Pengantar Akuntansi II

AKTIVA

1.1.       PENGERTIAN AKTIVA
Aktiva ialah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak berwujud, serta pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang. Pengertian aktiva menurut beberapa orang ahli sebagai berikut :
Menurut Dra. Lanita Winata, Akuntan (1994, hal 55) menjelaskan :
“Aktiva ialah Sejumlah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatau perusahaan berupa uang, barang dan hak yang timbul dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang”.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2002, hal 13, paragraf 49) menjelaskan : “Aktiva ialah Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh perusahaan”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, Aktiva ialah Kekayaan atau sumber-sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan diharapkan akan memberi manfaat di masa depan.
Aktiva Lancar ialah aktiva yang berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang pendek.
Aktiva Lancar :
1.    Kas, uang tunai untuk membiayai operasional perusahaan.
2.    Investasi jangka pendek, investasi yang sifatnya sementara hanya untuk memanfaatkan uang yang belum dibutuhkan dalam operasi.
3.    Piutang wesel, tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
4.    Piutang dagang, tagihan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan barang dagangan secara kredit.
5.    Persediaan, baik persediaan barang mentah, barang dalam proses maupun barang jadi.
6.    Piutang penghasilan, penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan tetapi belum diterima pembayarannya.
7.    Persekot/uang muka/biaya dibayar di muka, pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain. Pengeluaran itu belum menjadi biaya periode sekarang melainkan pada periode berikutnya.
8.    Aktiva tidak lancar ialah aktiva yang tidak berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang panjang.
Aktiva Tidak Lancar.
1.    Investasi jangka panjang, investasi ini dilakukan jika perusahaan mempunyai kekayaan lebih dari yang dibutuhkan.
2.    Aktiva tetap, kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan berperan dalam operasi perusahaan secara permanen, selain itu juga mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan perusahaan.
3.    Aktiva tetap tidak berwujud, kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak tampak tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.
4.    Beban yang ditangguhkan, transaksi yang menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang.
5.    Aktiva lain-lain, item ini menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikas-klasifikasi yang telah diuraikan sebelumnya.

2.2.      PENGERTIAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut. Pengertian aktiva tetap berwujud dikemukakan oleh beberapa orang ahli sebagai berikut :
Menurut Zaki Baridwan (1992, hal 271) menjelaskan :
 “Aktiva tetap berwujud yang sifatnya relatif permanen (menunjukkan sifat bahwa aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama) yang digunakan dalam kegiatan perusahaan”.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002, Nomor 16.2 Paragraf 05)
“Aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud yang digunakan dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan sifat-sifat tetap berwujud digunakan dalam operasional perusahaan, tidak untuk diperdagangkan, umur ekonomi lebih dari satu tahun yang sifatnya relatif tetap atau permanen dan berwujud fisik artinya dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera.

2.3.      SIFAT AKTIVA TETAP
Meskipun semua aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang umum, aktiva tetap memiliki ciri-ciri tambahan sebagai berikut :
Aktiva tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar/mempermudah produksi barang-barang lain atau untuk menyediakan jasa-jasa bagi perusahaan atau para pelanggannya dalam kegiatan normal perusahaan.
Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir usianya harus dibuang atau diganti.
Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak - hak yang sah atas penggunanya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak.
Aktiva tetap seluruhnya nonmoneter : manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang tertentu.
Pada umumnya jasa yang diterima dari ativa tetap meliputi suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Akan tetapi terdapat terkecualian. Misalnya suatu bangunan atau peralatan tidak klasifikasikan kembali sebagai aktiva lancar bilamana sisa manfaatnya kurang dari satu tahun. Dalam beberapa kasus seperti halnya,beberapa unsur memiliki usia asli yang lebih pendek dari pada satu siklus operasi perusahaan.
Unsur-unsur aktiva tetap mempunyai ciri umum dan memiliki beberapa tujuan pelaporan keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini di dasarkan kepada keseragaman mereka dalam proses akuntansi. Aktiva tetap dimiliki untuk mendapatkan jasa-jasanya di masa mendatang : karena itu aktiva tetap dibebankan sebagai biaya usia manfaatnya dengan cara yang sama seperti biaya di bayar dimuka (prepaid expense). Perbedaan pokok antara biaya dibayar dimuka dan aktiva tetap terletak pada usia aktiva tersebut. Biaya dibayar dimuka biasanya di bebankan sebagai ongkos selama siklus kegiatan berjalan atau satu tahun,tergantung mana yang lebih lama,sedangkan aktiva tetap di bebankan sebagai biaya selama satu periode yang lebih panjang. Tetapi jika keseragaman dalam proses akuntansi itu di anggap sebagai tujuan utama klasifikasi maka pos-pos tidak berwujud yang usianya terbatas mungkin harus di sertakan pula di dalamnya tetapi klasifikasi menurut proses akuntansi bukanlah tujuan yang relevan.
Tujuan kedua dalam penguraian dan pengukuran pos-pos aktiva tetap adalah memberikan indikasi jumlah fisik atau kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan dan juga beberapa petunjuk mengenai usia relatifnya serta taksiran masa pakainya yang akan datang. Semua informasi itu tidak mungkin terpenuhi dengan sejumlah angkadalam rupiah. Namun demikian untuk aktiva atau aktiva tertentu mungkin lebih relevan jika digunakan basis penilaian input daripada nilai likuidasinya : dan suatu penilaian yang di dasarkan pada tafsiran nilai barang atau jasa atau arus kas di masa mendatang tidak mungkin di pergunakan sebagai pengukur baik secara teoritis maupun praktis. Suatu jumlah akumulasi penyusutan yang di kurangkan dari suatu nilai input tidak dapat menghasilkan gambaran yang cukup tentang kondisi atau usia relatif aktiva tetap tersebut.
Tujuan ketiga adalah tujuan yang penting dari klasifikasi dan penilaian aktiva tetap untuk menyajikan suatu gambaran mengenai kegiatan suatu perusahaan sebagaimana pengelompokkan moneter dan aktiva lancar menunjukkan informasi mengenai kegiatan perusahaan, demikian pula halnya dengan pengelompokkan investasi dalam pos-pos modal. Jumlah relatif modal yang di tanamkan dalam aktiva tetap merupakan informasi yang relevan bagi penanam modal dan para kreditur, karena hal itu mungkin dapat menambah informasi untuk membantu meramal arus kas di masa depan dan memberikan petunjuk mengenai periode sebelum perusahaan berkesempatan menanamkan kembali sumber dayanya untuk penggunaan yang sama atau penggunaan lainnya tanpa adanya keharusan likuidasi (forced liquidation). Dalam perusaan Public Utility (pelayanan umum seperti PLN, TELKOM, GAS, dll) dan dalam berbagai perusahaan jasa lainnya, jumlah yang ditanamkan sebagai pos-pos modal jangka panjang merupakan kelompok terpenting sebagai sumber daya penghasilan di masa mendatang. Karena alasan inilah maka sebagian besar public utility menyajikan pos-pos aktiva tetap pada bagian pertama dalam neraca, mendahului aktiva lancar.
Pos-pos aktiva tetap nonoperasional biasanya disajikan di neraca dalam kelompok yang terpisah, meskipun masalah penilaian dan penyusutanya sama dengan aktiva tetap operasi. Karena itu sebagian besar uraian berikut akan dikaitkan baik dengan unsur-unsur aktiva tetap operasional maupun non operasional.


