnya relatif
permanen (menunjukkan sifat bahwa aktiva yang bersangkutan dapat digunakan
dalam jangka waktu yang relatif cukup lama) yang digunakan dalam kegiatan
perusahaan”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002, Nomor 16.2
Paragraf 05)
“Aktiva
tetap adalah aktiva tetap berwujud yang digunakan dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan. Tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan sifat-sifat tetap
berwujud digunakan dalam operasional perusahaan, tidak untuk diperdagangkan,
umur ekonomi lebih dari satu tahun yang sifatnya relatif tetap atau permanen
dan berwujud fisik artinya dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera.
2.3. SIFAT AKTIVA
TETAP
Meskipun semua aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang
umum, aktiva tetap memiliki ciri-ciri tambahan sebagai berikut :
Aktiva tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki
untuk memperlancar/mempermudah produksi barang-barang lain atau untuk menyediakan
jasa-jasa bagi perusahaan atau para pelanggannya dalam kegiatan normal
perusahaan.
Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir
usianya harus dibuang atau diganti.
Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk
mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak - hak yang sah atas
penggunanya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak.
Aktiva tetap seluruhnya nonmoneter : manfaatnya diterima
dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi
sejumlah uang tertentu.
Pada umumnya jasa yang diterima dari ativa tetap meliputi
suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau satu siklus operasi
perusahaan. Akan tetapi terdapat terkecualian. Misalnya suatu bangunan atau
peralatan tidak klasifikasikan kembali sebagai aktiva lancar bilamana sisa
manfaatnya kurang dari satu tahun. Dalam beberapa kasus seperti halnya,beberapa
unsur memiliki usia asli yang lebih pendek dari pada satu siklus operasi
perusahaan.
Unsur-unsur aktiva tetap mempunyai ciri umum dan memiliki
beberapa tujuan pelaporan keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini di dasarkan
kepada keseragaman mereka dalam proses akuntansi. Aktiva tetap dimiliki untuk
mendapatkan jasa-jasanya di masa mendatang : karena itu aktiva tetap dibebankan
sebagai biaya usia manfaatnya dengan cara yang sama seperti biaya di bayar
dimuka (prepaid expense). Perbedaan pokok antara biaya dibayar dimuka dan
aktiva tetap terletak pada usia aktiva tersebut. Biaya dibayar dimuka biasanya
di bebankan sebagai ongkos selama siklus kegiatan berjalan atau satu
tahun,tergantung mana yang lebih lama,sedangkan aktiva tetap di bebankan
sebagai biaya selama satu periode yang lebih panjang. Tetapi jika keseragaman
dalam proses akuntansi itu di anggap sebagai tujuan utama klasifikasi maka pos-pos
tidak berwujud yang usianya terbatas mungkin harus di sertakan pula di dalamnya
tetapi klasifikasi menurut proses akuntansi bukanlah tujuan yang relevan.
Tujuan kedua dalam penguraian dan pengukuran pos-pos
aktiva tetap adalah memberikan indikasi jumlah fisik atau kapasitas produksi
yang dimiliki perusahaan dan juga beberapa petunjuk mengenai usia relatifnya
serta taksiran masa pakainya yang akan datang. Semua informasi itu tidak
mungkin terpenuhi dengan sejumlah angkadalam rupiah. Namun demikian untuk aktiva
atau aktiva tertentu mungkin lebih relevan jika digunakan basis penilaian input
daripada nilai likuidasinya : dan suatu penilaian yang di dasarkan pada
tafsiran nilai barang atau jasa atau arus kas di masa mendatang tidak mungkin
di pergunakan sebagai pengukur baik secara teoritis maupun praktis. Suatu
jumlah akumulasi penyusutan yang di kurangkan dari suatu nilai input tidak
dapat menghasilkan gambaran yang cukup tentang kondisi atau usia relatif aktiva
tetap tersebut.
Tujuan ketiga adalah tujuan yang penting dari klasifikasi
dan penilaian aktiva tetap untuk menyajikan suatu gambaran mengenai kegiatan
suatu perusahaan sebagaimana pengelompokkan moneter dan aktiva lancar
menunjukkan informasi mengenai kegiatan perusahaan, demikian pula halnya dengan
pengelompokkan investasi dalam pos-pos modal. Jumlah relatif modal yang di
tanamkan dalam aktiva tetap merupakan informasi yang relevan bagi penanam modal
dan para kreditur, karena hal itu mungkin dapat menambah informasi untuk
membantu meramal arus kas di masa depan dan memberikan petunjuk mengenai
periode sebelum perusahaan berkesempatan menanamkan kembali sumber dayanya
untuk penggunaan yang sama atau penggunaan lainnya tanpa adanya keharusan
likuidasi (forced liquidation). Dalam perusaan Public Utility (pelayanan umum
seperti PLN, TELKOM, GAS, dll) dan dalam berbagai perusahaan jasa lainnya,
jumlah yang ditanamkan sebagai pos-pos modal jangka panjang merupakan kelompok
terpenting sebagai sumber daya penghasilan di masa mendatang. Karena alasan
inilah maka sebagian besar public utility menyajikan pos-pos aktiva tetap pada
bagian pertama dalam neraca, mendahului aktiva lancar.
Pos-pos aktiva tetap nonoperasional biasanya disajikan di
neraca dalam kelompok yang terpisah, meskipun masalah penilaian dan penyusutanya
sama dengan aktiva tetap operasi. Karena itu sebagian besar uraian berikut akan
dikaitkan baik dengan unsur-unsur aktiva tetap operasional maupun non
operasional.
2.4. PENGGOLONGAN
AKTIVA TETAP
1. AKTIVA TETAP
BERWUJUD
Adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif
permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam
jangka waktu yang relatif cukup lama.
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan
dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dapat
alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap
berwujud di atas untuk tujuan akutansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut
:
-
Aktiva tetap yang umurnya
tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan.
-
Aktiva tetap yang umurnya
terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bias diganti dengan aktiva
yang sejenis.
-
Aktiva tetap yang umurnya
terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan
aktiva yang sejenis.
Klasifikasi
Aktiva Tetap Berdasarkan Jenis
Aktiva tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok,
yaitu:
Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat
berdirinya gedung-gedung perusahaan.
Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi
perusahaan yang dibangun oleh perusahaan, tempat parkir, dan pagar.
Gedung, seperti kantor, toko, pabrik, dan gudang.
Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik,
mesin-mesin, kendaraan, dan mebel.
Sudut Substansi
Aktiva tetap dapat dibagi:
Ø Tangible Assets atau Aktiva berwujud seperti Lahan,
Mesin, Gedung dan Peralatan.
Ø Intangible Assets atau Aktiva yang tidak berwujud seperti
HGU, HGB, Goodwill, Patents, Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain.
Ø Sudut Disusutkan Atau Tidak
Ø Depreciated Plant asset yaitu aktiva tetap yang
disusutkan seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary
(Mesin), Inventaris dan lain-lain.
Ø Undepreciated Plant Asset yaitu aktiva yang tidak dapat
disusutkan seperti Land (Lahan).
2. AKTIVA TETAP
TIDAK BERWUJUD
Aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang
secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak
paten, hak cipta hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan
serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh
melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan
membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga
perolehan (cost) adalah biaya – biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti
biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi
yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan
mengembangkan sendiri ,maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya
bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung
misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis, merek
dagang, dan nama dagang.
2. Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup
pembayaran untuk goodwill.
3. Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan lease.
Ciri- ciri aktiva tetap tidak berwujud
Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi
terpisah atau terbagi dari BPR dan dapat dijual, dialihkan, dilisensikan,
disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban
secara individual atau secara bersama.
Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya,
terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari BPR
atau dari hak dan kewajiban lainnya.
Aset Tidak Berwujud dapat diperoleh secara eksternal
melalui perolehan secara terpisah dan pertukaran aset, atau dihasilkan secara
internal. Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari
eksternal. Sedangkan biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan
upaya menghasilkan aset tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui
sebagai Aset Tidak Berwujud, kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.
2.5. AKTIVA TETAP
BERWUJUD
2.5.1. AKTIVA TETAP
BERWUJUD (PEROLEHAN, PENYUSUTAN DAN PELAPORAN)
Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan disebut aktiva
atau harta ( assets ). Aktiva menunjukkan bentuk kekayaan yang dimiliki
perusahaan yang merupalan sumber daya (resources) bagi perusahaan untuk
melakukan usaha. Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan .Laporan keuangan
adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak
diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan
keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Neraca
adalah laporan keuangan yang dapat memberi informasi tentang sumber-sumber daya
yang dimiliki perusahaan dan sumber pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan
ini menyajikan posisi keuangan perusahaan yang didalamnya terdiri dari tiga
komponen penting yaitu aktiva, kewajiban dan modal. Aktiva dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
1.
Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva yang jangka waktu pemakaiannya
lama digunakan kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam
kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar. Aktiva ini digolongkan
menjadi aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets ) dan aktiva tidak
berwujud ( intangible assets ). Tidak ada criteria standar mengenai jangka
waktu pemakaian minimal untuk membedakan aktiva tetap dengan aktiva lainnya.
Walaupun demikian, pemakaian lebih dari satu tahun, pada umumnya digunakan
sebagai pedoman. Kriteria lain adalah aktiva tersebut harus dipakai dalam
kegiatan perusahaan dan tidak untuk dijual kembali. Hanya aktiva yang nilainya
tinggi saja yang biasanya dikelompokan sebagai aktiva tetap.
2.
Harga Perolehan
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva
tetap sampai tiba ditempat dan siap dipakai harus dimasukkan sebagai bagian
dari harga perolehan (cost) aktiva yang bersangkutan. Contoh : apabila
perusahaan membeli sebuah tanah dengan harga Rp.20.000.000 dan untuk biaya
notarisnya Rp.400.000, biaya balik nama sebesar Rp.300.000 dan komisi kepada
makelar Rp.200.000 maka harga perolehan dari tanah tersebut adalah
Rp.20.900.000.
3.
Perolehan Dengan Angsuran
Ada kalanya aktiva tetap dibeli secara angsuran. Dalam
hal demikian kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan
dilakukan dalam sekian kali angsuran dan terhadap saldo yang belum dibayar
dikenakan bunga. Sebagai contoh perusahaan membeli tanah dengan harga Rp
.50.000.000 dengan 25 kali angsuran bulanan terhadap saldo yang belum dibayar,
dan dikenakan bunga 12% setahun. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :
(D) Tanah 50.000.000
(K) Hutang angsuran 50.000.000
Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus
dibayar dihitung sebagai berikut:
Angsuran bulanan Rp50.000.000 : 25 = Rp.2.000.000
Bunga selama sebulan yang belum dibayar
1/12 x 12% x Rp.50.000.000 = 500.000
Jumlah yang harus dibayar Rp.2.500.000
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pembayaran ini :
(D) Hutang angsuran 2.000.000
(D) Biaya bunga 500.000
(K) Bank 2.500.000
Angsuran kedua terdiri dari hutang pokok bulanan sebesar
Rp 2.000.000 dan sisa hutang Rp 48.000.000. Bunga yang dibebankan 1/12 x 12% x
Rp.48.000.000 = Rp.480.000. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :
(D) Hutang
angsuran 2.000.000
(D) Biaya bunga 480.000
(K) Bank 2.480.000
proses perhitungan, pembayaran dan pencatatan angsuran
seperti tersebut akan berulang setiap bulan sekali samapai semua hutang
angsuran telah dibayar.
4.
Penyusutan
Semua jenis aktiva tetap kecuali tanah, akan semakin
berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian,
keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan
keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai
aktiva tetap yang bersangkutan dan hal ini perlu dicatat dan dilaporkan.
Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud ini disebut penyusutan (
depreciation) . Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penyusutan dalah
debit biaya penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan. Perkiraan akumulasi
penyusutan digunakan untuk mencatat secara akumulatif jumlah penyusutan yang
telah dilakukan .Selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan
merupakan bagian dari harga perolehan yang belum disusutkan. Selisih ini
disebut nilai buku ( book value) aktiva tetap.
5.
Metode Penyusutan
Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan
yaitu nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar
penyusutan) dan taksiran manfaat. Dasar penyusutan dapat berupa : harga
perolehan dan nilai buku. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat
dinyatakan dalam tarif penyusutan dan dapat dihitung dengan rumus :
Metode garis lurus ( Straight line ), biaya penyusutan
dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu ,dalam jumlah yang sama,sepanjang
masa manfaat aktiva tetap.
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Dasar penyusutan =
Harga perolehan – nilai sisa
Contoh :
tarif penyusutan dengan taksiran manfaat 5 tahun , maka
tarifnya 100% : 5 = 20 %
harga kendaraan Rp 12.500.000 ,nilai sisa diperkirakan Rp
1.550.000 ,maka biaya penyusutannya = 20% (Rp.12.500.000 – Rp.1550.000) =
Rp.2.190.000
6.
Penilaian dan pelaporan
Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga
perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi
dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya, maka aktiva tersebut
dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang
tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicata sebagai kerugian.
Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya, seperti tanah,
gedung, mesin-mesin, peralatan dan lain-lain.
Contoh penyajian kelompok aktiva tetap di neraca apabila
akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
Aktiva tetap :
Peralatan kantor Rp.
30.000.000
Peralatan toko 50.000.000
Kendaraan 25.000.000
Gedung 105.000.000
Tanah 20.000.000 +
Rp. 230.000.000
Akumulasi
penyusutan ( 52.500.000 )
Total aktiva
tetap,neto Rp. 177.500.000
2.5.2. AKTIVA TETAP
BERWUJUD ( PENARIKAN )
1. Penjualan
Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik
dari pemakaian. Penarikan (retirements) dapat dilakukan dengan dijual,
ditukarkan dengan aktiva lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan). Ayat
jurnal yang harus dibuat untuk ketiga macam transaksi tersebut sedikit berbeda,
namun yang pasti, nilai buku aktiva yang bersangkutan harus dikeluarkan dari
pembukuan. Hal ini dilakukan dengan mengkredit harga perolehan dan mendebit
akumulasi penyusutannya. Suatu aktiva tetap tidak boleh dikeluarkan dari
pembukuan hanya karena telah habis disusutkan. Harga perolehan maupun akumulasi
penyusutan aktiva tetap yang telah habis disusutkan tetap disajikan, walaupun
kalau dinettokan, nilai bukunya sama dengan nol.