2.4.      PENGGOLONGAN AKTIVA TETAP
1.   AKTIVA TETAP BERWUJUD
Adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dapat alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akutansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut :
-       Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan.
-       Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bias diganti dengan aktiva yang sejenis.
-       Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis.
Klasifikasi Aktiva Tetap Berdasarkan Jenis
Aktiva tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:
Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung perusahaan.
Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun oleh perusahaan, tempat parkir, dan pagar.
Gedung, seperti kantor, toko, pabrik, dan gudang.
Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan mebel.
Sudut Substansi
Aktiva tetap dapat dibagi:
Ø  Tangible Assets atau Aktiva berwujud seperti Lahan, Mesin, Gedung dan Peralatan.
Ø  Intangible Assets atau Aktiva yang tidak berwujud seperti HGU, HGB, Goodwill, Patents, Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain.
Ø  Sudut Disusutkan Atau Tidak
Ø  Depreciated Plant asset yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin), Inventaris dan lain-lain.
Ø  Undepreciated Plant Asset yaitu aktiva yang tidak dapat disusutkan seperti Land (Lahan).

2.   AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya – biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri ,maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:
1.    Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis, merek dagang, dan nama dagang.
2.    Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3.    Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan lease.
Ciri- ciri aktiva tetap tidak berwujud
Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari BPR dan dapat dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama.
Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari BPR atau dari hak dan kewajiban lainnya.
Aset Tidak Berwujud dapat diperoleh secara eksternal melalui perolehan secara terpisah dan pertukaran aset, atau dihasilkan secara internal. Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Sedangkan biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud, kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.
2.5.      AKTIVA TETAP BERWUJUD
2.5.1. AKTIVA TETAP BERWUJUD (PEROLEHAN, PENYUSUTAN DAN PELAPORAN)
Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan disebut aktiva atau harta ( assets ). Aktiva menunjukkan bentuk kekayaan yang dimiliki perusahaan yang merupalan sumber daya (resources) bagi perusahaan untuk melakukan usaha. Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan .Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Neraca adalah laporan keuangan yang dapat memberi informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan perusahaan yang didalamnya terdiri dari tiga komponen penting yaitu aktiva, kewajiban dan modal. Aktiva dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
1.        Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva yang jangka waktu pemakaiannya lama digunakan kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar. Aktiva ini digolongkan menjadi aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets ) dan aktiva tidak berwujud ( intangible assets ). Tidak ada criteria standar mengenai jangka waktu pemakaian minimal untuk membedakan aktiva tetap dengan aktiva lainnya. Walaupun demikian, pemakaian lebih dari satu tahun, pada umumnya digunakan sebagai pedoman. Kriteria lain adalah aktiva tersebut harus dipakai dalam kegiatan perusahaan dan tidak untuk dijual kembali. Hanya aktiva yang nilainya tinggi saja yang biasanya dikelompokan sebagai aktiva tetap.
2.        Harga Perolehan
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba ditempat dan siap dipakai harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aktiva yang bersangkutan. Contoh : apabila perusahaan membeli sebuah tanah dengan harga Rp.20.000.000 dan untuk biaya notarisnya Rp.400.000, biaya balik nama sebesar Rp.300.000 dan komisi kepada makelar Rp.200.000 maka harga perolehan dari tanah tersebut adalah Rp.20.900.000.
3.        Perolehan Dengan Angsuran
Ada kalanya aktiva tetap dibeli secara angsuran. Dalam hal demikian kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam sekian kali angsuran dan terhadap saldo yang belum dibayar dikenakan bunga. Sebagai contoh perusahaan membeli tanah dengan harga Rp .50.000.000 dengan 25 kali angsuran bulanan terhadap saldo yang belum dibayar, dan dikenakan bunga 12% setahun. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :
(D) Tanah                             50.000.000
(K) Hutang angsuran               50.000.000
Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung sebagai berikut:
Angsuran bulanan Rp50.000.000 : 25 = Rp.2.000.000
Bunga selama sebulan yang belum dibayar
1/12 x 12% x Rp.50.000.000 =          500.000
Jumlah yang harus dibayar                Rp.2.500.000
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pembayaran ini :
(D) Hutang angsuran               2.000.000
(D) Biaya bunga           500.000
(K) Bank                     2.500.000
Angsuran kedua terdiri dari hutang pokok bulanan sebesar Rp 2.000.000 dan sisa hutang Rp 48.000.000. Bunga yang dibebankan 1/12 x 12% x Rp.48.000.000 = Rp.480.000. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :
 (D) Hutang angsuran 2.000.000
 (D) Biaya bunga 480.000
 (K) Bank 2.480.000

proses perhitungan, pembayaran dan pencatatan angsuran seperti tersebut akan berulang setiap bulan sekali samapai semua hutang angsuran telah dibayar.
4.        Penyusutan
Semua jenis aktiva tetap kecuali tanah, akan semakin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan dan hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud ini disebut penyusutan ( depreciation) . Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penyusutan dalah debit biaya penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan. Perkiraan akumulasi penyusutan digunakan untuk mencatat secara akumulatif jumlah penyusutan yang telah dilakukan .Selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan yang belum disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku ( book value) aktiva tetap.
5.        Metode Penyusutan
Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan yaitu nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat. Dasar penyusutan dapat berupa : harga perolehan dan nilai buku. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan dan dapat dihitung dengan rumus :
Metode garis lurus ( Straight line ), biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu ,dalam jumlah yang sama,sepanjang masa manfaat aktiva tetap.
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
 Dasar penyusutan = Harga perolehan – nilai sisa
Contoh :
tarif penyusutan dengan taksiran manfaat 5 tahun , maka tarifnya 100% : 5 = 20 %
harga kendaraan Rp 12.500.000 ,nilai sisa diperkirakan Rp 1.550.000 ,maka biaya penyusutannya = 20% (Rp.12.500.000 – Rp.1550.000) = Rp.2.190.000

6.        Penilaian dan pelaporan
Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya, maka aktiva tersebut dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicata sebagai kerugian. Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya, seperti tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan dan lain-lain.
Contoh penyajian kelompok aktiva tetap di neraca apabila akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
Aktiva tetap :
 Peralatan kantor Rp. 30.000.000
 Peralatan toko 50.000.000
 Kendaraan 25.000.000
 Gedung 105.000.000
 Tanah 20.000.000 +
 Rp. 230.000.000
 Akumulasi penyusutan ( 52.500.000 )
 Total aktiva tetap,neto Rp. 177.500.000

2.5.2. AKTIVA TETAP BERWUJUD ( PENARIKAN )
1.    Penjualan
Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan (retirements) dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aktiva lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan). Ayat jurnal yang harus dibuat untuk ketiga macam transaksi tersebut sedikit berbeda, namun yang pasti, nilai buku aktiva yang bersangkutan harus dikeluarkan dari pembukuan. Hal ini dilakukan dengan mengkredit harga perolehan dan mendebit akumulasi penyusutannya. Suatu aktiva tetap tidak boleh dikeluarkan dari pembukuan hanya karena telah habis disusutkan. Harga perolehan maupun akumulasi penyusutan aktiva tetap yang telah habis disusutkan tetap disajikan, walaupun kalau dinettokan, nilai bukunya sama dengan nol.
Apabila suatu aktiva tetap dijual, niai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Nilai buku ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian karena penjualan aktiva tetap.
2.    Penukaran
Suatu aktiva tetap yang sudah berkurang manfaatnya, dapat ditukarkan dengan yang lain. Penukaran aktiva teatp dapat dilakukan dengan aktiva sejenis ( misalnya mobil dengan mobil ) atau dapat juga dengan tidak sejenis ( misalnya mobil dengan mesin ).
Dalam penukaran (trade in) aktiva tetap, terlebih dahulu harus ditentukan nilai tukarnya ( trade in allowance). Selisih antara nilai tukar aktiva lama dengan harga aktiva baru merupakan keuntungan atau kerugian dari penukaran. Apabila nilai tukar lebih besar dari nilai buku, maka memperoleh keuntungan dan sebaliknya jika nilai tukar lebih kecil dari nilai buku maka merupakan kerugian. Ada dua cara pencatatan untuk transaksi penukaran aktiva tetap yaitu :
a.        Untuk penukaran aktiva tidak sejenis ,keuntungan dan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.
b.        Untuk penukaran aktiva sejenis,keuntungan dikurangkan pada harga aktiva baru, sedangkan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.
Penghapusan
Kemungkinan lain bagi aktiva yang sudah tidak bermanfaat adalah dihapuskan. Ini terjadi kalau aktiva tetap tidak dapat dijual atau ditukarkan. Apabila aktiva belum disusutkan penuh, maka akibat penghapusan ini adalah terjadinya kerugian sebesar nilai buku. Seperti halnya kerugian dari penjualan aktiva tetap kerugian karena penghapusan aktiva juga dilaporkan sebagai biaya lain-lain. Adakalanya penghapusan aktiva tetap dilakukan karena kejadian – kejadian yang tidak diharapkan seperti kebakaran.
Untuk menggambarkan kejadian ini, anggaplah bahwa mobil yang dibeli pada tanggal 2 januari 199 AA dengan harga Rp. 10.000.000, pada tanggal 1 Juli 199 B mengalami tabrakan berat dan tidak dapat dipakai lagi. Ganti rugi yang diterima dari perusahaan asuransi adalah Rp. 8.000.000. Ayat jurnal yang sesuai yaitu :

(D)Biaya penyusutan 1.000.000
(K) Akumulasi penyusutan 1.000.000

2. (D)Akumulasi penyusutan 7.000.000
(D)Kerugaian karena penghapusan a.t 3.000.000
(K) Kendaraan 10.000.000

3. (D) Piutang klaim asuransi 8.000.000
(K) Pendapatan klaim asuransi 8.000.000

Ayat jurnal (1) adalah ayat jurnal untuk mencatat penyusutan dari tanggal 1 Januari 199 A sampai dengan 1 Juli 199 B yang belum dicatat. Ayat jurnal (2) mencatat penghapusan aktiva tetap, sedang ayat jurnal (3) mencatat klaim asuransi yang akan diterima.

Aktiva Tetap Bernilai Kecil
Salah satu kriteria untuk dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap adalah nilainya yang besar. Aktiva tetap yang nilai per unitnya kecil, dapat langsung dibebankan sebagai biaya pada saat perolehan. Manajemen perusahaan perlu menetapkan atau untuk pengeluaran yang harus dikapitalisir sebagai aktiva tetap dan pengeluaran yang harus dibebankan sebagai biaya. Apabila pengeluaran untuk aktiva – aktiva tetap yang nilainya kecil misalnya suku cadang, dikapitalisir, maka pencatatannya dapat dikelompokan menjadi satu. Penyusutan secara regular tidak dihitung. Pembebanan ke biaya dilakukan dengan menghitung secara phisik aktiva tetap yang masih tersisa. Harga perolehan aktiva yang masih ada ditaksir kemudian selisih antara saldo menurut perkiraan dengan nilai taksiran dibebankan ke perkiraan biaya.

Pengeluaran modal
Pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap seperti biaya pemeliharaan (maintenance), penambahan (additions), penggantian (replacement) atau perbaikan (repairs) dapat dikategorikanmenjadi pengeluaran modal (capital expenditures) and pengeluaran pendapatan ( renevue expenditures). Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir ).
Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akutansi termasuk dalam kategori ini. Misalnya, penambahan satu unit AC dalam sebuah mobil merupakan pengeluaran modal. Demikian juga halnya dengan pengeluaran – pengeluaran yang menambah efisiensi memperpanjang umur aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi. Pengeluaran modal dicatat sebagai debit pada perkiraan : aktiva ataupun akumulasi penyusutan. Pengeluaran – pengeluaran untuk penambahan dan penggantian, pada umumnya dicatat dalam perkiraan aktiva sedangkan untuk perbaikan besar-besaran yang akan memperpanjang umur aktiva dicatat sebagai debit pada perkiraan akumulasi penyusutan.

Pengeluaran pendapatan
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan manfaat untuk tahun dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran akan dibebankan sebagai biaya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin merupakan contoh dari jenis pengeluaran ini. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang terjadi agar aktiva tetap selalu berada dalam keadaan baik. Biaya perbaikan adalah biaya-biaya untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik.

PENGELUARAN – PENGELUARAN MODAL DAN PENDAPATAN

Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Pengeluran modal adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akutansi pengeluaran-pengeluaran.
Pengeluran pendapatan adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.

PRINSIP PENILAIAN AKTIVA TETAP BERWUJUD
Adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.

HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP BERWUJUD
Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku prinsip yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Karena jenis aktiva itu macam-macam maka masing-masing jenis mempunyai masalah-masalah khusus yang akan dibicarakan berikut ini :
Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti :

Harga beli
Komisi pembelian
Bea balik nama
Biaya penelitian tanah
Iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai
Biaya merobohkan bangunan lama
Biaya perataan tanah pembersihan dan pembagian
Pajak-Pajak yang jadi beban pembelian pada waktu pembelian
Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah :
Harga beli
Biaya Perbaikan sebelum gedung itu dipakai
Komisi pembelian
Bea balik nama
Pajak-Pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian
Mesin dan alat-alat
Yang merupakan harga perolehan meisn dan alat-alat adalah
Harga beli
Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
Biaya angkut
Asuransi selama dalam perjalanan
Biaya pemasangan
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
Alat-Alat Kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki bias berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan.
Pattern dan dies atau Cetakan-Cetakan
Cetakan-cetakan yang dipakai untuk peroduksi dalam beberapa periode dicatat dalam rekening aktiva tetap dan didepresiasi selam umur ekonomisnya.
Perabotan dan Alat-Alat Kantor
Pembelian atau pembuatan alat-alat harus dipisahkan-pisahkan untuk fungsi-fungsi produksi, penjulaan dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat dibebankan pada maisng-masing fungsi tersebut.
Kendaraan
Seperti halnya perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap fungsi yang berbeda.
Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan
Adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari produk yang dijual.
CARA – CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan berikut ini akan dibahas tetang harga perolehan.

Pembelian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan.
Pembelian secara gabungan
Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.
Perolehan Melalui Pertukaran
Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau Obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar
Ditukar dengan aktiva tetap yang lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar atau sering disebut “tukar tambah”. Dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru ada dua jenis pertukaran yaitu :
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

Pembelian angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga.
Diperoleh dari Hadiah atau Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan.
Aktiva yang Dibuat sendiri
Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabotan. Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masih diam.

BIAYA – BIAYA SELAMA MASA PENGGUNAAN AKTIVA
Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dikelompokan menjadi :
Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinya bisa dan jumlahnya cukup besar jika reparasinya besar. Reparasi besar biasanya terjadi setelah beberapa tahan, sehingga dapat dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini akan dirasakan dalam beberapa periode. Oleh karena itu biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya sebagai biaya dilakukan dalam periode-periode yang menerima manfaat.
Penggantian
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama.
Perbaikan
Adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar.
Penambahan
Adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan ruang dalam bangunan ruang parker dan lain-lain.
Penyusunan Kembali aktiva tetap
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan route produksi atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus di kapitalisasi.

MEMBERHENTIAN AKTIVA
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, maupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakian maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan.

ASURANSI KEBAKARAN
Perusaahan biasanya mengasuransikan harta benda terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena kebakaran. Perjanjian asuransi ini dinyatakan dalam polis. Perusahan asuransi akan mengganti kerugian dalam hal adanya kebakaran, maksimum sebesar jumlah pertanggungan yang dinyatakan dalam polis.

ASURANSI BERSAMA
Syarat asuransi bersama adalah syarat menyatakan bahwa apabila harta benda diasuransikan (dipertanggung jawabkan) dengan jumlah yang lebih rendah dari pada suatu persentase tertentu dari pasar benda tersebut pada saat terjadinya kebakaran, maka perusahan yang mempertanggungkan akan memikul kerugian karena kebakaran sebanding dengan selisih jumlah pertanggungan dengan persentase tertentu dari harga pasar harta tersebut
Jumlah kerugian yang akan diganti oleh perusahaan asuransi adalah yang paling rendah dari jumlah berikut :
jumlah yang dibebankan kepada perusahaan asuransi yang dihitung dengan cara asuransi bersama
jumlah pertanggungan dalam polis
jumlah kerugian yang sebenarnya

POLIS GABUNGAN
Apabila perusahaan mengasuransikan beberapa aktiva dalam satu polis, maka polis itu akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah harga pasar aktiva-aktiva tersebut pada saat terjadinya kebakaran.

PENCATATAN ASURANSI KEBAKARAN
Apabila terjadi kebakaran atas harta yang diasuransikan maka langkah-langkah yang dilakukan untuk mengadakan pencatatan akuntansinya adalah sebagai berikut :
Menyusun kembali catatan-catatan yang terbakar
Menyesuaikan buku-buku agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada saat kejadiannya kebakaran
Menentukan nilai buku aktiva yang terbakar
Membebankan nilai buku aktiva yang terbakar dan biaya-biaya yang timbul pada saat kebakaran, ke rekening kerugian kebakaran
Menetukan jumlah yang diterima dari perusahaan asuransi
Rekening kerugian kebakaran dikredit dengan jumlah ini dan jumlah yang diterima dari penjualan aktiva yang terbakar.
Menutup saldo rekening kerugian ke rekening laba rugi. Saldo ini menunjukkan rugi atau laba dari kebakaran.

AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Aktiva tak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta, hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya – biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Hak paten adalah hak yang diberikan oleh pemerintah (Direktorat Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas suatu penemuan baru. Hak ini diberikan dalam jangka waktu 17 tahun.
Hak Cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah ( Direktorat Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas karya-karya tulisan dan seni yang dihasilkan. Hak ini diberikan untuk selama penciptanya masih hidup ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia. Hak merek juga dikeluarkan oleh Direktorat Paten. Ketentuan mengenai merek diatur melalui undang-undang No. 21 tahun 1961. Merek menurut ketentuan undang-undang ini adalah tanda yang digunakan untuk membedakan barang-barang produksi atau barang-barang perniagaan seseorang atau perusahaan lain.
Biaya yang ditangguhkan adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan dala periode terjadinya karena memberikan manfaat di masa datang misalnya biaya operasi, biaya emisi saham dan biaya pendirian. Biaya pendirian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan usaha mendirikan perusahaan yang termasuk biaya ini adalah biaya untuk memperoleh izin usaha, izin penanaman modal dan lain-lain. Biaya emisi saham adalah biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan penjualan saham kepada masyarakat.
Biaya pra operasi (preoperating cost ) adalah biaya – biaya yang terjadi mulai dari saat mendirikan sampai dengan saat perusahaan menghasilkan pendapatan. Biaya administrasi, umum, penjualan dan produksi, dikapitalisir sebagai biaya pra operasi.

Amortisasi
Pengurangan nilai suatu aktiva tak berwujud yang seara berkala dibebankan sebgai biaya disebut amortisasi (amortization). Amortisasi aktiva tak berwujud pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Dipandang dari sudut kemungkinan amortisasinya, aktiva tak berwujud dapat digolongkan sebagai :
a. Aktiva tak berwujud yang adanya dibatasi dengan undang-undang, peraturan atau persetujuan, misalnya hak paten, hak cipta dan hak merek.
b. Aktiva tidak berwujud yang tidak terbatas waktunya dan pada waktu perolehannya tidak ada petunjuk mengenai usianya yang terbatas, misalnya biaya pendirian dan biaya pra operasi.