Apabila suatu aktiva tetap dijual, niai bukunya dihitung
sampai dengan tanggal penjualan. Nilai buku ini kemudian dibandingkan dengan
hasil penjualan yang diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau
kerugian karena penjualan aktiva tetap.
2. Penukaran
Suatu aktiva tetap yang sudah berkurang manfaatnya, dapat
ditukarkan dengan yang lain. Penukaran aktiva teatp dapat dilakukan dengan
aktiva sejenis ( misalnya mobil dengan mobil ) atau dapat juga dengan tidak
sejenis ( misalnya mobil dengan mesin ).
Dalam penukaran (trade in) aktiva tetap, terlebih dahulu
harus ditentukan nilai tukarnya ( trade in allowance). Selisih antara nilai
tukar aktiva lama dengan harga aktiva baru merupakan keuntungan atau kerugian
dari penukaran. Apabila nilai tukar lebih besar dari nilai buku, maka
memperoleh keuntungan dan sebaliknya jika nilai tukar lebih kecil dari nilai
buku maka merupakan kerugian. Ada dua cara pencatatan untuk transaksi penukaran
aktiva tetap yaitu :
a.
Untuk penukaran aktiva
tidak sejenis ,keuntungan dan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.
b.
Untuk penukaran aktiva
sejenis,keuntungan dikurangkan pada harga aktiva baru, sedangkan kerugian
dibebankan dalam tahun berjalan.
Penghapusan
Kemungkinan lain bagi aktiva yang sudah tidak bermanfaat
adalah dihapuskan. Ini terjadi kalau aktiva tetap tidak dapat dijual atau
ditukarkan. Apabila aktiva belum disusutkan penuh, maka akibat penghapusan ini
adalah terjadinya kerugian sebesar nilai buku. Seperti halnya kerugian dari
penjualan aktiva tetap kerugian karena penghapusan aktiva juga dilaporkan
sebagai biaya lain-lain. Adakalanya penghapusan aktiva tetap dilakukan karena
kejadian – kejadian yang tidak diharapkan seperti kebakaran.
Untuk menggambarkan kejadian ini, anggaplah bahwa mobil
yang dibeli pada tanggal 2 januari 199 AA dengan harga Rp. 10.000.000, pada
tanggal 1 Juli 199 B mengalami tabrakan berat dan tidak dapat dipakai lagi.
Ganti rugi yang diterima dari perusahaan asuransi adalah Rp. 8.000.000. Ayat
jurnal yang sesuai yaitu :
(D)Biaya penyusutan 1.000.000
(K) Akumulasi penyusutan 1.000.000
2. (D)Akumulasi penyusutan 7.000.000
(D)Kerugaian karena penghapusan a.t 3.000.000
(K) Kendaraan 10.000.000
3. (D) Piutang klaim asuransi 8.000.000
(K) Pendapatan klaim asuransi 8.000.000
Ayat jurnal (1) adalah ayat jurnal untuk mencatat
penyusutan dari tanggal 1 Januari 199 A sampai dengan 1 Juli 199 B yang belum
dicatat. Ayat jurnal (2) mencatat penghapusan aktiva tetap, sedang ayat jurnal
(3) mencatat klaim asuransi yang akan diterima.
Aktiva Tetap Bernilai Kecil
Salah satu kriteria untuk dapat dikategorikan sebagai
aktiva tetap adalah nilainya yang besar. Aktiva tetap yang nilai per unitnya
kecil, dapat langsung dibebankan sebagai biaya pada saat perolehan. Manajemen
perusahaan perlu menetapkan atau untuk pengeluaran yang harus dikapitalisir
sebagai aktiva tetap dan pengeluaran yang harus dibebankan sebagai biaya.
Apabila pengeluaran untuk aktiva – aktiva tetap yang nilainya kecil misalnya
suku cadang, dikapitalisir, maka pencatatannya dapat dikelompokan menjadi satu.
Penyusutan secara regular tidak dihitung. Pembebanan ke biaya dilakukan dengan
menghitung secara phisik aktiva tetap yang masih tersisa. Harga perolehan
aktiva yang masih ada ditaksir kemudian selisih antara saldo menurut perkiraan
dengan nilai taksiran dibebankan ke perkiraan biaya.
Pengeluaran modal
Pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap seperti biaya
pemeliharaan (maintenance), penambahan (additions), penggantian (replacement)
atau perbaikan (repairs) dapat dikategorikanmenjadi pengeluaran modal (capital
expenditures) and pengeluaran pendapatan ( renevue expenditures). Pengeluaran
modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva
(dikapitalisir ).
Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat
lebih dari satu periode akutansi termasuk dalam kategori ini. Misalnya,
penambahan satu unit AC dalam sebuah mobil merupakan pengeluaran modal.
Demikian juga halnya dengan pengeluaran – pengeluaran yang menambah efisiensi
memperpanjang umur aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi.
Pengeluaran modal dicatat sebagai debit pada perkiraan : aktiva ataupun
akumulasi penyusutan. Pengeluaran – pengeluaran untuk penambahan dan
penggantian, pada umumnya dicatat dalam perkiraan aktiva sedangkan untuk
perbaikan besar-besaran yang akan memperpanjang umur aktiva dicatat sebagai
debit pada perkiraan akumulasi penyusutan.
Pengeluaran pendapatan
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran
yang hanya mendatangkan manfaat untuk tahun dimana pengeluaran tersebut
dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran akan dibebankan sebagai
biaya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin merupakan contoh dari jenis
pengeluaran ini. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang terjadi agar aktiva
tetap selalu berada dalam keadaan baik. Biaya perbaikan adalah biaya-biaya
untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik.
PENGELUARAN
– PENGELUARAN MODAL DAN PENDAPATAN
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
Pengeluran modal adalah pengeluran-pengeluran untuk
memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akutansi
pengeluaran-pengeluaran.
Pengeluran pendapatan adalah pengeluran-pengeluran untuk
memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang
bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluran seperti ini dicatat dalam
rekening biaya.
PRINSIP PENILAIAN AKTIVA TETAP BERWUJUD
Adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat
perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk digunakan.
HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP BERWUJUD
Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva,
berlaku prinsip yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak
pembelian sampai aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Karena jenis
aktiva itu macam-macam maka masing-masing jenis mempunyai masalah-masalah
khusus yang akan dibicarakan berikut ini :
Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat
berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak
digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka
panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti :
Harga beli
Komisi pembelian
Bea balik nama
Biaya penelitian tanah
Iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai
Biaya merobohkan bangunan lama
Biaya perataan tanah pembersihan dan pembagian
Pajak-Pajak yang jadi beban pembelian pada waktu
pembelian
Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya
harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai
harga perolehan gedung adalah :
Harga beli
Biaya Perbaikan sebelum gedung itu dipakai
Komisi pembelian
Bea balik nama
Pajak-Pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu
pembelian
Mesin dan alat-alat
Yang merupakan harga perolehan meisn dan alat-alat adalah
Harga beli
Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
Biaya angkut
Asuransi selama dalam perjalanan
Biaya pemasangan
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
Alat-Alat Kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki bias berupa alat-alat untuk
mesin atau alat-alat tangan.
Pattern dan dies atau Cetakan-Cetakan
Cetakan-cetakan yang dipakai untuk peroduksi dalam
beberapa periode dicatat dalam rekening aktiva tetap dan didepresiasi selam
umur ekonomisnya.
Perabotan dan Alat-Alat Kantor
Pembelian atau pembuatan alat-alat harus
dipisahkan-pisahkan untuk fungsi-fungsi produksi, penjulaan dan administrasi, sehingga
depresiasinya dapat dibebankan pada maisng-masing fungsi tersebut.
Kendaraan
Seperti halnya perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga
harus dipisahkan untuk setiap fungsi yang berbeda.
Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan
Adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari
produk yang dijual.
CARA – CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana
masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan
berikut ini akan dibahas tetang harga perolehan.
Pembelian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai
dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan.
Pembelian secara gabungan
Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara
gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.
Perolehan Melalui Pertukaran
Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan
saham atau Obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham
atau obligasi yang digunakan sebagai penukar
Ditukar dengan aktiva tetap yang lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara
tukar-menukar atau sering disebut “tukar tambah”. Dimana aktiva lama digunakan
untuk membayar harga aktiva baru ada dua jenis pertukaran yaitu :
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Pembelian angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran,
maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga.
Diperoleh dari Hadiah atau Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi,
pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan.
Aktiva yang Dibuat sendiri
Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang
diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabotan. Pembuatan aktiva ini
biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masih diam.
BIAYA – BIAYA SELAMA MASA PENGGUNAAN AKTIVA
Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha
perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat
dikelompokan menjadi :
Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil
jika reparasinya bisa dan jumlahnya cukup besar jika reparasinya besar.
Reparasi besar biasanya terjadi setelah beberapa tahan, sehingga dapat
dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini akan dirasakan dalam beberapa
periode. Oleh karena itu biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya
sebagai biaya dilakukan dalam periode-periode yang menerima manfaat.
Penggantian
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau
suatu bagian aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama.
Perbaikan
Adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk
memperoleh kegunaan yang lebih besar.
Penambahan
Adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva
seperti penambahan ruang dalam bangunan ruang parker dan lain-lain.
Penyusunan Kembali aktiva tetap
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali
aktiva atau perubahan route produksi atau untuk mengurangi biaya produksi, jika
jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih
dari satu periode akuntansi maka harus di kapitalisasi.
MEMBERHENTIAN AKTIVA
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara
dijual, ditukarkan, maupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan
dari pemakian maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut
dihapuskan.
ASURANSI KEBAKARAN
Perusaahan biasanya mengasuransikan harta benda terhadap
kemungkinan timbulnya kerugian karena kebakaran. Perjanjian asuransi ini
dinyatakan dalam polis. Perusahan asuransi akan mengganti kerugian dalam hal
adanya kebakaran, maksimum sebesar jumlah pertanggungan yang dinyatakan dalam
polis.
ASURANSI BERSAMA
Syarat asuransi bersama adalah syarat menyatakan bahwa
apabila harta benda diasuransikan (dipertanggung jawabkan) dengan jumlah yang
lebih rendah dari pada suatu persentase tertentu dari pasar benda tersebut pada
saat terjadinya kebakaran, maka perusahan yang mempertanggungkan akan memikul
kerugian karena kebakaran sebanding dengan selisih jumlah pertanggungan dengan
persentase tertentu dari harga pasar harta tersebut
Jumlah kerugian yang akan diganti oleh perusahaan
asuransi adalah yang paling rendah dari jumlah berikut :
jumlah yang dibebankan kepada perusahaan asuransi yang
dihitung dengan cara asuransi bersama
jumlah pertanggungan dalam polis
jumlah kerugian yang sebenarnya
POLIS GABUNGAN
Apabila perusahaan mengasuransikan beberapa aktiva dalam
satu polis, maka polis itu akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah
harga pasar aktiva-aktiva tersebut pada saat terjadinya kebakaran.
PENCATATAN ASURANSI KEBAKARAN
Apabila terjadi kebakaran atas harta yang diasuransikan
maka langkah-langkah yang dilakukan untuk mengadakan pencatatan akuntansinya
adalah sebagai berikut :
Menyusun kembali catatan-catatan yang terbakar
Menyesuaikan buku-buku agar dapat menunjukkan keadaan
yang sebenarnya pada saat kejadiannya kebakaran
Menentukan nilai buku aktiva yang terbakar
Membebankan nilai buku aktiva yang terbakar dan
biaya-biaya yang timbul pada saat kebakaran, ke rekening kerugian kebakaran
Menetukan jumlah yang diterima dari perusahaan asuransi
Rekening kerugian kebakaran dikredit dengan jumlah ini
dan jumlah yang diterima dari penjualan aktiva yang terbakar.
Menutup saldo rekening kerugian ke rekening laba rugi.
Saldo ini menunjukkan rugi atau laba dari kebakaran.
AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Aktiva tak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang
secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak
paten, hak cipta, hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan
serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh
melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan
membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga
perolehan (cost) adalah biaya – biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti
biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi
yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan
mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya
bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung
misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Hak paten adalah hak yang diberikan oleh pemerintah
(Direktorat Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas suatu penemuan baru.
Hak ini diberikan dalam jangka waktu 17 tahun.
Hak Cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah (
Direktorat Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas karya-karya tulisan dan
seni yang dihasilkan. Hak ini diberikan untuk selama penciptanya masih hidup
ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia. Hak merek juga dikeluarkan oleh
Direktorat Paten. Ketentuan mengenai merek diatur melalui undang-undang No. 21
tahun 1961. Merek menurut ketentuan undang-undang ini adalah tanda yang
digunakan untuk membedakan barang-barang produksi atau barang-barang perniagaan
seseorang atau perusahaan lain.
Biaya yang ditangguhkan adalah biaya-biaya yang tidak
dapat dibebankan dala periode terjadinya karena memberikan manfaat di masa
datang misalnya biaya operasi, biaya emisi saham dan biaya pendirian. Biaya
pendirian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan usaha
mendirikan perusahaan yang termasuk biaya ini adalah biaya untuk memperoleh
izin usaha, izin penanaman modal dan lain-lain. Biaya emisi saham adalah
biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan penjualan saham kepada masyarakat.
Biaya pra operasi (preoperating cost ) adalah biaya –
biaya yang terjadi mulai dari saat mendirikan sampai dengan saat perusahaan
menghasilkan pendapatan. Biaya administrasi, umum, penjualan dan produksi,
dikapitalisir sebagai biaya pra operasi.