Harga perolehan aktiva tak berwujud kategori : (a) Diamortisasikan selama jangka waktu yang dinyatakan dalam ketentuan. Bila ternyata jangka waktu kegunaannya lebih lama atau lebih singkat dari perkiraan semula, maka dapat dilakukan koreksi seperlunya. Aktiva yang termasuk dalam kategori (b) Diamortisasikan sesuai pertimbangan perusahaan, asalkan amortisasi tersebut layak dan masuk akal. Amortisasi aktiva tak berwujud dicatat dengan mendebit perkiraan biaya amortisasi dan mengkredit perkiraan akumulasi amortisasi atau langsung ke perkiraan aktiva yang bersangkutan.
Pencatatan
Anggaplah bahwa untuk memperoleh suatu hak paten, perusahaan telah mengeluarkan uang sebesar Rp.25.000.000. Perolehan ini dicatat sebagai berikut :
 (D) Hak paten 25.000.000
 (K) Bank 25.000.000

Anggaplah juga masa manfaat hak paten tersebut adalah 10 tahun. Amortisasi tahunan dari hak paten ini, dengan demikian adalah :
10 % x Rp.25.000.000 = Rp.2.500.000
Ayat jurnal yang harus dibuat adalah :
 (D) Biaya amortisasi 2.500.000
 (K) Hak paten 2.500.000

Untuk menggambarkan pencatatan biaya riset dan pengembangan, anggaplah bahwa suatu perusahaan telah mengeluarkan biaya riset dan pengembangan sebesar Rp.10.000.000 dalam tahun 199 A dan Rp.12.000.000 selama tahun 199 B .Biaya riset dan pengembangan ini merupakan biaya rutin yang selalu dianggarkan oleh perusahaan. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat transaksi yaitu :
199 A
 (D) Biaya riset dan pengembangan 10.000.000
 (K) Bank 10.000.000
199 B
 (D) Biaya riset dan pengembangan 12.000.000
 (K) Bank 12.000.000

Apabila riset dan pengembangan tersebut diatas dilakukan untuk suatu produk tertentu yang dapat diidentifikasikan secara spesifik, maka isi debit dari ayat-ayat jurnal diatas diganti dengan pos aktiva : Biaya riset dan pengembangan belum dialokasikan .Apabila, kemudian dapat dipastikan bahwa riset dan pengembangan untuk produk spesifik tadi dinyatakan gagal ayat jurnal berikut yang perlu dibuat :

 (D) Biaya riset dan pengembangan 22.000.000
 (K) Biaya riset dan pengembangan
 belum dialokasikan 22.000.000

Hak Penguasaan Sumber Alam
Suatu perusahaan mungkin memperoleh hak untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber alam tertentu. Biasanya untuk memperoleh hak eksploitasi sumber-sumber alam tersebut perusahaan harus membayar sejumlah uang. Biaya-biaya untuk memperoleh hak penguasaan sumber-sumber alam dicatat sebagai aktiva tetap dan diamortisasikan.
Seperti halnya aktiva tak berwujud, biaya-biaya sehubungan dengan penguasaan sumber-sumber alam juga akan makin berkurang nilainya yang disebabkan oleh tambangnya sumber tersebut. Pengurangan nilai itu secara berkala dibebankan dalam perhitungan rugi laba, yang dalam hal sumber-sumber alam disebut deplesi. Deplesi pada hakekatnya dapat disamakan dengan penyusutan pada aktiva tetap berwujud dan pada umumnya deplesi dihitung berdasarkan metode unit produksi.
Sebagai contoh anggaplah sebuah perusahaan harus membayar Rp 1.000.000.000 untuk mendapatkan hak eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi disuatu daerah. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :

 (D)Hak penguasaan sumber alam 1.000.000.000
 (K) Bank 1.000.000.000

Anggaplah juga bahwa setelah mengadakan eksplorasi dan pengembangan cadangan minyak yang diperoleh adalah 500.000.000 barel. Selama tahun 199A perusahaan tersebut memproduksi 60.000.000 barel. Tarif deplesi dihitung sebgai berikut :

 Tarif deplesi = Rp.500.000.000 x 12 % = Rp. 60.000.000

Biaya deplesi untuk tahun 199A adalah Rp. 120.000.000
(12% x Rp.1.000.000.000) .Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

(D) Biaya deplesi 120.000.000
(K) Hak penguasaan sumber alam 120.000.000

Aktiva Lain-Lain
Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva lancar investasi /penyertaan, aktiva tetap maupun aktiva tidak berwujud, seperti mesin-mesin yang tidak digunakan, disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain.
Aktiva tetap tidak berwujud (intangible assets) adalah aktiva yang umur ekonomisnya panjang dan memberikan manfaat bagi operasi perusahaan, tetapi tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini berupa hak-hak istimewa atau pemilikan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Bukti pemilikan aktiva tidak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain.
Contoh Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Asset)
Berikut adalah contoh-contoh Aktiva Tetap Tidak Berwujud yang lumrah kita temui dalam dunia usaha adalah :

Hak Sewa (Lease Hold)
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua alasan :
Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.
Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.

Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-milah atas kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak berwujud atau sebagai biaya sewa.
Contoh Kasus :
Tempat Usaha (Tanah dan Gedung) PT. Royal Bali Cemerlang diperoleh dengan cara menyewa selama 30 Tahun, dengan membayar sebesar Rp 750,000,000,-. Dalam perjalanan usahanya PT. Royal Bali Cemerlang juga menyewa sebuah mobil pick-up disewa Rp 150,000/hari.
Mengacu pada batasan aktiva tetap tak berwujud atas Hak Sewa yang telah disebutkan sebelumnya, maka transaksi sewa yang ada pada PT. Royal Bali Cemerlang hendaknya diperlakukan sebagai berikut :

Pencatatan :
Atas sewa tanah dan gedung di catat sebagai aktiva tak berwujud:
Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-]. Lease Hold = Rp 750,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 675,000,000.-
[-Credit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
Pada saat penyetoran PPh Pasal 4(2) :
[-Debit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 75,000,000,-
Penjelasan :
(-). Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan Aktiva Tetap Tak Berwujud (intangible asset) yaitu berupa Hak sewa (Lease Hold), karena sewa tersebut berjangka waktu 30 tahun, yang artinya atas cost sewa yang dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat (menjadikannya sebagai tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun buku, untuk itu transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud..
(-). Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object, yaitu PPh Pasal 4 (2), diakui sekarang atau nanti tetap akan mengakui. Jika tidak di akui sekarang toh nanti akan dikoreksi oleh pihak kantor pajak. Mengingat Conservatism principle, bukankah setiap potensi pengeluaran maupun kewajiban, hendaknya diakui sesegera mungkin ?
Atas sewa mesin & mobil dicatat sebagai biaya :

Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-]. Biaya Sewa = Rp 150,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 135,000,-
[-Credit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
Pada saat pembayaran PPh Pasal 23 :
[-Debit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
[-Credit-].Kas=Rp15,000,-

Catatan :
Sewa mobil yang biayar harian langsung diakui sebagai biaya, karena atas pengeluaran perusahaan sebesar Rp 150,000,- perusahaan hanya akan memperoleh manfaat selama satu hari (kurang dari 1 tahun buku).
Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana perusahaan bertindak selaku pemotong.

Organization Cost
Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi sehubungan dengan set-up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran ini diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas pengeluaran tersebut perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama perusahaan masih beroperasi.

Perijinan (Permit & Licences)
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu izin diakui sebagai aktiva tetap tidak berwujud.

Hak Patent
Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Dimana atas penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau system, atau cara tertentu.

Merk Dagang (Trade Mark)
Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat TM, adalah hak yang diperoleh atas suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang mewakili suatu organisasi/perusahaan tertentu.

Hak Penggandaan (Copyright)
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
Franchise
Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.


Goodwill
Adalah kelebihan-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain.

Catatan penting :
Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan, bergabung/berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuasisi
KAS

Kas adalah uang tunai baik kertas maupun logam, simpanan uang di bank yang setiap saat dapat diambil (simpanan giro), dan bentuk-bentuk alat pembayaran lainnya yang mempunyai sifat seperti uang.
Dari pengertian di atas, maka yang termasuk sebagai elemen kas adalah:
1.      Uang kertas maupun uang logam, baik dalam bentuk rupiah atau mata uang asing
2.      Simpanan uang dibank dalam bentuk simpanan giro (demand deposit)
3.      Cek yang diterima perusahaan dari pihak lain sebagai alat pembayaran. Cek tersebut setiap saat dapat diuangkan di bank.
4.      Bank draft (surat berharga dikeluarkan oleh bank dan dapat diuangkan setiap saat oleh pemiliknya)
5.      Money order (surat perintah untuk membayar sejumlah uang tertentu, yang setiap saat dapat diuangkan kepada yang disebutkan dalam surat tersebut)

Simpanan uang di Bank yang tidak termasuk elemen kas:
1.      Tabungan: yaitu jenis tabungan yang tidak setiap saat dapat diambil
2.      Deposito berjangka (time deposit)

Selain uang kertas dan uang logam, asalkan mempunyai sifat setiap saat dapat diuangkan (ditukar menjadi uang) termasuk sebagai elemen kas.

PENGAWASAN KAS
Setiap perusahaan pada umumnya mengadakan pengawasan yang ketat terhadap kas, karena sifatnya yang mudah dipndahtangankan dan tidak mempunyaitanda bukti kepemilikan. Untuk menghindari penggelapan kas, setiap perusahaan perlu mengadakan sistem kontrol intern  yang baik terhadap kas perusahaan.
Beberapa pedoman umum yang dapat digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap kas diperusahaan adalah sebagai berikut:
Penerimaan Kas:
1.      Diadakan pemisahan fungsi antara pengelolaan kas dengan pencatatan kas.
2.      Setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke Bank
3.      Setiap hari harus dibuat laporan mengenai penerimaan kas
Pengeluaran Kas
1.      Semua pengeluaran kas harus dibayar menggunakan cek yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang, kecuali untuk pengeluaran kas dalam jumlah relatif kecil dibayar dari Dana Kas Kecil.
2.      Diadakan pemisahan fungsi antara pengelola kas, orang yang mengotorisasi pengeluaran kas dan orang yang mencatat pengeluaran kas
3.      Setiap hari harus dibuat laporan mengenai pengeluaran kas
4.      Sewaktu-waktu harus diadakan pemeriksaan intern terhadap kas perusahaan
Sistem kontrol intern yang baik terhadap kas perusahaan menghendaki pembentukan Dana Kas Kecil di perusahaan yang bersangkutan dan pembukaan rekening perusahaan di Bank.

DANA KAS KECIL
     Dana kas kecil merupakan kas di perusahaan yang disediakan untuk pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis jika dibayar dengan cek. Misalnya: pengeluaran untuk: pembelian perangko dan materai, langganan surat kabar/majalah, biaya angkut penjualan, dan lain-lain. Dana kas kecil dipercayakan kepada pemegang Dana Kas Kecil (Kasir Kas Kecil) yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan Dana Kas Kecil.
     Untuk membentuk suatu kas kecil, perusahaan harus menaksir jumlah kas yang diperlukan untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya untuk keperluan seminggu atau sebulan. Selanjutnya perusahaan mengeluarkan cek dan menguangkannya di Bank untuk mengisi dana kas kecil tersebut.
Atas pengeluaran cek ini dibuat jurnal sebagi berikut:
Kas Kecil……………………. Rp. xxx
     Kas…………………………….. Rp. xxx

Apabila kas kecil digunakan, maka sebelumnya perlu dibuat dokumen yang disebut sebagai bukti pengeluaran kas kecil, seperti gambar 1.1.



Gambar 1.1.
Bukti Pengeluaran Kas Kecil

Dokumen harus ditandatangani oleh orang yang menerima kas kecil, dan disimpan oleh pemegang kas dalam peti uang. Dengan cara seperti ini, jumlah pemakaian kas menurut bukti pengambilan kas ditambah dengan sisa kas yang ada dalam peti uang, harus sama dengan jumlah dana kas kecil yang ditetapkan perusahaan.
Dalam hubungannya dengan Dana Kas Kecil dikenal 2 sistem yaitu:
1.      Sistem Dana Tetap (Imprest System)
2.      Sistem Fluktuasi (Fluctuating System)