Amortisasi
Pengurangan nilai suatu aktiva tak berwujud yang seara
berkala dibebankan sebgai biaya disebut amortisasi (amortization). Amortisasi
aktiva tak berwujud pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis
lurus. Dipandang dari sudut kemungkinan amortisasinya, aktiva tak berwujud
dapat digolongkan sebagai :
a. Aktiva tak berwujud yang adanya dibatasi dengan
undang-undang, peraturan atau persetujuan, misalnya hak paten, hak cipta dan
hak merek.
b. Aktiva tidak berwujud yang tidak terbatas waktunya dan
pada waktu perolehannya tidak ada petunjuk mengenai usianya yang terbatas,
misalnya biaya pendirian dan biaya pra operasi.
Harga perolehan aktiva tak berwujud kategori : (a)
Diamortisasikan selama jangka waktu yang dinyatakan dalam ketentuan. Bila
ternyata jangka waktu kegunaannya lebih lama atau lebih singkat dari perkiraan
semula, maka dapat dilakukan koreksi seperlunya. Aktiva yang termasuk dalam
kategori (b) Diamortisasikan sesuai pertimbangan perusahaan, asalkan amortisasi
tersebut layak dan masuk akal. Amortisasi aktiva tak berwujud dicatat dengan
mendebit perkiraan biaya amortisasi dan mengkredit perkiraan akumulasi
amortisasi atau langsung ke perkiraan aktiva yang bersangkutan.
Pencatatan
Anggaplah bahwa untuk memperoleh suatu hak paten,
perusahaan telah mengeluarkan uang sebesar Rp.25.000.000. Perolehan ini dicatat
sebagai berikut :
(D) Hak paten 25.000.000
(K) Bank 25.000.000
Anggaplah juga masa manfaat hak paten tersebut adalah 10
tahun. Amortisasi tahunan dari hak paten ini, dengan demikian adalah :
10 % x Rp.25.000.000 = Rp.2.500.000
Ayat jurnal yang harus dibuat adalah :
(D) Biaya
amortisasi 2.500.000
(K) Hak paten 2.500.000
Untuk menggambarkan pencatatan biaya riset dan
pengembangan, anggaplah bahwa suatu perusahaan telah mengeluarkan biaya riset
dan pengembangan sebesar Rp.10.000.000 dalam tahun 199 A dan Rp.12.000.000
selama tahun 199 B .Biaya riset dan pengembangan ini merupakan biaya rutin yang
selalu dianggarkan oleh perusahaan. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk
mencatat transaksi yaitu :
199 A
(D) Biaya riset
dan pengembangan 10.000.000
(K) Bank 10.000.000
199 B
(D) Biaya riset
dan pengembangan 12.000.000
(K) Bank 12.000.000
Apabila riset dan pengembangan tersebut diatas dilakukan
untuk suatu produk tertentu yang dapat diidentifikasikan secara spesifik, maka
isi debit dari ayat-ayat jurnal diatas diganti dengan pos aktiva : Biaya riset
dan pengembangan belum dialokasikan .Apabila, kemudian dapat dipastikan bahwa
riset dan pengembangan untuk produk spesifik tadi dinyatakan gagal ayat jurnal
berikut yang perlu dibuat :
(D) Biaya riset
dan pengembangan 22.000.000
(K) Biaya riset
dan pengembangan
belum dialokasikan
22.000.000
Hak Penguasaan Sumber Alam
Suatu perusahaan mungkin memperoleh hak untuk melakukan
eksplorasi dan eksploitasi sumber alam tertentu. Biasanya untuk memperoleh hak
eksploitasi sumber-sumber alam tersebut perusahaan harus membayar sejumlah
uang. Biaya-biaya untuk memperoleh hak penguasaan sumber-sumber alam dicatat
sebagai aktiva tetap dan diamortisasikan.
Seperti halnya aktiva tak berwujud, biaya-biaya
sehubungan dengan penguasaan sumber-sumber alam juga akan makin berkurang
nilainya yang disebabkan oleh tambangnya sumber tersebut. Pengurangan nilai itu
secara berkala dibebankan dalam perhitungan rugi laba, yang dalam hal
sumber-sumber alam disebut deplesi. Deplesi pada hakekatnya dapat disamakan
dengan penyusutan pada aktiva tetap berwujud dan pada umumnya deplesi dihitung
berdasarkan metode unit produksi.
Sebagai contoh anggaplah sebuah perusahaan harus membayar
Rp 1.000.000.000 untuk mendapatkan hak eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi
disuatu daerah. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :
(D)Hak penguasaan
sumber alam 1.000.000.000
(K) Bank 1.000.000.000
Anggaplah juga bahwa setelah mengadakan eksplorasi dan
pengembangan cadangan minyak yang diperoleh adalah 500.000.000 barel. Selama
tahun 199A perusahaan tersebut memproduksi 60.000.000 barel. Tarif deplesi
dihitung sebgai berikut :
Tarif deplesi = Rp.500.000.000
x 12 % = Rp. 60.000.000
Biaya deplesi untuk tahun 199A adalah Rp. 120.000.000
(12% x Rp.1.000.000.000) .Ayat jurnal yang dibuat adalah
sebagai berikut :
(D) Biaya deplesi 120.000.000
(K) Hak penguasaan sumber alam 120.000.000
Aktiva Lain-Lain
Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam
aktiva lancar investasi /penyertaan, aktiva tetap maupun aktiva tidak berwujud,
seperti mesin-mesin yang tidak digunakan, disajikan dalam kelompok aktiva
lain-lain.
Aktiva tetap tidak berwujud (intangible assets) adalah
aktiva yang umur ekonomisnya panjang dan memberikan manfaat bagi operasi
perusahaan, tetapi tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini berupa hak-hak
istimewa atau pemilikan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam memperoleh
pendapatan. Bukti pemilikan aktiva tidak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi
atau dokumen lain.
Contoh Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Asset)
Berikut adalah contoh-contoh Aktiva Tetap Tidak Berwujud
yang lumrah kita temui dalam dunia usaha adalah :
Hak Sewa (Lease Hold)
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu
(sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun
waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa
dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua alasan :
Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan,
atau dengan kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak
sewa akan memberikan manfaat kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat)
di masa yang akan datang.
Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas
kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih
dari satu tahun buku.
Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka
kita dapat memilah-milah atas kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva
tetap tak berwujud atau sebagai biaya sewa.
Contoh Kasus :
Tempat Usaha (Tanah dan Gedung) PT. Royal Bali Cemerlang
diperoleh dengan cara menyewa selama 30 Tahun, dengan membayar sebesar Rp
750,000,000,-. Dalam perjalanan usahanya PT. Royal Bali Cemerlang juga menyewa
sebuah mobil pick-up disewa Rp 150,000/hari.
Mengacu pada batasan aktiva tetap tak berwujud atas Hak
Sewa yang telah disebutkan sebelumnya, maka transaksi sewa yang ada pada PT.
Royal Bali Cemerlang hendaknya diperlakukan sebagai berikut :
Pencatatan :
Atas sewa tanah dan gedung di catat sebagai aktiva tak
berwujud:
Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-]. Lease Hold = Rp 750,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 675,000,000.-
[-Credit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
Pada saat penyetoran PPh Pasal 4(2) :
[-Debit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 75,000,000,-
Penjelasan :
(-). Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan Aktiva
Tetap Tak Berwujud (intangible asset) yaitu berupa Hak sewa (Lease Hold),
karena sewa tersebut berjangka waktu 30 tahun, yang artinya atas cost sewa yang
dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat (menjadikannya sebagai
tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun buku, untuk itu
transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud..
(-). Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object,
yaitu PPh Pasal 4 (2), diakui sekarang atau nanti tetap akan mengakui. Jika
tidak di akui sekarang toh nanti akan dikoreksi oleh pihak kantor pajak.
Mengingat Conservatism principle, bukankah setiap potensi pengeluaran maupun
kewajiban, hendaknya diakui sesegera mungkin ?
Atas sewa mesin & mobil dicatat sebagai biaya :
Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-]. Biaya Sewa = Rp 150,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 135,000,-
[-Credit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
Pada saat pembayaran PPh Pasal 23 :
[-Debit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
[-Credit-].Kas=Rp15,000,-
Catatan :
Sewa mobil yang biayar harian langsung diakui sebagai
biaya, karena atas pengeluaran perusahaan sebesar Rp 150,000,- perusahaan hanya
akan memperoleh manfaat selama satu hari (kurang dari 1 tahun buku).
Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana
perusahaan bertindak selaku pemotong.
Organization Cost
Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi
sehubungan dengan set-up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran
kepada notaris. Pengeluaran ini diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud,
karena atas pengeluaran tersebut perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih
dari satu tahun buku juga, yaitu selama perusahaan masih beroperasi.
Perijinan (Permit & Licences)
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari
pihak pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas
tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka
waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut harus
diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas
tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30
tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu izin diakui sebagai
aktiva tetap tidak berwujud.
Hak Patent
Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan
tertentu. Dimana atas penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat
tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut
bisa berupa suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau system, atau cara
tertentu.
Merk Dagang (Trade Mark)
Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat TM, adalah
hak yang diperoleh atas suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa
logo, tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang mewakili suatu
organisasi/perusahaan tertentu.
Hak Penggandaan (Copyright)
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan,
baik itu berupa karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi
lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu. Copyright meliputi hak
untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
Franchise
Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha
tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara
pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya
dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.
Goodwill
Adalah kelebihan-kelebihan, keistimewaan tertentu yang
dimiliki oleh perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak
lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi
manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari
pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain.
Catatan penting :
Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi
suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih
oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan
perusaahaan, bergabung/berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau
akuasisi
KAS
Kas adalah uang tunai baik kertas maupun logam, simpanan uang di
bank yang setiap saat dapat diambil (simpanan giro), dan bentuk-bentuk alat
pembayaran lainnya yang mempunyai sifat seperti uang.
Dari pengertian di atas, maka yang termasuk
sebagai elemen kas adalah:
1.
Uang kertas maupun uang logam,
baik dalam bentuk rupiah atau mata uang asing
2.
Simpanan uang dibank dalam bentuk
simpanan giro (demand deposit)
3.
Cek yang diterima perusahaan
dari pihak lain sebagai alat pembayaran. Cek tersebut setiap saat dapat
diuangkan di bank.
4.
Bank draft (surat berharga
dikeluarkan oleh bank dan dapat diuangkan setiap saat oleh pemiliknya)
5.
Money order (surat perintah
untuk membayar sejumlah uang tertentu, yang setiap saat dapat diuangkan kepada
yang disebutkan dalam surat tersebut)
Simpanan uang di Bank yang tidak termasuk elemen kas:
1.
Tabungan: yaitu jenis tabungan
yang tidak setiap saat dapat diambil
2.
Deposito berjangka (time deposit)
Selain uang kertas dan uang logam, asalkan mempunyai sifat setiap
saat dapat diuangkan (ditukar menjadi uang) termasuk sebagai elemen kas.
PENGAWASAN
KAS
Setiap perusahaan pada umumnya mengadakan pengawasan
yang ketat terhadap kas, karena sifatnya yang mudah dipndahtangankan dan tidak
mempunyaitanda bukti kepemilikan. Untuk menghindari penggelapan kas, setiap
perusahaan perlu mengadakan sistem kontrol intern yang baik terhadap kas perusahaan.
Beberapa pedoman umum yang dapat digunakan untuk
melakukan pengawasan terhadap kas diperusahaan adalah sebagai berikut:
Penerimaan Kas:
1.
Diadakan pemisahan fungsi
antara pengelolaan kas dengan pencatatan kas.
2.
Setiap penerimaan kas harus
segera dicatat dan disetor ke Bank
3.
Setiap hari harus dibuat
laporan mengenai penerimaan kas
Pengeluaran Kas
1.
Semua pengeluaran kas harus
dibayar menggunakan cek yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang, kecuali
untuk pengeluaran kas dalam jumlah relatif kecil dibayar dari Dana Kas Kecil.
2.
Diadakan pemisahan fungsi
antara pengelola kas, orang yang mengotorisasi pengeluaran kas dan orang yang
mencatat pengeluaran kas
3.
Setiap hari harus dibuat
laporan mengenai pengeluaran kas
4.
Sewaktu-waktu harus diadakan
pemeriksaan intern terhadap kas perusahaan
Sistem kontrol intern yang baik terhadap kas perusahaan menghendaki
pembentukan Dana Kas Kecil di perusahaan yang bersangkutan dan pembukaan
rekening perusahaan di Bank.
DANA KAS KECIL
Dana kas kecil merupakan
kas di perusahaan yang disediakan untuk pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya
relatif kecil dan tidak ekonomis jika dibayar dengan cek. Misalnya: pengeluaran
untuk: pembelian perangko dan materai, langganan surat kabar/majalah, biaya angkut penjualan,
dan lain-lain. Dana kas kecil dipercayakan kepada pemegang Dana Kas Kecil
(Kasir Kas Kecil) yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan Dana Kas Kecil.
Untuk membentuk suatu kas
kecil, perusahaan harus menaksir jumlah kas yang diperlukan untuk suatu jangka
waktu tertentu, misalnya untuk keperluan seminggu atau sebulan. Selanjutnya
perusahaan mengeluarkan cek dan menguangkannya di Bank untuk mengisi dana kas
kecil tersebut.
Atas pengeluaran cek ini dibuat jurnal sebagi berikut:
Kas Kecil……………………. Rp. xxx
Kas…………………………….. Rp. xxx
Apabila kas kecil digunakan, maka sebelumnya perlu dibuat dokumen
yang disebut sebagai bukti pengeluaran kas kecil, seperti gambar 1.1.
Gambar 1.1.
Bukti
Pengeluaran Kas Kecil
Dokumen harus ditandatangani oleh orang yang menerima kas kecil, dan
disimpan oleh pemegang kas dalam peti uang. Dengan cara seperti ini, jumlah
pemakaian kas menurut bukti pengambilan kas ditambah dengan sisa kas yang ada
dalam peti uang, harus sama dengan jumlah dana kas kecil yang ditetapkan
perusahaan.
Dalam hubungannya dengan Dana Kas Kecil dikenal 2 sistem yaitu:
1.
Sistem Dana Tetap (Imprest
System)
2.