SISTEM DANA TETAP
     Pada sistem ini rekening Dana Kas Kecil selalu menunjukkan jumlah tetap, karena pada saat terjadi pengeluaran yang dibayar dengan Dana Kas Kecil, pengeluaran tersebut tidak dicatat. Pada saat mengeluarkan Dana Kas Kecil untuk membayar biaya-biaya yang diperlukan, kasir Dana Kas Kecil cukup mengumpulkan bukti-bukti pengeluarannya. Jika Dana Kas Kecil sudah menipis, maka bukti-bukti pengeluaran tersebut dapat ditukarkan uang untuk mengisi kembali Dana Kas Kecil kepada kasir kas besar. Pengisian kembali Dana Kas Kecil ini dicatat dengan mendebit rekening biaya-biaya dan mengkredit rekening kas sejumlah pengeluaran Dana Kas Kecil yang telah dibayar.
Contoh:
CV. Angkasa pada tanggal 1 Desember 2006 membentuk Dana Kas Kecil sebesar Rp. 100.000,00. Dana Kas Kecil tersebut diisi kembali setiap 2 minggu sekali. Pengeluaran Dana Kas Kecil dari tanggal 1 Desember 2006 sampai dengan tanggal 14 Desember 2006 adalah sebagai berikut:
- Biaya pos                                   Rp. 44.000,00
- Biaya angkut pembelian                        Rp. 18.000,00
- Biaya perlengkapan kantor        Rp. 20.000,00
- Macam-macam biaya                 Rp. 12.000,00
Pengeluaran Dana Kas Kecil dari tanggal 15 Desember 2006 sampai dengan 31 Desember 2006 sebagai berikut:
- Biaya pos                                   Rp. 15.000,00
- Biaya langganan koran              Rp. 20.000,00
- Macam-macam biaya                 Rp. 15.000,00

Jurnal yang harus dibuat untuk transaksi di atas adalah :
1.      Pembentukan Dana Kas Kecil (1 Desember 2006)
Dana Kas Kecil……………. Rp. 100.000,00
     Kas……………………………. Rp. 100.000,00

2.      Pengeluaran Dana Kas Kecil ( 1 Desember s.d. 14 Desember 2006)
Tidak dibuat jurnal
3.      Pengisian Kembali Dana Kas Kecil (15 Desember 2006)
Biaya pos……………………… Rp. 44.000,00
Biaya angkut pembelian……….  Rp. 18.000,00
Biaya perlengkapan kantor……. Rp. 20.000,00
Macam-macam biaya………….  Rp. 12.000,00
                 Kas……………………………. Rp. 94.000,00

4.      Pengeluaran Dana Kas Kecil ( 15 Desember s.d. 31 Desember 2006)
Tidak dibuat jurnal

5.      Pengisian Kembali Dana Kas Kecil (31 Desember 2006)
Biaya pos……………….            Rp. 15.000,00
Biaya langganan koran….            Rp. 20.000,00
Macam-macam biaya……Rp. 15.000,00
                 Kas ……………………..Rp. 50.000,00

6.      Jika pada tanggal 31 Desember 2006 tidak dilakukan pengisian kembali terhadap Dana Kas Kecil, karena biaya-biaya yang telah dikeluarkan akan dicatat pada saat pengisian kembali, untuk penyusunan laporan keuangan tahun 2006 dilakukan penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2006 untuk mencatat biaya-biaya tersebut, yaitu sebagai berikut:

Biaya pos……………….            Rp. 15.000,00
Biaya langganan koran….            Rp. 20.000,00
Macam-macam biaya……Rp. 15.000,00
                 Dana Kas Kecil …………..Rp. 50.000,00


7.      Pada tanggal 1 Januari 2007 dibuat jurnal penyesuaian kembali sebagai berikut:
Dana Kas Kecil …………..Rp. 50.000,00
Biaya pos……………….            Rp. 15.000,00
Biaya langganan koran….            Rp. 20.000,00
Macam-macam biaya……           Rp. 15.000,00

8.      Jika perusahaan bermaksud menambah jumlah Dana Kas Kecil dari Rp. 100.000,00 menjadi Rp. 175.000,00. Jurnal sebagai berikut:
Dana Kas Kecil………………….. Rp. 75.000,00
                 Kas……………………………. Rp. 75.000,00

SISTEM  FLUKTUASI
     Pada sistem ini rekening Dana Kas Kecil jumlahnya selalu berfluktuasi sesuai dengan jumlah dana yang dikeluarkan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan. Pada saat mengeluarkan Dana Kas Kecil untuk membayar biaya, jurnal yang dibuat adalah dengan mendebit rekening baiya-biaya dan mengkredit rekening Dana Kas Kecil. Pada saat pengisian kembali, jurnal yang dibuat adalah dengan mendebit rekening Dana Kas Kecil dan mengkredit kas.
1.      Pembentukan Dana Kas Kecil (1 Desember 2006)
Dana Kas Kecil……………. Rp. 100.000,00
     Kas……………………………. Rp. 100.000,00

2.      Pengeluaran Dana Kas Kecil ( 1 Desember s.d. 14 Desember 2006)
Biaya pos……………………… Rp. 44.000,00
Biaya angkut pembelian……….  Rp. 18.000,00
Biaya perlengkapan kantor……. Rp. 20.000,00
Macam-macam biaya………….  Rp. 12.000,00
                 Dana Kas Kecil ……………………. Rp. 94.000,00

3.      Pengisian Kembali Dana Kas Kecil (15 Desember 2006)
Dana Kas Kecil………………..  Rp. 94.000,00
                 Kas…………………………………. Rp. 94.000,00

4.      Pengeluaran Dana Kas Kecil ( 15 Desember s.d. 31 Desember 2006)
Biaya pos……………….            Rp. 15.000,00
Biaya langganan koran….            Rp. 20.000,00
Macam-macam biaya……Rp. 15.000,00
                 Dana Kas Kecil …..…………..Rp. 50.000,00

Jika pada tanggal 31 Desember 2006 tidak dilakukan pengisian kembali terhadap Dana Kas Kecil, untuk penyusunan laporan keuangan tahun 2006 tidak perlu penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2006 sebagaimana dilakukan jika digunakan Sistem Dana Tetap. Jika perusahaan bermaksud menambah atau mengurangi jumlah Dana Kas Kecil, jurnal yang dibuat sama dengan jurnal yang dibuat pada Sistem Dana Tetap.

REKENING PERUSAHAAN DI BANK
     Sistem kontrol yang baik terhadap perusahaan menghendaki pembukaan rekening perusahaan di Bank, disamping pembentukan Dana Kas Kecil. Perusahaan dapat menyimpan uangnya di Bank dalam bentuk rekening giro. Baik perusahaan maupun pihak Bank akan mencatat setiap penyetoran dan pengambilan yang dilakukan perusahaan. Pada akhir periode Bank mengirimkan laporannya (Bank Statement) kepada perusahaan, yang berisi mengenai saldo rekening perusahaan pada awal periode, penyetoran-penyetoran dan pengambilan-pengambilan selama satu periode, beban biaya bank yang harus ditanggung oleh perusahaan, jasa giro yang diberikan pihak Bank kepada perusahaan dan saldo rekening giro perusahaan pada akhir periode.
     Saldo kas perusahaan menurut laporan Bank kadang-kadan tidak sesuai dengan catatan perusahaan. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a.   kesalahan pencatatan
b.  perbedaan waktu pencatatan  antara yang dilakukan oleh pihak Bank dan oleh pihak perusahaan.
Oleh hal itu perusahaan harus membuat rekonsiliasi Bank untuk menentukan saldo kas perusahaan yang benar.