Sistem Fluktuasi (Fluctuating
System)
SISTEM
DANA TETAP
Pada sistem ini rekening
Dana Kas Kecil selalu menunjukkan jumlah tetap, karena pada saat terjadi
pengeluaran yang dibayar dengan Dana Kas Kecil, pengeluaran tersebut tidak
dicatat. Pada saat mengeluarkan Dana Kas Kecil untuk membayar biaya-biaya yang
diperlukan, kasir Dana Kas Kecil cukup mengumpulkan bukti-bukti pengeluarannya.
Jika Dana Kas Kecil sudah menipis, maka bukti-bukti pengeluaran tersebut dapat
ditukarkan uang untuk mengisi kembali Dana Kas Kecil kepada kasir kas besar.
Pengisian kembali Dana Kas Kecil ini dicatat dengan mendebit rekening
biaya-biaya dan mengkredit rekening kas sejumlah pengeluaran Dana Kas Kecil
yang telah dibayar.
Contoh:
CV. Angkasa pada tanggal 1 Desember 2006 membentuk Dana Kas Kecil
sebesar Rp. 100.000,00. Dana Kas Kecil tersebut diisi kembali setiap 2 minggu
sekali. Pengeluaran Dana Kas Kecil dari tanggal 1 Desember 2006 sampai dengan
tanggal 14 Desember 2006 adalah sebagai berikut:
- Biaya pos Rp.
44.000,00
- Biaya angkut pembelian Rp.
18.000,00
- Biaya perlengkapan kantor Rp.
20.000,00
- Macam-macam biaya Rp.
12.000,00
Pengeluaran Dana Kas Kecil dari tanggal 15 Desember 2006 sampai
dengan 31 Desember 2006 sebagai berikut:
- Biaya pos Rp.
15.000,00
- Biaya langganan koran Rp.
20.000,00
- Macam-macam biaya Rp.
15.000,00
Jurnal yang harus dibuat untuk transaksi di atas adalah :
1.
Pembentukan Dana Kas Kecil (1
Desember 2006)
Dana Kas Kecil……………. Rp. 100.000,00
Kas……………………………. Rp.
100.000,00
2.
Pengeluaran Dana Kas Kecil ( 1 Desember
s.d. 14 Desember 2006)
Tidak dibuat jurnal
3.
Pengisian Kembali Dana Kas
Kecil (15 Desember 2006)
Biaya pos……………………… Rp.
44.000,00
Biaya angkut pembelian………. Rp.
18.000,00
Biaya perlengkapan kantor……. Rp.
20.000,00
Macam-macam biaya…………. Rp.
12.000,00
Kas…………………………….
Rp. 94.000,00
4.
Pengeluaran Dana Kas Kecil ( 15
Desember s.d. 31 Desember 2006)
Tidak dibuat jurnal
5.
Pengisian Kembali Dana Kas
Kecil (31 Desember 2006)
Biaya pos………………. Rp.
15.000,00
Biaya langganan koran…. Rp.
20.000,00
Macam-macam biaya……Rp. 15.000,00
Kas
……………………..Rp. 50.000,00
6.
Jika pada tanggal 31 Desember
2006 tidak dilakukan pengisian kembali terhadap Dana Kas Kecil, karena
biaya-biaya yang telah dikeluarkan akan dicatat pada saat pengisian kembali,
untuk penyusunan laporan keuangan tahun 2006 dilakukan penyesuaian pada tanggal
31 Desember 2006 untuk mencatat biaya-biaya tersebut, yaitu sebagai berikut:
Biaya pos………………. Rp.
15.000,00
Biaya langganan koran…. Rp.
20.000,00
Macam-macam biaya……Rp. 15.000,00
Dana Kas Kecil
…………..Rp. 50.000,00
7.
Pada tanggal 1 Januari 2007 dibuat
jurnal penyesuaian kembali sebagai berikut:
Dana Kas Kecil …………..Rp. 50.000,00
Biaya pos………………. Rp.
15.000,00
Biaya langganan koran…. Rp.
20.000,00
Macam-macam biaya…… Rp.
15.000,00
8.
Jika perusahaan bermaksud
menambah jumlah Dana Kas Kecil dari Rp. 100.000,00 menjadi Rp. 175.000,00.
Jurnal sebagai berikut:
Dana Kas Kecil………………….. Rp. 75.000,00
Kas…………………………….
Rp. 75.000,00
SISTEM FLUKTUASI
Pada sistem ini rekening
Dana Kas Kecil jumlahnya selalu berfluktuasi sesuai dengan jumlah dana yang
dikeluarkan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan. Pada saat
mengeluarkan Dana Kas Kecil untuk membayar biaya, jurnal yang dibuat adalah
dengan mendebit rekening baiya-biaya dan mengkredit rekening Dana Kas Kecil.
Pada saat pengisian kembali, jurnal yang dibuat adalah dengan mendebit rekening
Dana Kas Kecil dan mengkredit kas.
1.
Pembentukan Dana Kas Kecil (1
Desember 2006)
Dana Kas Kecil……………. Rp. 100.000,00
Kas……………………………. Rp.
100.000,00
2.
Pengeluaran Dana Kas Kecil ( 1
Desember s.d. 14 Desember 2006)
Biaya pos……………………… Rp.
44.000,00
Biaya angkut pembelian………. Rp.
18.000,00
Biaya perlengkapan kantor……. Rp.
20.000,00
Macam-macam biaya…………. Rp.
12.000,00
Dana Kas Kecil
……………………. Rp. 94.000,00
3.
Pengisian Kembali Dana Kas
Kecil (15 Desember 2006)
Dana Kas Kecil……………….. Rp. 94.000,00
Kas………………………………….
Rp. 94.000,00
4.
Pengeluaran Dana Kas Kecil ( 15
Desember s.d. 31 Desember 2006)
Biaya pos………………. Rp.
15.000,00
Biaya langganan koran…. Rp.
20.000,00
Macam-macam biaya……Rp. 15.000,00
Dana Kas Kecil
…..…………..Rp. 50.000,00
Jika pada tanggal 31 Desember 2006 tidak dilakukan pengisian kembali
terhadap Dana Kas Kecil, untuk penyusunan laporan keuangan tahun 2006 tidak
perlu penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2006 sebagaimana dilakukan jika
digunakan Sistem Dana Tetap. Jika perusahaan bermaksud menambah atau mengurangi
jumlah Dana Kas Kecil, jurnal yang dibuat sama dengan jurnal yang dibuat pada Sistem
Dana Tetap.
REKENING
PERUSAHAAN DI BANK
Sistem kontrol yang baik
terhadap perusahaan menghendaki pembukaan rekening perusahaan di Bank,
disamping pembentukan Dana Kas Kecil. Perusahaan dapat menyimpan uangnya di
Bank dalam bentuk rekening giro. Baik perusahaan maupun pihak Bank akan
mencatat setiap penyetoran dan pengambilan yang dilakukan perusahaan. Pada
akhir periode Bank mengirimkan laporannya (Bank Statement) kepada perusahaan,
yang berisi mengenai saldo rekening perusahaan pada awal periode, penyetoran-penyetoran
dan pengambilan-pengambilan selama satu periode, beban biaya bank yang harus
ditanggung oleh perusahaan, jasa giro yang diberikan pihak Bank kepada
perusahaan dan saldo rekening giro perusahaan pada akhir periode.