REKONSILIASI  BANK
Rekonsiliasi Bank dibuat perusahaan dengan tujuan untuk menentukan saldo kas di bank yang benar, dengan cara membandingkan laporan Bank dengan catatan yang dibuat perusahaan.

Perusahaan belum mencatat atau melakukan kesalahan pencatatan:
1.      Bank membebani rekening perusahaan dengan biaya-biaya bank, tetapi perusahaan belum mencatat pembebanan biaya tersebut kerena perusahaan belum menerima pemberitahuan dari bank (debit memo)
2.      Bank memberikan jasa giro kepada perusahaan tetapi perusahaan belum mencatatnya karena belum menerima pemberitahuan dari bank (kredit memo)
3.      Bank telah menagihkan piutang perusahaan kepada pihak lain dan mengkredit rekening perusahaan, tetapi perusahaan belum mencatat hasil tagihan piutang karena belum menerima pemberitahuan dari bank (kredit memo)
4.      Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan
5.      Bank mengembalikan cek yang diuangkan perusahaan, karena cek tersebut tidak cukup dananya (cek kosong), sementara itu perusahaan belum menerima pemberitahuan dari bank
Dalam hal tersebut kemungkinan terjadi kadang-kadang memo bank dikirim ke perusahaan bersamaan dengan pengiriman laporan bank, sehingga perusahaan baru menerima pemberitahuan dari bank.
Pihak Bank belum mencatat atau melakukan kesalahan pencatatan
1.      Setoran dalam perjalanan
2.      Cek dalam perjalanan
3.      Bank melakukan kesalahan pencatatan

Contoh :
Saldo kas PT. Diaswati di Bank Tamara pada tanggal 31 Desember 2000 menurut catatan perusahaan adalah Rp. 720.000,00.  Sedangkan menurut laporan bank adalah sebesar Rp. 755.000,00. Setelah diperiksa, perbedaan tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1.      Bank telah berhasil menagihkan piutang wesel perusahaan sebesar Rp. 100.000,00 berikut bunga wesel tersebut sebesar Rp. 4.500,00. Perusahaan baru mengetahui hal tersebut setelah menerima laporan bank
2.      Berdasarkan laporan bank tersebut, bank membebani perusahaan sebesar Rp. 5.000,00 untuk biaya administrasi bank
3.      Berdasarkan kredit memo yang dikirim bersamaan dengan laporan bank, perusahaan memperoleh jasa giro bank untuk bulan Desember 2000 sebesar Rp. 2.500,00
4.      Perusahaan keliru membukukan setoran dari penjualan barang dagangan sebesar Rp. 152.000,00 yang seharusnya adalah sebesar Rp. 125.000,00
5.      Dalam laporan bank tersebut belum tampak, setoran perusahaan dalam bulan Desember 2000 sebesar Rp. 150.000,00 dan cek yang dikeluarkan  oleh perusahaan nomor XII-15 sebesar Rp. 170.000,00
6.      Cek dari PT. DIPA sebesar Rp. 50.000,00 yang diterima perusahaan dan diuangkan ke bank beberapa waktu yang lalu. Oleh bank dikembalikan ke perusahaan dan ditolak pencairannya, karena cek tersebut tidak cukup dananya.
7.      Bank telah keliru mendebit rekening PT. DIMAS sebesar Rp. 10.000,00 ke rekening perusahaan.

Berdasarkan data di atas, buatlah rekonsiliasi Bank!


JURNAL PENYESUAIAN:

Kas                                               Rp. 104.500,00
Piutang wesel                               Rp. 100.000,00
Pendapatan Bunga                       Rp. 4.500,00
(Jurnal penyesuian untuk mencatat penagihan piutang wesel dan bunganya yang dilakukan oleh Bank)
             Biaya administrasi Bank Rp. 5.000,00
Kas                                               Rp. 5.000,00
(Jurnal penyesuaian untuk mencatat pembebanan biaya administrasi bank)
Kas                                               Rp. 2.500,00
     Pendapatan bunga                   Rp. 2.500,00
(Jurnal penyesuaian untuk mencatat jasa giro bank bulan Desember 2000)
Penjualan                          Rp. 27.000,00
     Kas                                          Rp. 27.000,00
(Jurnal penyesuaian  untuk mengoreksi kesalahan pencatatan setoran dari penjualan barang dagangan)
Piutang Dagang               Rp. 50.000,00
     Kas                                          Rp. 50.000,00
(Jurnal penyesuaian untuk cek kosong dari PT. DIPA)


SOAL LATIHAN:
Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan kas PT. BRANTAS pada tanggal 31 Oktober 2000
a.       Saldo rekening kas menurut laporan Bank adalah Rp. 18.642.280,00
b.      Rekening kas perusahaan pada tanggal yang sama menunjukkan saldo sebesar Rp. 16.469.140,00
c.       Sebuah setoran sebesar Rp. 2.612.450,00 belum dicatat oleh Bank sampai dengan tanggal 2 November 2000
d.      Biaya administrasi Bank sebesar Rp. 11.400,00 belum dicatat oleh perusahaan
e.       Sebuah cek yang diterima oleh Tn. Arjuna (seorang pelanggan) senilai 319.000,00 dan sudah disetor oleh perusahaan, dikembalikan oleh Bank karena tidak ada dananya.
f.       Cek yang ditarik dan belum diuangkan ke Bank sampai tanggal 31 Oktober 2000 adalah:
Cek nomor 234                Rp. 320.180,00
Cek nomor 345                Rp. 617.240,00
Cek nomor 456                Rp. 455.000,00
Cek nomor 567                Rp. 964.570,00
g.      Cek nomor 533 senilai Rp. 178.000,00 keliru dicatat dalam pembukuan perusahaan sebesar Rp. 187.000,00. Cek ini digunakan untuk membayar biaya reparasi peralatan kantor
h.      Bank telah menagihkan piutan wesel sebesar Rp. 3.100.000,00 termasuk didalamnya biaya bunga sebesar Rp. 100.000,00. Transasi ini belum dicatat oleh perusahaan
i.        Bank keliru membebankan cek PT. Berantas ke rekening PT. BRANTAS sebesar Rp. 350.000

Diminta:
1.      Buatlah rekonsiliasi Bank tanggal 31 Oktober 2000
2.      Buatlah jurnal yang diperlukan
   

2 komentar:

  1. Ni Kadek Diah Setiawati
    No. 25

    BalasHapus
  2. Nama : I Gede Braziliana
    Kelas: 1A FE Manajemen
    Nim : 20.0123.0.04.124

    BalasHapus