Saldo kas perusahaan
menurut laporan Bank kadang-kadan tidak sesuai dengan catatan perusahaan.
Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a.
kesalahan pencatatan
b. perbedaan waktu pencatatan
antara yang dilakukan oleh pihak Bank dan oleh pihak perusahaan.
Oleh hal itu perusahaan harus membuat rekonsiliasi Bank untuk
menentukan saldo kas perusahaan yang benar.
REKONSILIASI
BANK
Rekonsiliasi Bank dibuat perusahaan dengan tujuan untuk menentukan
saldo kas di bank yang benar, dengan cara membandingkan laporan Bank dengan
catatan yang dibuat perusahaan.
Perusahaan belum mencatat atau melakukan kesalahan pencatatan:
1.
Bank membebani rekening
perusahaan dengan biaya-biaya bank, tetapi perusahaan belum mencatat pembebanan
biaya tersebut kerena perusahaan belum menerima pemberitahuan dari bank (debit
memo)
2.
Bank memberikan jasa giro
kepada perusahaan tetapi perusahaan belum mencatatnya karena belum menerima
pemberitahuan dari bank (kredit memo)
3.
Bank telah menagihkan piutang
perusahaan kepada pihak lain dan mengkredit rekening perusahaan, tetapi
perusahaan belum mencatat hasil tagihan piutang karena belum menerima pemberitahuan
dari bank (kredit memo)
4.
Perusahaan melakukan kesalahan
pencatatan
5.
Bank mengembalikan cek yang diuangkan
perusahaan, karena cek tersebut tidak cukup dananya (cek kosong), sementara itu
perusahaan belum menerima pemberitahuan dari bank
Dalam hal tersebut kemungkinan terjadi kadang-kadang memo bank
dikirim ke perusahaan bersamaan dengan pengiriman laporan bank, sehingga
perusahaan baru menerima pemberitahuan dari bank.
Pihak Bank belum mencatat atau melakukan kesalahan pencatatan
1.
Setoran dalam perjalanan
2.
Cek dalam perjalanan
3.
Bank melakukan kesalahan
pencatatan
Contoh :
Saldo kas PT. Diaswati di Bank Tamara pada tanggal 31 Desember 2000
menurut catatan perusahaan adalah Rp. 720.000,00. Sedangkan menurut laporan bank adalah sebesar
Rp. 755.000,00. Setelah diperiksa, perbedaan tersebut disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
1.
Bank telah berhasil menagihkan
piutang wesel perusahaan sebesar Rp. 100.000,00
berikut bunga wesel
tersebut sebesar Rp. 4.500,00. Perusahaan baru mengetahui hal tersebut setelah
menerima laporan bank
2.
Berdasarkan laporan bank
tersebut, bank membebani perusahaan sebesar Rp. 5.000,00 untuk biaya
administrasi bank
3.
Berdasarkan kredit memo yang
dikirim bersamaan dengan laporan bank, perusahaan memperoleh jasa giro bank
untuk bulan Desember 2000 sebesar Rp. 2.500,00
4.
Perusahaan keliru membukukan
setoran dari penjualan barang dagangan sebesar Rp. 152.000,00 yang seharusnya
adalah sebesar Rp. 125.000,00
5.
Dalam laporan bank tersebut belum
tampak, setoran perusahaan dalam bulan Desember 2000 sebesar Rp. 150.000,00 dan
cek yang dikeluarkan oleh perusahaan
nomor XII-15 sebesar Rp. 170.000,00
6. Cek dari PT. DIPA sebesar Rp. 50.000,00
yang diterima perusahaan dan diuangkan ke bank beberapa waktu yang lalu. Oleh
bank dikembalikan ke perusahaan dan ditolak pencairannya, karena cek tersebut
tidak cukup dananya.
7.
Bank telah keliru mendebit
rekening PT. DIMAS sebesar Rp. 10.000,00 ke rekening perusahaan.
Berdasarkan data di atas, buatlah rekonsiliasi Bank!
JURNAL
PENYESUAIAN:
Kas
Rp. 104.500,00
Piutang wesel
Rp.
100.000,00
Pendapatan Bunga Rp.
4.500,00
(Jurnal penyesuian untuk mencatat penagihan piutang wesel dan bunganya yang
dilakukan oleh Bank)
Biaya administrasi Bank Rp.
5.000,00
Kas Rp.
5.000,00
(Jurnal penyesuaian untuk mencatat pembebanan biaya administrasi
bank)
Kas Rp.
2.500,00
Pendapatan bunga Rp. 2.500,00
(Jurnal penyesuaian untuk mencatat jasa giro bank bulan Desember
2000)
Penjualan Rp.
27.000,00
Kas Rp. 27.000,00
(Jurnal penyesuaian untuk
mengoreksi kesalahan pencatatan setoran dari penjualan barang dagangan)
Piutang Dagang Rp.
50.000,00
Kas Rp. 50.000,00
(Jurnal penyesuaian untuk cek kosong dari PT. DIPA)
SOAL LATIHAN:
Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan kas PT. BRANTAS
pada tanggal 31 Oktober 2000
a.
Saldo rekening kas menurut
laporan Bank adalah Rp. 18.642.280,00
b.
Rekening kas perusahaan pada
tanggal yang sama menunjukkan saldo sebesar Rp. 16.469.140,00
c.
Sebuah setoran sebesar Rp.
2.612.450,00 belum dicatat oleh Bank sampai dengan tanggal 2 November 2000
d.
Biaya administrasi Bank sebesar
Rp. 11.400,00 belum dicatat oleh perusahaan
e.
Sebuah cek yang diterima oleh
Tn. Arjuna (seorang pelanggan) senilai 319.000,00 dan sudah disetor oleh
perusahaan, dikembalikan oleh Bank karena tidak ada dananya.
f.
Cek yang ditarik dan belum diuangkan
ke Bank sampai tanggal 31 Oktober 2000 adalah:
Cek nomor 234 Rp.
320.180,00
Cek nomor 345 Rp.
617.240,00
Cek nomor 456 Rp.
455.000,00
Cek nomor 567 Rp.
964.570,00
g.
Cek nomor 533 senilai Rp.
178.000,00 keliru dicatat dalam pembukuan perusahaan sebesar Rp. 187.000,00.
Cek ini digunakan untuk membayar biaya reparasi peralatan kantor
h.
Bank telah menagihkan piutan wesel sebesar Rp.
3.100.000,00 termasuk didalamnya biaya bunga sebesar Rp. 100.000,00. Transasi
ini belum dicatat oleh perusahaan
i.
Bank keliru membebankan cek PT.
Berantas ke rekening PT. BRANTAS sebesar Rp. 350.000
Diminta:
1.
Buatlah rekonsiliasi Bank
tanggal 31 Oktober 2000
2. Buatlah jurnal yang diperlukan
Ni Kadek Diah Setiawati
BalasHapusNo. 25
Nama : I Gede Braziliana
BalasHapusKelas: 1A FE Manajemen
Nim : 20.0123.0.04.124